Banyak orang setuju bahwa isu utama pemilihan presiden Amerika Serikat 2012 adalah ekonomi. Betapa tidak, tingkat pengangguran di AS masih membandel di peringkat 8 persen. Tak ayal lagi, Mitt Romney memakai pekerjaan dalam banyak isu kampanyenya. Tidak seperti 2008, Obama inkumben Presiden dari Partai Demokrat menghadapi lawan tangguh. Pendek kata, kemungkinan menang kedua calon Presiden ini 50-50.

Karena sengitnya pertarungan Romney dan Obama, banyak analis setuju bahwa pemenang pilpres AS tergantung siapa saja yang keluar untuk nyoblos sampai pada hari Selasa, 6 November 2012.  Sudah menjadi rahasia umum, karena krisis ekonomi yang berkepanjangan, banyak pemilih AS dikuatirkan tidak nyoblos dan memilih golput.

Seperti kita ketahui semua, akhirnya Obama keluar sebagai pemenang. Dari 538 suara elektroral yang diperebutkan dari 50 negara bagian, secara mengesankan Obama memenangkan 332 angka elektoral, dan Romney cuma memperoleh 206.

Apa saja kunci penentu akhir kemenangan Obama 2012?

1. Kaum minoritas menentukan kemenangan Obama

Sudah jamak bahwa calon presiden akan berjuang keras untuk mendapatkan suara dari swing state guna merebut kursi Gedung Putih. Swing state (state ungu) adalah negara bagian di AS yang belum tentu Republikan (state merah) atau Demokrat (state biru). Kemenangan Obama 2012 terjadi bukan karena suara mayoritas tunggal pemilih putih pria saja. Secara umum, Obama cuma  memperoleh 38 persen suara lelaki kulit putih. Koalisi pemilih lelaki kulit putih dan  kaum minoritas di swing state lah (pemilih kulit hitam, Latino dan Asia) yang menjadi penentu kemenangan akhir Obama.

Pemilih kulit hitam keluar dan memilih Obama dengan tingkat partisipasi yang lebih tinggi dibanding 2008. Ini tampak jelas terlihat di bilik pemilihan umum di negara bagian Ohio dan Florida, dua swing state yang dimenangkan Obama. Ada saja pembatasan yang diberlakukan terhadap pemilih minoritas, seperti persyaratan ID dan pembatasan waktu memilih. Justru karena tekanan inilah, pemilih hitam justru bersemangat untuk menantang pembatasan pemilu dan rela menunggu sampai berjam-jam hanya untuk nyoblos. Di Florida Selatan, pemilih bahkan harus menunggu sampai 8 jam hanya untuk memberikan suaranya.

Mayoritas pemilih berlatar belakang Latino memilih Obama, karena masih menaruh harapan terhadap Demokrat Obama untuk reformasi imigrasi. Ada lebih dari 10 juta warga Latino gelap di AS. Solusi Romney dengan “self-deportation” dianggap tidak simpatik terhadap kelompok Latino.

Dan yang paling mengesankan, menurut exit poll, 73 persen pemilih keturunan Asia secara signifikan cenderung memilih Obama dalam Pilpres 2012.  Jumlah elektorat Asia di AS naik menjadi 3 persen dibanding Pilpres 2008. Meski secara elektorat masih kecil, tapi komunitas Asia merupakan kelompok yang berkembang pesat di AS. Tidak sulit mengerti bahwa pemilih asal Indonesia mencoblos Obama. Menurut para analis, kebanyakan orang Asia memilih Obama karena isu layanan kesehatan, anggaran berimbang Obama, pinjaman mahasiswa, dan Obama dinilai lebih merangkul kelompok imigran Asia dan lebih ramah dalam hubungan ekonomi dengan China.

Menangnya Obama di tahun 2012 juga banyak ditolong dengan suara kelompok perempuan, kaum muda dan kaum gay. Banyak pemilih perempuan marah terhadap komentar beberapa calon Senator Republikan soal aborsi dan isu perkosaan. Romney jelas tidak mendukung adanya pernikahan sesama jenis. Dan, tanpa disangka, banyak pemilih muda yang keluar juga  mendukung Obama di tahun 2012.

Romney praktis membidik mayoritas tunggal pemilih kult putih pria dan pemilih indepeden saja. Kombinasi berbagai pemilih ini menguntungkan perolehan suara elektoral Obama. Wajah Amerika Serikat 2012 sudah banyak berubah. Kaum minoritas mulai diakui sebagai penentu akhir kemenangan Presiden.

