Film Aruna dan Lidahnya merupakan sajian kisah drama yang dibalut dengan kemasan yang santai dan menggugah selera.

Film ini menyuguhkan kolaborasi akting para pemain yang apik juga presentasi drama komedi yang diracik dengan menarik. Berkisah tentang Aruna (Dian Sastrowardoyo) yang ditugaskan bekerja keliling ke empat kota di Indonesia sambil berpetualang kuliner bersama kedua sahabatanya, yaitu Bono (Nicolas Saputra) dan Nad (Hannah Al Rasyid). Saat menjalakan tugasnya, Aruna bertemu dengan mantan teman kerja yang ia sukai, Farish (Oka Antara) keempatnya terlibat dalam perjalanan penuh percakapan yang mengungkapkan kisah kehidupan dan rahasia terpendam.

Dalam pekerjaan investigasinya, Aruna menemukan ketidaksesuaian data antara pusat dan temuan lapangan yang menimbulkan kecurigaan. Sementara itu, situasinya semakin rumit karena Farish yang kini bekerja di pusat kian mendesak Aruna untuk tetap menjalakan prosedur. Aruna pun mengalami konflik internal, karena di satu sisi ia memendam kekaguman namun menyadari bahwa Farish disalahgunakan oleh kepentingan yang tak diketahui oleh keduanya.

Di film panjang kelimanya ini, sang sutradara Edwin mengeksplorasi sisi lain dari petualangan sinemanya. Film ini merupakan film yang paling banyak memuat makanan dan dialog.
“Buat saya manusia yang makan sambil mengobrol itu asyik dilihat dan didengar. Obrolan di saat makan sering kali memengaruhi rasa makanan yang kita makan. Demikian pula sebaliknya, rasa makanan yang kita makan bisa memengaruhi kualitas obrolan kita di meja makan”, tutur Edwin.

Film yang mengambil lokasi syuting di Surabaya, Pamekasan (Madura), Pontianak, Singkawang, dan Jakarta ini, merekam keragaman kuliner Indonesia yang kaya akan pilihan. Berbagai makanan khas daerah tersebut muncul secara menggiurkan, baik yang sudah dikenal secara luas seperti Rawon (Surabaya) dan Nasi Goreng sampai makanan yang hanya dapat ditemui di satu tempat seperti campur Lorjuk (Pamekasan), Pengkang (Pontianak), dan Choi Pan (Singkawang).

Peraih piala Citra untuk sutradara terbaik (Posesif, 2017) juga mengemas film ini secara ringan dan menampilkan dinamika group yang unik. Film juga bergerak dengan obrolan di antara keempat karakter di meja makan, namun tetap memiliki kedalaman. Karakter Aruna yang sederhana, Farish yang kaku, Nad yang suka berpetualang, dan Bono yang rileks melebur ke dalam obrolan di meja makan menyenangkan dan juga mengenyangkan pikiran.

Pada kesempatan itu juga Dian Sastrowardoyo menyampaikan bahwa dirinya sudah lama mengidam-idamkan dan ingin bekerjasama dengan Edwin. Dian mengenal karya Edwin sejak lama dan lalu belajar dari film ini karena proses kerja Edwin yang terbuka terhadap pendapat para pemain tentang karakternya.
“Edwin adalah pendengar yang baik. Kami banyak berdialog tentang bagaimana sebenarnya membentuk karakter Aruna”, kata Dian.

Di sisi lain lanjut Dian, Edwin dapat mengolah perbedaan dari keempat pemeran menjadi kolaborasi yang cair, sehingga para pemain dapat mengeluarkan ating terbaiknya. Di film ini para pemain juga ditantang untuk menjajal gaya akting yang berbeda seperti ketika dirinya banyak bermain ekspresi muka yang jenaka.
Film yang diproduksi oleh Pelari Films dan tayang di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia mulai 27 September 2018 ini dipastikan akan membuat laper dan baper penikmatnya.