Ketenangan Minggu pagi telah mengusik kehidupan Ferdianto,19. Tidak disangka kegiatan rutinnya ke gereja, harus berakhir dengan serpihan logam di lengannya.

Ya, Ferdianto merupakan salah satu korban luka akibat ledakan bom bunuh diri di Gereja Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, di Kampung Kepatihan Wetan, Kelurahan Tegalharjo, Kecamatan Jebres,Solo. Seperti biasa, pagi itu Ferdianto pergi melaksanakan kewajibannya sebagai umat Kristiani, menunaikan Misa Minggu Pagi. Tanpa perasaan aneh, Ferdianto pun bergabung dengan puluhan jemaat lain yang sudah menunggu di dalam areal gereja. Memang, Gereja GBIS Kepunton memiliki arti penting bagi warga Tegalharjo, Jebres, Solo.

Sudah sekitar 60 tahun lamanya mereka melaksanakan ibadat di gereja ini. Selama itu pula, tidak ada kendala bagi mereka untuk beribadat. Namun, takdir berkata lain. Pagi itu, Ferdianto dan puluhan jemaat lainnya harus dihadapkan kejadian yang akan diingatnya seumur hidup. Sebuah bom meledak tepat di saat Ferdianto dan puluhan jemaat lain beranjak pulang. Yang ada adalah jeritan kesakitan dan ketakutan jemaat .“Duaaarrr.. tiba-tiba tubuh terlempar. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan bisa selamat,” ungkap Ferdianto, sehari setelah kejadian.

Pria asal Medan, Sumatera Utara ini saat itu memang berada tidak jauh dari pelaku pengeboman, yaitu sekitar 3 meter. Tubuh Ferdianto pun sempat terlempar hingga 1 meter jauhnya ketika bom meledak. Akibatnya, lengan tangan Ferdianto sobek .Luka itu diduga terkena serpihan logam yang terlontar dari bom. Meski mengalami luka, namun nyawa Ferdianto masih diselamatkan.

Trauma juga dirasakan Roni Trianto (25). Jemaat asal Mertokusuman, Jebres itu seakan tidak percaya ada seorang yang tega melakukan hal keji semacam itu di tempat ibadah. “Saya panik. Ada banyak yang luka, ada pula seorang pria yang tewas. Pria ini yang katanya pelaku bom bunuh diri,” ungkap Roni.

Beribadat di GBIS Kepunton ini, bagi Roni dan umat Kristiani di Solo telah menjadi kebiasaan setiap Minggu pagi. Gereja tersebut memiliki sejarah penting perkembangan Agama Kristen di Solo, dan telah menjadi rumah peribadatan pemeluknya selama 60 tahun lebih. Selama itu pula, Roni meyakini keberadaan GBIS Kepunton sangat dihormati. Aksi bom bunuh diri di minggu siang itu memang tidak menyebabkan kerugian materi. Bangunan gereja tetap utuh, tak kurang suatu apa pun.

Namun, insiden tersebut menggores luka mendalam, baik bagi korban maupun hati masyarakat Kota Bengawan yang terkenal santun dan menjunjung tinggi persaudaraan. Soni Kusworo, salah satu korban luka meminta aparat kepolisian mengusut tuntas kasus bom bunuh diri di GBIS Kepunton. Dia berharap, kejadian ini adalah terakhir kalinya di tempat ibadah. “Saya dan keluarga menjadi korban. Apa salah kami? Harus diusut dan pelaku ditindak seberat-beratnya, ”ungkap Soni saat ditemui di RS Dr Oen Surakarta.

Akibat bom bunuh diri ini, sebanyak 22 jemaat GBIS Kepunton menjadi korban dan dirawat di dua rumah sakit di Solo, yakni RS Dr Oen dan RS Brayat Minulyo. Para korban selamat mengalami luka bervariasi, namun mayoritas akibat serpihan logam. Bahkan, salah satu pasien harus mendapat perawatan serius lantaran serpihan logam bersarang di otaknya.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?37349

Untuk melihat artikel Kisah lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :