KabariNews – Saat bingung mencari tempat yang kira-kira menyediakan banyak makanan Betawi asli, nama Setu Babakan segera terlintas. Tanpa ba bi bu, kami segera meluncur kesana.

Setu Babakan terletak di Jagakarsa, Jakarta Selatan, dan resmi berdiri menjadi situs Perkampungan Betawi sejak 20 Januari 2001. Setu (artinya danau, red) Babakannya sendiri sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Kemudian dijadikan kawasan Wisata Betawi Oleh Pemprov DKI.

Nah, namanya juga perkampungan Betawi, pastinya banyak makanan khas Betawi di sini. Begitu kami melongok, benar saja, di sana tersedia aneka macam makanan yang membuat selera menggelora. Ada Sayur asem, Soto Betawi, Ikan Pecak, Kerak Telor, Laksa, Gado-Gado, Toge Goreng, Nasi Ulam, Nasi Uduk, Nasi Begane. Lalu jajanannya ada Dodol, Geplak, Wajik Rangi, Rengginang, Tape Uli, Kue Talam, Onde-Onde dan masih banyak lagi.

Kami kemudian memutuskan mampir di warung Soto Betawi-nya Mpok Senah yang lokasinya di dekat pinggiran danau. Kata orang sini, Soto Betawi Mpok Senah terkenal enak dan gurih. harga seporsinya Rp 12.000 plus nasi. Mpok Senah sudah sekitar lima tahun berdagang di sini. Rumahnya sendiri tak jauh dari Setu Babakan. Setiap hari dia dibantu oleh adik perempuannya. 

Setelah sekitar lima menit menunggu, pesanan kami pun tiba. Semangkuk Soto Betawi daging babat dan segelas es teh manis. Setelah soto diberi sedikit air jeruk nipis dan setengah sendok kecil sambal agar terasa komplit, kami segera mencicipinya. Satu sendok dulu biar tambah penasaran. Rasanya..pas sekali! gurih bercampur sedikit rasa pedas. Kuahnya begitu lekat rasanya di lidah. Daging babatnya juga empuk. Sekali kunyah, kres..langsung nikmat.

Suasana makan tambah asyik saja karena menghadap ke danau melihat aktivitas orang-orang di sekitar danau. Ada yang memancing, ada yang sekedar bercengkrama, ada juga yang tengah naik perahu kayuh berbentuk angsa. Keringat yang keluar akibat rasa pedas, segera hilang karena angin berhembus semilir. Segar dan sejuk.

Bagi penggemar sejati Soto Betawi, biasanya mereka tahu apakah penjualnya orang Betawi asli atau bukan, sebab menurut mereka, Soto Betawi yang dibikin orang asli Betawi punya rasa nikmat tersendiri dibanding buatan bukan orang Betawi.  Usai Soto Betawi ini kami tandaskan, kami segera mengendus jajanan lain. Perut memang belum nendang banget. Kami tadi sengaja tidak makan Soto Betawi plus nasi, agar bisa makan makanan lain.

Setelah berkeliling, kami berhenti di tempat pedagang Toge Goreng. Pedagang ini tidak mangkal di warung tetapi dipikul. “Ayo Bang cicipin Toge Goreng saya, murah dan kenyang!” kata Bang Jaelani, si pedagang Toge Goreng tersebut. Toge goreng adalah makanan khas Betawi berupa toge yang dicampur potongan oncom dan daun seledri lalu disiram kuah. Cara penyajiannya sebetulnya bukan di goreng, tapi direbus di sebuah wadah atau nampan besi yang rata. Toge, oncom, dan daun seledri tersebut dicampur dan direbus sambil aduk-aduk sampai layu. Tak lupa ditaburi bumbu penyedap. Setelah agak layu dan matang, baru deh disikat! Empat ribu perak saja harganya, bener-bener nendang.

Usai menyantap Toge Goreng, perut kami langsung minta ampun. enggak sanggup lagi deh. Selanjutnya kami berkeliling lagi. Ternyata di Setu Babakan benar-benar komplit. Rasanya segala makanan khas Betawi ada di sini. Apalagi kalau cuma kerak telor, wah bejibun!.

Menjelang sore, Setu Babakan justru semakin ramai. Banyak yang datang kesini membawa keluarga. Biasanya setelah mereka berkeliling melihat-lihat rumah Betawi asli, mereka langsung mampir ke pinggiran danau ini dan memesan aneka makanan. Pokoknya mantap! (yayat)