Sudah pernah mendengar Gerakan Bank Sampah? Gerakan yang dimulai sekitar bulan Agustus 2008 bertujuan untuk mengumpulkan sampah kemudian menguangkannya. Sampah yang dikumpulkan diolah menjadi barang-barang yang bisa dipakai bahkan dijual.

Bank Sampah ini berawal dari Bantul, Yogyakarta. Masyarakat Bantul menemukan ide untuk mengumpulkan sampah dan menjadikannya bahan baku kerajinan tangan.

Sampah-sampah disetor ke Bank Sampah dan penyetor sampah mendapatkan uang sebagai gantinya. Persis seperti bank bank pada umumnya. Setiap nasabah datang dengan tiga kantong sampah berbeda. Kantong I berisi sampah plastik, kantong II sampah kertas, dan kantong III berupa kaleng dan botol. Sampah ditimbang dan nasabah akan mendapat bukti setoran dari petugas teller. Bukti setoran itu menjadi perhitungan nilai rupiah sampah dan dicatat dalam buku tabungan. Untuk membedakan, warna buku tabungan tiap RT dibuat berbeda.

Setelah sampah terkumpul banyak, petugas bank menghubungi tukang rosok yang akan memberi nilai ekonomi tiap kantong sampah milik nasabah. Catatan nilai rupiah itu lalu dicocokkan dengan bukti setoran dan kemudian dibukukan. Harga sampah bervariasi bergantung pada klasifikasinya. Kertas karton dihargai Rp 2.000 per kg, kertas arsip Rp 1.500 per kg. Sedangkan plastik, botol, dan kaleng harganya menyesuaikan ukuran.

Nasabah juga diberikan karung besar yang tersimpan dengan rapi di gudang bank untuk menyimpan seluruh sampah yang ditabung. Tiap karung diberi nama dan nomor rekening tiap nasabah.

Bank sampah memotong dana 15 persen dari nilai sampah yang disetor nasabah. Dana itu digunakan untuk membiayai kegiatan operasional, seperti fotokopi, pembuatan buku tabungan, dan biaya lainnya.

Bank Sampah ini dinamakan Gemah Ripah. Layanan Bank Sampah dibuka dari jam 16:00-21:00 pada hari Senin-Rabu-Jumat. Harap maklum jika bank ini dibuka pada sore hari, karena para pengelolanya memiliki pekerjaan tersendiri pada siang harinya. Pengurus Bank Sampah bisa dikatakan sukarela dan tidak dibayar. Namun usaha mereka dalam mengelola Bank Sampah ini patut diacungi jempol.

Menurut Panut Susanto, ketua pengelola bank sampah, sampah yang terkumpul tiap minggu mencapai 60-70 kg. Dari sampah-sampah yang terkumpul lalu diolah untuk membuat aneka aksesori rumah tangga, seperti tas, dompet, hingga rompi. Barang-barang tersebut dijual dengan harga Rp 20.000-Rp 35.000.

Bayangkan jika sampah-sampah dikumpulkan dan diolah menjadi barang yang berguna bahkan bisa menghasilkan uang, tentu banyak manfaat dan keuntungannya ketimbang hanya dibuang di tempat pembuangan sampah biasa.

Tampaknya gerakan ini memang pertama di dunia. Sampai saat ini belum ada berita mengenai Bank Sampah lain di penjuru dunia. Indonesia tentu patut bangga memiliki bank seperti ini.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33965

Untuk melihat Berita Indonesia / Unik lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :