KabariNews – Julia Gouw lahir 1959 dibesarkan di Surabaya, Indonesia, lalu menamatkan studi akuntansi di Universitas Illinois di Urbana-Champaign pada 1978 dan menjadi Certified Public Accountant. Karirnya melesat cepat hinggi kini menjadi bankir dengan jabatan prestisius—President dan Chief Operating Officer East West Bank dan didapuk pemerintah Amerika untuk menguatkan kerja sama di bidang ekspor.

US Banker 2006

US Banker 2006

East West Bank adalah satu dari 30 bank terbesar di Amerika yang berkantor pusat di California. Dengan visi dan misinya yang unik, menjadi jembatan finansial antara Amerika dan China, bank ini terus tumbuh membesar secara fantastis. Versi Forbes, dalam lima tahun berturut-turut East West Bank berada di ‘Top 15’ dari 100 Bank Terbaik di Amerika.

Catatan yang sangat menarik, di bawah kepemimpinan seorang Julia Gouw, East West Bank berhasil bertengger selama 11 tahun berturut-turut dengan pencapaian pendapatan yang terus meningkat. Pada awal bergabung pada 1989, perusahaan perbankan ini masih sangat kecil. Asetnya 400 juta dolar, tapi kini 26 tahun berselang telah berlipat ganda menjadi 30 miliar dollar. Sungguh sangat impresif.

Selaras dengan itu, track record Julia di komunitas perbankan dan investasi juga sangat menonjol. Ia lima kali masuk dalam kategori “25 Most Powerful Women in Banking” pilihan majalah American Banker. Los Angeles Business Journal’s juga dua kali memberikan penghargaan untuk Gouw sebagai Women Making a Difference dan juga L.A.’s Top Women in Finance.

BERKAT NASIHAT SANG MENTOR

Mulai bergabung di East West Bank pada 1989 sebagai seorang Controller, dan 4 tahun kemudian dipromosikan menjadi Executive Vice President and Chief Financial Officer selama 14 tahun, hingga sampai di posisi sekarang selaku President, Chief Operating Officer sekaligus anggota Dewan Direksi di East West Bancorp, Inc. Menapaki jenjang karir tersebut tentu bukan proses yang mudah.

“Lulus SMA di Surabaya, saya datang di Illinois pada Januari yang amat sangat dingin untuk kuliah. Saya bilang pada diri saya, saya tidak mau tinggal di mid-west. Jadi, begitu lulus, pindah ke Los Angeles, California sampai sekarang,” ujar Gouw kepada KABARI siang itu.

Pertama bekerja di perusahaan minyak Texaco sebagai akuntan. Di situlah ia bersyukur bekerja di bawah mentor yang baik, Paul Archer, yang mewarnai karirnya kemudian.

Julia Gouw berpidato di LACO

Julia Gouw berpidato di LACO

“Beruntung sekali, saya mendapat mentor yang begitu dan memotivasi saya untuk maju. Katanya, karir seorang akuntan akan cepat melesat bila bekerja di kantor akuntan. Berkat bantuannya pula, saya dapat bekerja di KPMG LLP, sebuah firma akuntan internasional.”

Di KPMG ia banyak ditempa bersama partnernya, Norma Lawrence, dengan pekerjaan mengaudit sejumlah perusahaan berbeda. “Saya tidak hanya mempelajari peraturan akunting, tetapi juga dilatih untuk meningkatkan kapasitas diri saya tentang seluk beluk bisnis, bagaimana menjalankannya untuk dapat lebih menguntungkan, memperbaiki efisiensi dan meningkatkan revenue.”

Pada 1989, East West Bank, salah satu klien KPMG tengah mencari seorang Controller, dan Gouw memutuskan untuk bergabung. Keputusannya itu tak lain termotivasi oleh nasihat sang Mentor untuk memasang cita-cita tinggi dan gigih mengejarnya dengan mengukir prestasi gemilang.

Sekali lagi, jalan itu tidaklah mudah, terutama bagi Julia Gouw. “Ya, dan sekaligus saya merasa sangat beruntung. Saya suka berpikir ada 3 minoritas di diri saya, yaitu saya seorang imigran, orang Asia dan perempuan, plus pendek. Tapi, saya percaya California adalah negeri yang memberi banyak kesempatan. Yang pasti, selama perjalanan karir saya, saya berterima kasih pada mentor saya, sehingga saya mendapatkan pelatihan dan peluang untuk mengembangkan karir,” lanjut Julia, penuh syukur.

“Pada 1989 saya bergabung di East West Bank di mana pendapatan nettonya 1 juta dollar per tahun, dan catatan tahun lalu telah mencapai 245 miliar dollar. Dengan pendapatan sebesar itu, East West Bank menjadi bank terbesar yang berkantor pusat di California Selatan.”

Kini East West Bank memiliki 130 kantor cabang di Amerika Serikat, sekitar 100 Kantor Cabang di Southern dan Northern California, lalu New York, Boston, Seattle, Houston, Dallas, Atlanta dan Las Vegas.

“Target kami adalah menarik minat non-asia menjadi nasabah, karena sejauh ini konsumen kami mayoritas orang Asia. Secara bisnis, kami ingin menjadi jembatan ekonomi bagi pengusaha dan individual di China-Amerika. Untuk itu kami diperkuat oleh para ahli di bidang industri, teknologi, ekonomi yang mampu memberi masukan dalam hal bisnis. Kami menyebutnya, accross border business strategy.”

Julia Gouw and Marie Pangestu, mantan Menparekraf

Julia Gouw and Marie Pangestu, mantan Menparekraf

Jumlah karyawan East West Bank kini sebanyak 2.700 orang, telah berlipat dibanding ketika Gouw bergabung di mana jumlah pegawainya kurang dari 200 orang. Ia gembira sekali, karena banyak SDM yang bekerja dan ikut berkembang dalam bisnis perbankan bersama East West Bank. Dengan kemajuan pesat ini, akankah East West Bank berekspansi ke seluruh dunia seperti bank-bank besar lainnya?

East West Bank, jelas Julia, memiliki visi misi menjadi jembatan finansial antara East dan West, antara China dan Amerika. Ia tetap fokus di situ, mengingat selama 10-15 tahun terakhir China menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Banyak peluang terbuka di sana. Keputusan yang tepat bila East West Bank berkonsentrasi melakukan penetrasi dengan melayani perusahaan menengah melakukan bisnis di China dan Amerika, bagaimana membuat perusahaan berjalan dan dapat bertumbuh dengan lebih baik dan lebih baik lagi.

“East West Bank adalah 1 dari hanya 3 Bank Amerika yang memiliki lisensi perbankan di China. Ini membantu luar biasa dalam memberi pelayanan perbankan, membantu perusahaan Amerika yang berbisnis di China dan sebaliknya, serta membantu mencarikan partner bisnis bagi nasabah, memindahkan uang mereka, juga membantu perusahaan di China yang ingin berinvestasi di AS, karena kami tahu peraturannya. Sekali lagi, timing dan opportunity membuat bank kami tumbuh besar seperti sekarang.”

KUNCI SUKSES

Sebagai Presiden dan COO East West Bank, apa kelebihan Julia Gouw sebagai bankir? Barangkali, ujar Julia, adalah selalu melakukan trading value, baik kepada perusahaan, pemegang saham dan para mitra.

“Kami adalah sebuah tim besar dan membutuhkan banyak orang untuk menjaga keberlanjutan dari bisnis ini agar dapat terus menguntungkan. Kuncinya adalah mengerti bisnis perbankan, memahami value proposition, manfaat apa yang bisa diberikan kepada nasabah. Sebagai seorang bankir, kita harus rajin dalam mengelola risiko, karena jenis usaha ini memang berisiko tinggi. Tapi bagaimanapun, kita harus siap menghadapi risiko itu, dengan rajin dalam bekerja,” jelas Gouw.

Presiden Obama dan Julia Gouw

Presiden Obama dan Julia Gouw

Gouw melihat pentingnya bagi seluruh sumber daya manusia (SDM) dalam perusahaan memahami kekuatan dan kelemahan diri masing-masing. Tekun mencari cara melipatgandakan kekuatan atau kelebihan itu, sebaliknya meminimalisir kelemahan yang ada. Temukan _passion_ itu, katanya lagi, dan dalam berkarir harus terus termotivasi dan memasang target yang lebih tinggi lagi.

“Ada sementara orang takut memiliki cita-cita yang tinggi, karena takut gagal. Padahal tidak perlu takut, karena dengan mencoba, ia akan mengoptimalkan diri melakukan yang terbaik, sehingga hasil yang dicapainya pasti lebih baik dibandingkan ia tidak memasang target yang tinggi.

Di samping itu, tetap fokus dalam meraih target dengan melakukan yang terbaik. Tetapi bila belum berhasil, jangan terlalu menekan diri. Stop cemas dan meratapi kegagalan, sebaliknya tetap fokus mengulik cara lain untuk mengejar cita-cita itu. Bisa jadi belum berhasil karena strategi yang diterapkan belum tepat. Jadi, penting bersikap fleksibel.

“Yang paling penting lagi, harus menghargai apa yang dimiliki. Bila terjebak dalam rasa tidak bahagia, saat itulah kita mesti menghargai anugerah dan menempatkan segala sesuatu dalam perspektifnya. Saya beruntung, saya suka pada bidang keuangan, banking dan investasi, sehingga dengan menjadi bankir, semua pekerjaan saya memberi kesenangan untuk saya,” papar Julia, runtut.

Ketika KABARI bertanya kepada Julia apakah ada rencana untuk membuka cabang di Indonesia atau negara lain selain China dan Amerika, Julia berkata bahwa saat ini China merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, masih banyak peluang bisnis dan investasi yang dapat digali. Untuk itu East West Bank memilih untuk berkonsentrasi pada hubungan perdagangan China dan Amerika agar perusahaan bisa senantiasa memberikan pelayanan perbankan yang terbaik untuk para nasabahnya. Akan tetapi Julia mengatakan banyak nasabah East West Bank yang merupakan orang Indonesia yang berbisnis di Amerika dan China.

 “Saya melihat banyak pengusaha Indonesia yang membangun pabrik di China, lalu menjual hasil produksinya di Amerika. Meski tidak memiliki izin perbankan di Indonesia, East West Bank memiliki nasabah yang merupakan orang Indonesia. Dan saya melihatnya lebih sebagai triangle—Indonesia, China dan Amerika—dan jumlah mereka semakin banyak. Kami bisa bantu perbankan mereka, karena kami memahami kerja perbankan di China dan Amerika. Kami bisa membantu mulai dari mengeluarkan LC, Letter of Credit, mengerjakan mortgage, ekspor-impor antara Amerika-Indonesia-China, investasi di bidang properti sampai tabungan.”

 SEORANG FILANTROPIS

Duduk di pucuk pimpinan, Julia tentu memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Waktu 24 jam bisa jadi serasa kurang untuk bekerja. Diminta untuk berbagi tentang aktivitas kerjanya keseharian dalam hitungan jam, Gouw tak urung tergelak.

“Wah, secara keseluruhan sulit ya mengatakan waktu kerja saya dalam jam. Karena saya dituntut selalu siap bekerja dan memang selalu ada saja yang harus dikerjakan. Di samping menjalankan tugas kepemimpinan, yakni memastikan segala sesuatunya berjalan lancar di perusahaan, mengelola seluruh divisi dan melakukan kolaborasi agar semua berjalan menuju target yang sama, saya juga harus menghadiri acara, undangan atau seminar.”

Hebatnya lagi, di samping sibuk berkutat dengan masalah pekerjaan, Gouw masih sempat peduli terhadap pendidikan dan masalah isu lingkungan, tepatnya dalam hal kegiatan konservasi alam. “Saya adalah orang yang pro business dan pro growth. Akan tetapi saya juga merasa apa yang kita lakukan harus memiliki keseimbangan. Walaupun saya orang yang pro business dan senang melihat perumbuhan perusahaan akan tetapi saya juga mengelola bisnis tersebut sedemikian rupa untuk turut serta menjaga kelsetarian lingkungna hidup, supaya kita dapat di lingkungan yang baik.”

Untuk itulah dalam bebrapa tahun ini ia turut berkontribusi melalui sebuah lembaga organisasi nirlaba Amerika Serikat yang bernama The Nature Conservancy (TNC). Lembaga ini mempunyai program khusus untuk Indonesia.

“Banyak illmuwan tergabung dalam organisasi TNC. TNC memiliki program-program dalam pelestarian lingkungan hidup, di antaranya membantu nelayan kecil di Indonesia. Mereka diberikan penyuluhan tentang cara menangkap ikan dengan baik dan benar. Stop memakai bom ikan, dan juga memberi bimbingan teknologi yang benar. Diharapkan, pada akhirnya perekonomian para nelayan tersebut dapat terus berkembang,” urai Gouw lagi.

Bidang pendidikan juga menjadi perhatian besar bagi Gouw. Menurut tokoh Philanthropist of the Year dari National Association of Women Business Owners di Los Angeles ini, pendidikan memiliki kekuatan dahsyat dalam memperbaiki kualitas hidup manusia.

Julia memberi sambutan di UCLA Commencement Juni 2015

Julia memberi sambutan di UCLA Commencement Juni 2015

Gouw juga peduli pada kesehatan perempuan, dan namanya tercatat sebagai anggota Board of Overseers for the UCLA Health System. Ia juga pendiri Chair of the Executive Women’s Advisory Board untuk the Iris Cantor-UCLA Women’s Health Center, selain aktif di kegiatan pemberdayaan perempuan sesuai kiprahnya sebagai anggota Dewan Trusteeship, organisasi yang berafiliasi dengan International Women’s Forum.

“Kami sangat kagum pada Julia Gouw, pemimpin bank internasional dengan latar belakang global, tapi berkenan memberi kontribusi kepada UCLA Indonesian Studies Program. Seperti kami semua di UCLA International Institute, ia sangat peduli terhadap siswa-siswi yang ingin belajar isu internasional dan kelak menjadi warga global. Kami senang bermitra dengan Julia Gouw dalam memperluas dan mendalami riset dan pendidikan mengenai Indonesia,” ujar C. Cindy Fan, Ph.D, Vice Provost for International Studies and Global Engagement dan Professor of Geography, UCLA.

Sebagai filantropis, Gouw belum lama bergabung di dalam UCLA Foundation’s Philanthropy Committee, mempromosikan semangat filantropi dalam pengembangan sekolah dan program pendidikan di UCLA. Sebuah prestasi lain diukir Gouw. Belum lama ia didapuk oleh Secretary of Commerce America menjadi anggota District Export Council untuk mendukung pemerintah dalam meningkatkan kegiatan industri dan ekspansi ekspor.

Dengan prestasi demikian bagus, Julia Gouw tetap seorang rendah hati. Semua itu didukung oleh motto hidup yang dipegangnya terus, yakni tetap positif, berperilaku baik kepada sesama, hidup sehat dan selalu bahagia. Saat Musim Semi, ia selalu sempatkan diri menikmati pertunjukan seni para seniman di taman dan alun-alun. (1003)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/78961

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln

 

 

 

 

kabari store pic 1