2. Mesin kampanye Obama semakin canggih

Orang-orang Obama dalam Pilpres 2008 seperti duo David Axelrod dan David Plouffe masih terlibat aktif dalam pemenangan Obama 2012. Segera setelah kemenangan Obama 2008, tim Obama sudah mempersiapkan pilpres 2012. Karena mereka sadar bahwa upaya pemenangan   Obama kedua jauh lebih berat dibanding empat tahun lalu. Kantor kampanye Obama 2012 berada di Chicago dan dikomandani oleh Jim “The Fixer” Messina, manajer kampanye dan ratusan anak muda dengan laptop menyala.

Dari kantor kampanye Chicago inilah upaya penggalangan dana besar-besaran secara akar rumput dioperasikan. Berbeda dengan Romney yang mengandalkan dana sumbangan korporasi-korporasi besar, Obama menghimpun dana kebanyakan dari orang-orang biasa lewat jaringan milis yang sangat besar. Permintaan sumbangan kampanye Obama praktis mulai dari $3, tetapi jumlah itu dikumpulkan dari jutaan orang. Bunyi e-mail dari kantor kampanye Obama bisa bervariasi. Dan, pengirimnya bisa siapa saja dari orang Demokrat. Mulai dari Obama sendiri, Michelle Obama, Axelrod, bahkan sampai Barbara Streissand. Donatur kampanye Obama sering dijanjikan diundi untuk dinner bareng dengan Obama, bahkan George Clooney. Meski datang bertubi-tubi di mail box, tapi karena kreatifnya tim kampanye membingkai kata dalam meminta sumbangan, sehingga penggalangan dana Obama ini tidak membosankan.

Asal tahu saja, 2012 menyaksikan Pemilu AS termahal sepanjang sejarah. Kabarnya total pengeluaran dua partai di Pemilu ini mencapai 6 miliar dolar. Ini karena keputusan Mahkamah Agung tahun 2010 yang dikenal dengan Citizen United vs Federal Election Committee. Keputusan ini menganggap korporasi besar sebagai individu, bukan perusahaan. Karenanya, korporasi besar bisa menyumbangkan dana tanpa batas terhadap seorang kandidat presiden. Dana gemuk tadi  praktis untuk belanja iklan televisi di swing state.

Tim strategi Obama membuka rahasia bahwa kunci pemenangan Obama 2012 adalah sistem pariwara (advertising) yang disebut The Optimizer. Sistem ini intinya mencari celah membidik  calon pendukung Obama lewat media massa (televisi), berdasar kebiasaan, informasi pribadi dan preferensi politik yang bersangkutan. Dengan ini, tim strategi Obama memasang iklan di spot-spot non politis, seperti acara “Late night with Jimmy Fallon”, Jimmy Kimmel Live, ESPN dan, bahkan TV Land.

Obama jelas merupakan calon presiden pertama di dunia yang memakai texting, Twitter dan Facebook dalam kampanyenya 2008. Di tahun 2012, media sosial  tentu masih digunakan, tetapi penggunaannya jauh lebih canggih dan rumit. Sponsored stories dipakai untuk mendorong banyak orang mengklik like. Facebook dipakai sebagai sarana untuk mengajak antar teman pendukung Obama untuk “register to vote” di swing state. Konon upaya ini efektif dan berhasil mendorong teman lain untuk keluar dan nyoblos selama Pemilu

Terakhir dan tidak kalah pentingnya, kantor kampanye Obama ada di mana-mana di swing state, jauh melebihi kubu Romney. Ternyata tim Obama sudah merancang ini untuk memikat para pemilih lewat pendekatan pribadi. Strategi Obama yang mengaplikasi pengalamannya sebagai community organizer ini ternyata ampuh untuk membina hubungan tim kampanye Obama dengan para pemilihnya, yang akhirnya membawa kemenangan Obama.

Masih banyak yang harus dibenahi oleh Presiden Obama. Seperti tercermin dari hasil Pemilu, Presiden Obama diberi kesempatan kedua memimpin Amerika Serikat. Thomas Friedman, satu kolumnis kondang di NY Times, era ini adalah “Hope and Change” jilid dua! Selamat, Mr. President!

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?50285

Untuk melihat artikel Amerika / National lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :