KabariNews – Satu lagi penyakit baru yang muncul dan berpotensi menjadi epedemi global. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (Mers-CoV), virus mematikan ini disebabkan oleh infeksi virus corona, salah satu jenis virus yang mirip dengan virus penyebab Sars.

Thailand menjadi negara Asia keempat, di luar negara-negara Timur Tengah, di mana warganya positif mengidap Virus MERS-CoV. Tiga di Asia lainnya, tersebut Korea Selatan, Tiongkok, dan Filipina. Bahkan di Korea Selatan, tingkat penyebarannya sangat besar, 182 orang terinfeksi dan 32 orang lainnya meninggal dunia.

Dua bulan lalu, terdapat 34 kasus infeksi saluran pernapasan, tapi dalam 1 pekan saja meningkat cepat hingga saat tulisan ini diturunkan telah mencapai 64 kasus. Jumlah yang jauh lebih tinggi daripada di wilayah epideminya di Timur Tengah. Untuk mencegah penyebarluasan virus MERS, lebih dari 1.600 orang dikarantina.

Langkah antisipatif pemerintah Indonesia mengamankan warganya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah menerbitkan travel advice atau imbauan kepada WNI yang akan pergi ke Korea Selatan, seiring dengan merebaknya virus Mers di Negeri Ginseng tersebut. Sifatnya, hanya imbauan dengan memberi informasi lebih detail, bukan untuk melarang datang.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk menginformasikan secara detail tentang Virus Mers. Tak hanya di Korea, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Guang Zhou, China pun sudah diminta untuk memberikan informasi detail mengenai virus tersebut.

Meski saat ini belum ada laporan tentang warga Indonesia yang terjangkit virus Mers, namun Kemenlu bersama Kementerian Kesehatan terus gencar melakukan sosialisasi kepada biro perjalanan umroh dan para jemaah umroh tentang cara mengantisipasi penularan virus Mers sebelum mereka ke Tanah Suci.

Virus Mers pertama kali ditemukan tiga tahun lalu di Arab Saudi. Penyakit ini disebabkan oleh coronavirus, seperti halnya virus SARS. Lembaga kesehatan dunia WHO menyatakan, tingkat kematian akibat Mers lebih tinggi dibandingkan SARS, yaitu 38 persen. Hingga kini total 1.179 kasus Mers di seluruh dunia. Sebanyak 458 kasus di antaranya menyebabkan kematian sejak Mers pertama kali menyebar pada 2012. Para ahli dan peneliti higga saat ini belum mengetahui secara pasti asal virus tersebut. Namun, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa virus Mers terkait dengan hewan unta.

Bandara dan Pelabuhan Siaga

Alat pemindai suhu – Angkasapura I

Kementerian Kesehatan Indonesia melakukan upaya antisipasi penyebaran Mers. Dalam hal ini Direktur Jenderal (Dirjen) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) Kemenkes Indonesia, Mohamad Subuh mengatakan, sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dideklarasikan pada 2014 lalu, Mers tergolong penyakit yang dapat meresahkan kesehatan masyarakat dunia.

Pernyataan WHO sampai saat ini belum dicabut. Artinya, kewaspadaan harus tetap dilakukan. Untuk mengantisipasi 49 KKP disiagakan di bandara dan pelabuhan, 13 di antaranya di pelabuhan internasional. Mereka disiagakan untuk melaksanakan cegah tangkal, terutama penumpang dari wilayah Mers, seperti yang baru bepergian dari Timur Tengah.

Tak hanya itu, Dinkes juga bekerja sama dengan lintas sektoral dengan berbagai instansi lain, seperti ototitas bandara, pelabuhan, Dinkes kabupaten/kota, dan Dinas Pertanian yang intinya mencegah Mers ada di Indonesia. Sebagai penunjang pencegahan Mers, di pintu kedatangan bandara Tanah Air disiagakan alat pemindai suhu (thermal scanner). Jika ada penumpang yang terdeteksi suhu tubuhnya melebihi 38 derajat Celcius, maka petugas KKP akan memperhatikannya, lalu memberi perawatan lebih lanjut untuk penumpang tersebut.

Mers dan pencegahannya

Tanda dan gejala Mers, seperti dilansir beberapa sumber:
Mula-mula gejalanya mirip seperti flu biasa, namun satu-satunya gejala yang sering dialami pasien adalah demam di atas 38 derajat Celcius (100.4 derajat Fahrenhait) dan mengalami sesak napas di kemudian.

Sebagian besar orang yang terinfeksi Mers-CoV akan mengalami penyakit saluran pernapasan berat dengan gejala demam, batuk dan napas pendek, serta munculnya pneumonia di beberapa kasus. Mers merupakan salah satu bentuk koronavirus yang masih misterius. Hingga saat ini peneliti masih mencari tahu bagaimana koronavirus bisa menginfeksi manusia.

Pencegahan Mers

Karena masih tergolong baru, belum ada vaksin khusus yang dapat mencegah terjadinya penyakit ini. Meskipun begitu, pencegahan tetap dapat dilakukan dengan memperkuat imunitas tubuh. Penyebaran virus korona yang mengakibatkan sindrom pernapasan, beberapa anjuran berikut dapat diterapkan sebagai pencegahan diri:

  1. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih selama 20 detik. Jika sabun dan air bersih tidak tersedia, gunakan pembersih tangan beralkohol.
  2. Tutup hidung dan mulut dengan tisu saat sedang bersin dan batuk. Buang tisu kotor tersebut ke tempat sampah.
  3. Gunakan masker bila sedang berada di tempat ramai.
  4. Hindari menyentuh mata, mulut dan hidung dengan tangan yang belum dicuci.
  5. Hindari kontak pribadi, seperti mencium atau berbagi gelas atau alat makan lainnya dengan orang yang sedang sakit.
  6. Bersihkan dan disinfeksi permukaan barang yang sering disentuh, seperti gagang pintu.

Penyakit Mers sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Jadi, tidak ada salahnya melakukan tindakan antisipasi dengan baik. Jaga kebersihan diri, terutama saat bepergian atau berada di tempat umum yang penuh keramaian. (1001)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/78294

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

asuransi-Kesehatan

 

 

 

 

Kabaristore150x100-2