KabariNews – Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ingin Delta Airlines masuk sebagai investor di maskapai penerbangan milik pemerintah ini. Delta Airlines yang bermarkas di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, tak memiliki rute penerbangan ke Indonesia. Ini berarti tidak ada tumpang tindih pasar GIAA maupun Delta.

“Kalau boleh memilih, investor yang tepat adalah Delta Airlines,” kata Direktur Keuangan GIAA, Elisa Lumbantoruan. Delta adalah perusahaan penerbangan besar di AS dan memiliki 1.534 penerbangan setiap harinya.

Namun Elisa bilang manajemen tidak dilibatkan dalam memutuskan investor GIAA. Hal tersebut menjadi urusan pemegang saham. Pemerintah saat ini menguasai saham GIAA dengan kepemilikan 74 persen saham. Sisanya milik investor publik, termasuk saham yang masih dipegang tiga penjamin emisi IPO GIAA.

Sebuah sumber sebelumnya membisikkan, pemerintah telah membuat rencana restrukturisasi terkait pelepasan saham GIAA milik penjamin IPO. Pemerintah berniat melakukan domestic structure. Maksudnya, akan ada satu fund, sementara bernama Falcon Fund atau Falcon Airlines. “Institusi ini yang akan membeli sebagian saham Garuda dari Bahana Securities, Danareksa Sekuritas dan Mandiri Sekuritas di Rp 500 per saham,” ujar sumber itu.

Falcon menyiapkan dana Rp 1 triliun – Rp 1,5 triliun untuk menguasai sebagian saham milik tiga penjamin IPO Garuda. Total saham Garuda milik tiga penjamin itu sekitar Rp 3,008 miliar. Sebesar 50 persen sumber dana menjadi tanggung jawab Nikko Securities.

Separonya lagi di bawah koordinasi pemerintah, yang menyiapkan dua opsi demi menyokong pendanaan, yakni lewat konsorsium yang dipimpin PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) atau PPA berjalan sendiri. Opsi konsorsium melibatkan beberapa pihak, antara lain PT Taspen, PT Jamsostek, GIAA, PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia, Mandiri Sekuritas, dan Danareksa
Sekuritas.

Jika ditanggung sendiri, PPA berniat mencari pinjaman ke sejumlah lembaga keuangan, seperti Sumitomo, Mitsui, Citibank, HSBC, dan Bank Mandiri.