Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA), Yohana Yembise kembali menghadiri Festival Egrang ke IX di Tanoker Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Ajang dengan tema “Pangan Sehat Untuk Perdamaian” ini, digelar setiap tahun sebagai bentuk upaya pemerintah dalam upaya melindungi hak tumbuh kembang anak, melalui ajang kreativitas anak untuk mengisi waktu luangnya dengan hal yang positif dan kreatif serta mendorong anak untuk tetap mencintai kebudayaan daerah.

Festival ini sekaligus untuk memperkuat hubungan berbagai lapisan masyarakat dan pemerintah mulai dari tingkat desa hingga ke tingkat internasional, dikemas melalui pendekatan budaya yang mengakar di Kabupaten Jember.

“Saat ini banyak permainan tradisional yang hilang akibat tergantikan gadget. Hal ini menimbulkan berbagai masalah pada anak, seperti mengalami kelebihan berat badan, egois, mudah marah, kurang empati, tidak mengenal lingkungan sekitar, sering melawan orang tua, dan lain-lain,” kata Menteri.

Karena anak telah terpapar lanjut Yohana, informasi yang tidak layak. Kita sebagai orang dewasa, tidak boleh membiarkan saja masa depan anak menjadi penuh masalah. Anak adalah generasi penerus bangsa yang harus dijaga tumbuh kembangnya, demi mewujudkan anak yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia, dan cinta tanah air sesuai Konvensi Hak-hak Anak (KHA).

Ada 31 hak anak yang wajib dilindungi, dihargai, dan dipenuhi oleh negara kata Yohana kembali, salah satunya yaitu hak dalam memanfaatkan waktu luang dengan kegiatan positif, inovatif, dan kreatif.

“Melalui Festival Egrang ini, anak dapat mengembangkan kreatifitasnya untuk memanfaatkan waktu luang, sekaligus dapat melestarikan budaya lokal di Indonesia,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), mengapreasiasi upaya komunitas Tanoker Ledokombo bersama pemerintah Kabupaten Jember yang sejak tahun 2010 telah bekerjasama melaksanakan festival egrang dengan merevitalisasi permainan tradisional egrang yang lahir dari semangat dan optimisme anak-anak Ledokombo, yang hampir 9 tahun telah mengubah banyak hal, memandu ledokombo menjadi desa dunia.

Anak-anak memodifikasi permainan egrang yang sifatnya ‘lampau’ menjadi menarik dan ‘kekinian’ dengan dipadukan perkusi dan gerak tari menjadi kreasi seni yang khas bernama “Tarian Egrang”.

“Saya sangat senang dibandingkan tahun sebelumnya, festival tahun ini melibatkan peserta yang tidak pandang usia, mulai dari anak-anak hingga lansia”, ungkapnya.

Hal ini kembali Menteri memaparkan penjelasannya, menandakan tidak hanya hak, harkat, dan martabat anak dan perempuan saja yang diperhatikan, melainkan lansia juga mendapatkannya. Adanya partisipasi anak, perempuan, dan lansia dalam acara ini, membuat mereka merasa negara telah hadir, melindungi hak, mereka terutama kaum lansia yang banyak dilupakan.

“Saya sudah mendengarkan langsung deklarasi yang disampaikan Forum Anak Jember. Dan saya meminta kepada pemerintah Jember untuk mendengarkan suara mereka, perhatikan, dan penuhi hak mereka,” imbuhnya.

Tidak hanya itu, Menteri juga meminta agar pemerintah Kabupaten Jember untuk melibatkan anak-anak, perempuan, dan para lansia dalam Musrebang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa). Agar pemerintah dapat mendengarkan secara langsung aspirasi dan kebutuhan mereka yang harus dipenuhi, dengan demikian kabupaten ini dapat dinyatakan responsif gender dan ramah anak.

Menteri juga berharap, seluruh kabupaten/kota di Indonesia melakukan hal yang serupa, serta menjadikan Jember sebagai role model kabupaten responsif gender dan ramah anak.

Rangkaian Festival Egrang IX, menghadirkan beberapa kegiatan dan perlombaan yang diikuti berbagai sekolah di Kabupaten Jember, lomba mural, lomba inovasi produk kerajinan tangan, jambore anak, festival kuliner, lomba foto, pameran kelompok destinasi wisata dan diakhiri acara lomba pawai egrang yang diikuti anak-anak se-kabupaten Jember.