Serambi dan 3 Hari Untuk Selamanya pun Terpilih Masuk
Tiap tahun kota San Francisco mengadakan sebuah festival pemutaran film-film Asia. Biasanya, selama kurang lebih sebulan, pihak festival menayangkan ratusan film dari negara-negara Asia di sebuah bioskop. Tahun ini acara digelar bioskop Kabuki yang terletak di daerah Japan town. Dan kali ini terdapat dua film Indonesia yang terpilih untuk diputar, yakni“Serambi” dan “3 Hari Untuk Selamanya”. Sungguh suatu kehormatan dan kebanggaan bagi kita-kita orang Indonesia yang berdomisili di San Francisco. Karena terbukti pada saat penayangan kedua film tersebut,sambutannya sangat baik.
Serambi
“..Poetic and powerful… I think this movie is the most touching, beautiful, documentary I’ve ever seen in my life”
– Chi-Hui Yang, Director of San Francisco International Asian American Film Festival-
Sutradara: Garin Nugroho
Produser: Christine Hakim
Pemain: Reza Idria, Maisarah Untari, Usman, Jaelani
Durasi: 75 menit
Serambi merupakan sebuah dokumentari tentang keadaan pasca tsunami di BandaAceh. Film ini digarap sutradara kawakan Garin Nugroho dan dibantu oleh tiga sineas muda yaitu Viva Westi, Tonny Trimarsanto dan Lianto Luseno.Produsernya sendiri adalah Cristine Hakim. Film ini menceritakan situasi terakhir pasca Tsunami Aceh melalui cerita tiga orang yang selamat secara serentak.
Cerita pertama menggambarkan sesorang pemuda berusia 24 tahun bernama Reza yang mengaku sebagai seseorang revolusioner beragama, pengagum berat Che Guevara, dan putra dari seorang ulama. Reza yang sengaja selalu memakai kaos berpotret Che Guevera supaya kalau ia meninggal jasadnya bisa dikenal orang. Reza sangat fasih membaca dan mengumandangkan ayat-ayat Al-Qur’an, namun begitu ia seorang artistik yang sangat cinta musik, seringkali ia memainkan gitar listriknya. Pria berkaca-mata ini seringkali ditemani oleh teman baiknya dari Taman Budaya bernama Azhari. Selain Azhari, ada juga teman perempuannya bernama Lisa. Di sela-sela waktu senggang mereka menghibut diri lewat berdiskusi tentang macam-macam—dari kopi,sampai bagaimana Tsunami bisa memperlihatkan permukaan Banda Aceh yang sebenarnya. Bahkan kadang-kadang saling mengirim sms dan menelepon HP masing-masing. Akibat Tsunami Reza kehilangan kekasihnya, menurutnya sang kekasih sedang berada di kuburan yang terletak di ujung lekuk pelangi. Reza yang juga penyair sajak yang seringkali mengutarakan puisi-puisinya ini kemanapun ia pergi selalu mengendarai sepeda motor tercinta, terutama untuk melihat dan mengunjungi puing-puing bekas rumah kekasihnya yang sudah tiada.
Yang kedua merupakan cerita tentang Tari, seorang anak perempuan berjilbab yang pintar dan dewasa.Tari yang sempat terhanyut dalam ombak tsunami beberapa kilometer ini kehilangan ibunya dan adik-adiknya. Tari dan beberapa teman-teman perempuan sebayanya seringkali bermain, berkumpul dan berdiskusi tentang mengapa Tuhan menciptakan bencana Tsunami di Aceh dan apa rencana Tuhan untuk mengambil keluarga dan sanak-saudaranya. Tari dan teman-temannya merupakan bukti symbol kekuatan dan kesucian anak-anak kecil. Walaupun ditinggal orang-tua dan keluarga, mereka masih bisa tertawa, bermain, dan meneruskan hidup. Bagaimanapun juga kenangan keluarga mereka tetap kuat bernaung di jiwa mereka, karena Tari berujar, “Bodoh sekali jika kita tidak merindukan ibu dan bapakmu yang sudah meninggal.”
Kemudian cerita terakhir mengenai Usman, pria berusia 45 tahun ini sebelum tsunami ia adalah seorang penarik becak-motor asal Meulaboh. Pria yang ditinggal mati istri dan anak-anaknya ini benar-benar kesepian dan merindukan keluarganya—terutama sang istri yang sangat ia cintai. Walaupun begitu,selama dua bulan dengan setia ia mencari anggota keluarganya ditenda-tenda yang selamat. Usman yang terbukti merindukan keluarganya hanya bisa makan diatas puing-puing bekas rumahnya—dimana biasanya sang istri dan anak-anaknya menyambutnya sehabis pulang kerja. Usman sering ditemani oleh Jaelani, teman barunya yang sering mengajarkan dan menghiburnya tarian Seudati. Jaelani yang berbicara kencang dan tukang makan banyak padahal sedang sakit gigi ini seringkali melontarkan komentar-komentar yang lucu, Usman yang pendiam dan tidak banyak bicara ini akhirnya terhibur dan tertawa. Film ini sangat puitis dan kuat,Serambi benar-benar menggambarkan sebuah perjuangan manusia untuk meneruskan hidupnya demi masa depan walaupun ditengah-tengah musibah.
______________________________________________________
Supported by :
Lebih dari 100 Perusahaan Asuransi di California
Klik www.ThinkApril.com Email : Info@ThinkApril.com
Telpon : 1-800 281 6175
3 Hari Untuk Selamanya
“..A bright and contemporary drama about two people coming into their own under the shadow of traditionalism”
-Hong Kong International Film Festival, March 2007-
Sutradara: Riri Riza
Produser: Mira Lesmana
Pemain: Nicholas Saputra, Adinia Wirasti
Durasi: 102 menit
Filem tentang perjalanan ‘road trip’ sepasang anak muda arahan sutradara muda berbakat Riri Riza, diproduksi oleh Mira Lesmana, dan skenario ditulis oleh Sinar Ayu Massi ini benar-benar menarik hiburan penonton. Tepatnya dua orang bersaudara-sepupu, Yusuf berusia 21 tahun dan Ambar berusia19 tahun, mengemudikan mobil keluarga untuk pergi mengunjungi pernikahan keluarga di Yogyakarta.
Yusuf yang kalem dan terkadang sering tegang, dibujuk oleh sepupunya Ambar yang liar, senang pacaran,dan doyan berpesta untuk ‘kabur’ dari acara pelamaran kakaknya demi pergi ke klab dugem. Esokan harinya, Ambar telat bangun karena malamnya telah mabuk-mabukkan, dan rupanya ketinggalan pesawat tujuan Yogyakarta. Akhirnya ia memutuskan unuk pergi bersama Yusuf yang diutus oleh keluarga membawa perlengkapan piring antik dengan mengendarai mobil untuk acara pernikahan tersebut. Akan tetapi, yang seharusnya perjalanan satu hari, mengulur menjadi tiga hari. Selama perjalanan mereka sempat menyasar, berhenti untuk berpesta, berginting ganja dan mabuk, dan menemukan kejadian-kejadian dan orang-orang yang aneh dan menarik. Selain itu juga, mereka berdiskusi dan berdebat tentang agama,konsep pernikahan, seks pra-nikah, ketika mereka berdua sadar bahwa sebenarnya mereka saling mengalami peningkatan tensi seksual diantar mereka berdua.
Ditengah-tengah perjalananan, kedua anak kota ini mengalami dan menyaksikan sisi modern kehidupan Indonesia jaman sekarang, eksotisme dan erotisme kebudayaan tradisionil, cara pikir dan perasaan orang-orang desa, kemurahan-hati dan kedermawanan, konservatisme, gaya hidup di pantai resorm dan kemunafikan seorang kiyai muslim. Filem ini mampu membawa keindahan desa-desa, pantai,daerah pegunungan, atau lokasi-lokasi lain di Pulau Jawa yang sebelumnya tidak pernah dipertunjukkan lewat sinema-sinema Indonesia.
Filem diakhiri dengan skenario dimana Ambar mengalami suatu dilema—bahwa ia akan meneruskan studinya di Indonesia atau di Inggris. Setelah itu,tanpa sengaja tapi dengan keinginan yang membara, mereka pun akhirnya melakukan seks. Malam itu merupakan waktu terakhir mereka berjumpa sebelum Ambar pergi meneruskan studinya di Inggris. Enam bulan kemudian, mereka akhirnya bertemu kembali di sebuah acara perkawinan keluarga. Saat itu Yusuf sudah memiliki kekasih baru, dan percakapan dengan Ambar pun rasanya menjadi grogi dan hambar. Walaupun bisa dibilang filem ini adalah termasuk filem “ABG” yang cukup kontroversial untuk ukuran filem Indonesia karena adanya adegan seks dan pesta narkoba di kalangan muda-mudi Indonesia. Namun begitu, cerita yang menarik, skenario yang tidak membosankan, plot yang ringan tapi jelas,dan acting yang bagus oleh semua peran, membuat filem ini menjadi filem Indonesia yang paling bagus dan menghibur dalam sejarah. (inna)
Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31350
Mohon Beri Rating dan Komentar dibawah untuk Artikel ini
______________________________________________________
Supported by :
Lebih dari 1 juta rumah di Amerika
Klik www.InteroSF.com Email : Info@InteroSF.com
Telp. 1-800 281 6175