KabariNews – Masyarakat Thailand mempunyai tradisi merayakan Tahun Baru Thai yang biasa dikenal dengan nama Songkran. Seperti apa?

Pada tanggal 13 April setiap tahunnya, masyarakat Thailand merayakan Tahun Baru Thai atau yang lebih dikenal dengan nama Songkran. Kata Songkran sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya perubahan atau transformasi. Festival pergantian tahun ini juga dirayakan di beberapa negara lain di wilayah Asia Tenggara, seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar.

Meski tidak ada pesta dan perang air seperti halnya yang terjadi di tanah kelahirannya, warga Thailand yang bermukim di California Selatan merayakan Songkran dengan melakukan beberapa ritual keagamaan di Wat Thai of Los Angeles. Antara lain :

MEMANDIKAN PATUNG BUDDHA

Memandikan patung Buddha dengan air wangi merupakan tradisi dalam acara keagamaan umat Buddha. Air dalam ritual ini merupakan simbol untuk membersihkan diri dari berbagai keegoisan dan kekuatan jahat. Umat dianjurkan untuk menuang air sembari membacakan doa.

MEMPERSEMBAHKAN SESAJIAN

Sebagai wujud rasa syukur dan hormatnya, umat Buddha Thailand juga mempersembahkan sesaji untuk sang Buddha dalam bentuk phuang malai (roncean atau rangkaian bunga). Konon, tradisi persembahan phuang malai tersebut dimulai pada pemerintahan Raja Chulalongkorn (1868 – 1910).

MEMBANGUN PAGODA PASIR

Membangun chedi sai (pagoda pasir) merupakan salah satu kegiatan keluarga saat Festival Songkran. Pagoda pasir tersebut dapat dihiasi dengan dekorasi yang diinginkan meskipun biasanya terdapat lilin dan dupa berwarna yang akan digunakan untuk sembahyang saat pagoda tersebut selesai dibangun.

Di hadapan ratusan warga masyarakat yang hadir, Konsul Jenderal Thailand di Los Angeles, Tanee Sangrat, memotong pita emas untuk memandakan pembukaan Songkran Festival 2017.

Seusai menyampaikan pidato pembukaan, Konjen Sangrat mengajak hadirin untuk menyanyikan lagu mengenang mendiang Raja Bhumibol Adulyadej sambil mengangkat foto sang raja. Upacara pembukaan diikuti dengan serangkaian presentasi kebudayaan tradisional khas Negeri Gajah Putih, seperti hun lakhon lek (wayang golek), khrueang sai (orkestra tradisional Thailand), dan beragam tarian serta lagu tradisional.

Selain beribadah dan menyaksikan berbagai penampilan budaya tradisional Thailand, pengunjung juga dapat menikmati suguhan kuliner di stand-stand bazaar yang berjajar di sisi barat Vihara. Kudapan khas Thailand yang dijajakan pun beragam. Ada som tam (salad pepaya), kao niao ma muang (ketan mangga), pad thai (kwetiau goreng), dan masih banyak lagi. (Kabari1007)