Pikiran dan emosi kita mungkin tak
terlihat, tak berwujud. Tetapi, kondisi internal, misalnya perasaan cinta,
dapat disimpulkan dengan memantau aliran darah di berbagai bagian otak dengan
menggunakan teknik pencitraan yang canggih.

Ilmuwan syaraf Lucy Brown melakukan
percobaan dengan 17 mahasiswa yang sedang dilanda asmara untuk pertama kali.
Mereka mengikuti pemindaian otak dan diminta untuk melihat gambar orang yang
mereka cintai. Tanpa kecuali, gambar itu merangsang aktivitas listrik yang
meningkat di dua bagian utama otak yang disebut caudate nucleus dan ventral
tegmental area.

Guru besar di Albert Einstein College
of Medicine itu mengatakan kedua bagian otak tadi terlibat dalam “sistem
imbalan.” Bagian otak ini juga ditemukan pada mamalia lain dan lebih
sering dikaitkan dengan hasrat untuk makan dan minum, bukan dorongan seksual. “Sistem
ini aktif pada orang yang sedang jatuh cinta,” papar Brown.

Brown mencatat bahwa bagian otak itu
juga yang menyala saat mengalami euforia karena kokain, dan mendorong
ketagihan. Menurutnya, campuran rasa euforia dan rindu serupa dirasakan oleh
orang yang pernah jatuh cinta. “Bukan hanya euforia. Anda bisa cemas. Anda
bisa sedikit marah. Tapi kuncinya, ini adalah motivasi terhadap orang lain.
Sasarannya adalah orang lain,karena memberi imbalan sangat besar!”
paparnya lagi.

Ketika dirangsang, sistem imbalan di
otak mengeluarkan senyawa kimia yang disebut dopamine. Helen Fisher, antropolog
Universitas Rutgers yang bekerjasama dengan Profesor Brown dalam penelitian
pemindaian otak dan cinta, mengatakan dopamine kemudian menyebar ke bagian otak
lain yang memiliki fungsi masing-masing.

“Saat kita menjamah sepotong
coklat dan menginginkannya, saat kita ingin kenaikan gaji di kantor, saat kita
ingin anak kita berhasil di sekolah, bagian otak ini diaktifkan. Tetapi,
diaktifkan dengan kombinasi bagian otak yang berbeda, sehingga membuat rasa
ingin makan coklat berbeda dengan rasa ingin mendapatkan pacar,” papar Fisher.

Fisher menegaskan bahwa kencan dan
membina hubungan dengan pasangan biasanya mengikuti pola yang berbeda. Ketika
pertama jatuh cinta, segala sesuatu tentang orang yang dicintai memberi makna
khusus. Ini mengindikasikan sistem dopamine di otak bekerja.

Fisher menjelaskan bahwa serbuan
dopamine sering menyebabkan fokus yang kuat pada sang kekasih. Itu, pada
gilirannya, dapat membuat emosi naik turun yang merupakan ciri umum cinta
romantis.

Ia mengatakan, “Ada kegembiraan kuat
ketika semuanya berjalan lancar, suasana hati berubah menjadi putus asa yang
mengerikan ketika segala sesuatu berjalan buruk. Kita memiliki energi yang luar
biasa. Kita bisa berjalan sepanjang malam dan ngobrol sampai fajar. Ada semua
jenis respon fisiologis – gugup, mulut kering ketika berbicara dengan orang itu
di telepon, perasaan memiliki yang kuat.”

Evolusi atau kelangsungan hidup, kata
Fisher, adalah alasan mengapa dorongan untuk mendapat seks, percintaan dan
hubungan jangka panjang dapat menjadi lebih gigih dan kuat dibanding hasrat
manusia lainnya. Menurut Fisher, kaitan yang dalam antara cinta dan kelangsungan
hidup menjelaskan kenapa pikiran kita tercurah untuk mencari pasangan, dalam
senang dan susah.

Seperti ketagihan apapun, cinta dapat
mengaburkan penilaian kita. Kita tentu sering mendengar istilah cinta buta.

Untuk share artikel ini klik www.Kabarinews.com/?37885

Untuk melihat artikel Unik lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
______________________________________________________

Supported by :