Gasing

Pepatah yang mengatakan, buah tak jatuh jauh dari pohonnya, sepertinya benar adanya jika dikaitkan dengan diri seorang Idi Kushandi. Humoris dan jenaka seperti bapaknya yang seorang pelawak Betawi, Alm. H Bokir. Jika Alm. H Bokir merupakan seniman lenong Betawi, Idi lebih fokus pada permainan seni Betawi, yaitu gasing.

Siang itu dengan peluh yang netes dari mukanya, Idi Kushandi terlihat sedang asiknya memahat topeng betawi. “Ya selain gasing, saya juga menggarap topeng betawi, ini saya lagi buat orang pesan saja, nah ini sudah ada beberapa hasilnya, tapi belum di hias“ kata Idi. Berbincang soal gasing, jenis permainan tradisional seperti ini sudah mendarah daging bagi pria yang lahir di Jakarta 65 tahun silam. Dari kecil, ia sudah akrab dengan gasing.“Saya sering main gasing sama teman-teman dulu di tahun 50-an di sekitaran rumah, dulu sih masih manual buatnya beda dengan sekarang,“ katanya kepada Kabarinews.com.

Perlengkapan untuk membuat gangsing

Namun, jenis permainan tradisional ini baru menjadi perhatian sungguh-sungguh di tahun 2005 ‘ilmu’ membuat gasing, kata Idi. Tak ada yang mengajarkannya, dan bisa lantaran belajar sendiri. “Bagaimana saya bisa membuat gasing, saya sendiri juga lupa, semua ini proses alami karena memang dari keluarga saya sendiri sampai anak-anak saya semuanya suka seni Betawi,“ tuturnya sambil tertawa.

Di rumahnya yang berada di Kramat Jati, Jakarta Timur, Idi membuat berbagai macam gasing. Dia memberikan beberapa contoh gasing buatannya. Dari yang berbentuk denok, payung, berembang dan monas. Mengingat bahan gasing itu dari kayu, gasing Idi dibuat dari kayu petai cina, kayu pohon jambu biji, kayu pohon dukuh, kayu pohon asam, pohon cemara kipas dan kayu mahoni.“Tapi kayu yang paling mantap itu ya kayu sawo, ini jenis kayu yang kuat dan anti pecah,“ kata Idi.

Idi menceritakan cara membuat gasing tidak seperti membuat topeng betawi. Gasing ini perlu alat-alat khusus untuk membuatnya, seperti alat bubut. “Kalau topeng yang sekarang ini saya buat ’kan butuh waktu yang lama, gasing sehari saja saya dapat membuatnya sampai 20 buah,’ kata Idi. Hanya saja, Idi menambahkan ada bagian terlama dalam membuat gasing .”Meletakkan paku untuk bikin belen (jejek/ditusuk, red) di gasing. Paku ini berfungsi agar gasing dapat berdiri tegak saat memutar,“ paparnya.

Idi Kushandi

Gasing memang berat di tangan, namun Idi mengatakan untuk memainkannya caranya cukup gampang. Asalkan si pemain itu fokus saja dengan gasing yang ada di tangan kirinya, dan tangan kanan memegang tali. Talinya dililitkan berputar pada gasing, kemudian lemparkan. Untuk tali gasing bisa dibuat dari tali pramuka (berbahan katun) yang dicampur dengan benang wol.
Nah, soal bentuknya Idi menjelaskan, gasing buatannya yang masuk dalam kategori gasing betawi berbeda dengan gasing-gasing yang ada di Indonesia. “Gasing betawi berbentuk jantung atau panggal pala, tapi dulunya, hampir semua daerah bentuk gasingnya itu jantung, kemudian berubah disesuaikan dengan daerahnya msing-masing,“ tutur Idi.

Kehidupan Idi pun bergulir seiiring dengan putaran gasing. Dengan gasing, Idi bisa menjelajah ke berbagai wilayah di Indonesia mengikuti turnamen gasing, bahkan gasingnya pernah ‚berputar‘ sampai ke luar negeri. Idi pernah meraih Juara ke-2 Turnamen Gasing se-Indonesia yang diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Turnamen di Sulawesi dan Batam pun pernah diikutinya. Terakhir, Mei 2012 lalu, Idi mengikuti lomba gasing di Korea Selatan.(1009)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?62117

Untuk melihat artikel Nusantara lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

intero