KabariNews – Pernikahan kucing. Ini mungkin terdengar asing di telinga Anda. Namun, hal ini lumrah diadakan di Desa Palem, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Temanten kucing atau pernikahan kucing merupakan tradisi yang telah dilakukan ratusan tahun silam di Desa Palem.

Pernikahan kucing merupakan simbol bagi masyarakat Desa Palem meminta berkah turun hujan. Dalam upacara ini, kucing jantan dan kucing betina dipertemukan. Selanjutnya prosesi temanten kucing diawali dengan kirab sepasang kucing jantan dan betina mengelilingi desa. Biasanya pengantin kucing dimasukan dalam kranji (kotak usungan temanten,Red).

“Ini sebuah acara ritual untuk meminta berkah turun hujan. Semua peserta yang mengikuti ritual ini wajib memakai pakaian adat. Ini sudah menjadi tradisi turun-temurun sejak jaman nenek moyang,” kata Nugroho Agus, tokoh masyarakat Desa Palem.

perikahan kucing 2Lanjut  Agus, ada sejarang panjang tentang asal-muasal temanten kucing di Desa Palem.  Dahulu di Desa Palem hidup seorang Demang (kepala desa) yang  pandai dalam ilmu Kejawen. Demang ini memiliki seekor kucing jantan Condromowo (memiliki bulu tiga warna) dengan sepasang mata istimewa.

Nah, saat itu sedang musim kemarau, Eyang Sangkrah yang merupakan Demang mengalami kebingungan mendapatkan air baik untuknya maupun warganya.

Pernikahan kucing 1Sebagai pemimpin, Eyang Sangkrah mempunyai tanggungjawab atas rakyat desa yang dipimpin. Berbagai ritual ia lakukan, namun air hujan yang dinanti tak kunjung turun. Pada suatu hari, Eyang Sangkrah ingin mandi di Telaga Coban  dengan mengajak kucingnya piaraannya. Di telaga tesebut,  Eyang Sangkrah pun memandikan kucing Condromowonya. Tak lama berselang, Desa Palem diguyur hujan deras. Hal ini membuat warga desa riang gembira.

“Nah, sampai saat ini memandikan kucing di Telaga Coban dalam ritual temanten kucing tetap dilakukan. Dan itu inti dari simbol meminta berkah turun hujan,” ucap Agus.

Sebelum dipertemukan sebagai pasangan pengantin, kucing-kucing tersebut dimandikan di Telaga Coban yang telah ditaburi aneka kembang. Selanjutnya kedua kucing diarak menuju ke pelaminan. Saat diarak,  kucing jantan digendong seorang pria yang memakai busana pengantin pria. Sedangkan kucing betina digendong wanita yang memakai busana pengantin juga. Dibelakang pengantin kucing berderet barisan para tokoh masyarakat desa dengan mengenakan busana adat Jawa.

Saat tiba di lokasi pernikahan, diatas pangkuan pria dan wanita, sepasang kucing tersebut dinikahkan dengan ditandai doa-doa oleh sesepuh Desa Palem. Selesai pembacaan doa, ritual dilanjutkan dengan acara tiban, yakni saling menyabetkan sapu lidi yang diikatkan kepada lawan. Selanjutnya semua hadirin yang hadir bisa menikmati aneka sajian.

Sekadar info, karena kini tidak mudah lagi menemukan kucing condromowo, prosesi hanya menggunakan kucing kampung saja.

Jika ritual temanten kucing tetap dilestarikan, diharapkan menjadi destinasi wisata baru di Desa Palem. (Yanuar/Foto: ist)