Saat ini dirasakan proses pelayanan dalam kegiatan ekspor-impor di pelabuhan Indonesia masih lambat dan inefisien. Berikut penjelasan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono kepada Kabari.

Kegiatan ekspor-impor ditangani secara bersama, di antaranya oleh Kementerian Perhubungan dan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) atau bea cukai. Dari sisi Kementerian Perhubungan sendiri menginginkan barang cepat keluar dari pelabuhan, karena diketahui, space yang terbatas di pelabuhan.

“Proses bongkar muat barang sesungguhnya bisa lebih cepat andai sejak awal semuanya sudah teregistrasi. Kecuali bila ada barang yang perlu ditengarai lebih lanjut, dan harus melalui pemeriksaan di CICS—Costum, Immigration Carrantine and Security,” ujar Bambang Susantono.

Saat ini pemerintah tengah menerapkan Indonesia National Single Window (INSW), yaitu sistem elektronik yang ter-integrasi secara nasional dalam menangani dokumen kepabeanan dan lainnya terkait kegiatan ekspor-impor. Semua dokumen melewati satu pintu, paperless, dan seminimal mungkin terjadi kontak dengan petugas sehingga kemungkinan terjadinya pungutan liar bisa ditekan. Dengan demikian, pelayanan perijinan jadi efektif, efisien, transparan, dan ujung-ujungnya kegiatan ekspor dan/atau impor berjalan lebih cepat dan lancar.

“Tahun ini sistem INSW ini dimantapkan. Dengan online system-nya, kita akan beroleh informasi terkini, real time, juga didapat transparansi dan akuntabilitas, serta efisiensi. Bila ini berjalan baik, maka keluhan pengusaha ekspor impor tadi bisa ditekan,” lanjut Bambang.

Contoh sederhananya, Anda mengirimkan barang dari Belawan ke Jakarta. Begitu barang berangkat dari Pelabuhan Belawan, saat itu juga Pelabuhan Tanjung Priok sudah tahu persis jenis barang, kapan kapal masuk, berapa besar muatannya dan berapa truk dibutuhkan untuk mengangkutnya. Jadi, di pelabuhan tidak ada kapal yang menunggu.

Di samping itu Bambang Susantono juga menyampaikan, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia mutlak mengembangkan transportasi laut untuk meningkatkan sea connectivity, keterhubungan antarpulau. Juga menguatkan transportasi antarmoda, di darat utamanya menguatkan transportasi kereta api.

“Khusus untuk sea transportation, pemerintah tengah merevitalisasi 4 pelabuhan besar—Tanjung Priok, Tanjung Mas, Belawan dan Makassar. Pelabuhan-pelabuhan kecil ditata untuk difungsikan sebagai feeder-nya. Semua pelabuhan tersambungkan dengan sistem elektronik yang efisien. Meski mahal, tetap harus dilakukan, karena ekonomi Indonesia, yang merupakan negara kepulauan, sangat tergantung pada connectivity, keterhubungan. Salah satu jangkarnya adalah transportasi, di samping ICT—Information and Communcitaion Technology. Bila ini dipunyai berarti terjadi fasilitasi arus barang dan jasa, tidak saja bergerak di lingkup nasional, tetapi juga dengan negara lain.“ (Buyung Zulfiar)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?53417

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :