Sebagai pengusaha ekspor-impor,
Doli Syarief Pulungan (58) sering bolak-balik keluar negeri, termasuk ke negeri
Paman Sam, negeri yang menjadi tujuan banyak orang untuk mencari nafkah. Namun, justru di sanalah pria kelahiran
Sipirok, Medan,
mengalami kisah pahit yang tak terlupakan.

Cerita dimulai pada Juni 2007
saat Doli terbang ke Amerika untuk urusan bisnis. Doli bermaksud mengecek
langsung sejumlah barang yang ingin diimpor oleh perusahaannya. “Seperti biasa, sebelum barang-barang itu
saya beli dan tanda tangan kontrak, saya mengecek langsung keadaan barang,
kalau oke, baru saya perintahkan kirim ke Indonesia,” ujar Doli membuka cerita saat
ditemui Kabari di rumahnya, di daerah Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (18/01/2010).

Bisnis Doli bergerak di bidang
ekspor-impor mesin. Menurut pengakuannya, dia datang ke Amerika karena ingin
membeli sejumlah mesin yang sudah dipesan rekan bisnisnya. Tidak dijelaskan
lebih lanjut mesin jenis apa yang ingin dibeli Doli.

Setelah dua minggu, ternyata
pesanan yang diminta Doli belum siap dikirim. Sehingga dia harus balik lagi ke Jakarta dan menunggu.

Ditangkap FBI

Pada 25 September 2007 Doli
kembali ke Amerika dan mendarat di Los
Angeles
pukul 10.00 malam. Dia lalu terbang ke Minnesota dan melanjutkan perjalanan ke kota
Cashton, Wisconsin,
menuju rumah rekan bisnisnya.

Sebelumnya pada Juni ketika Doli
datang pertama kali ke Amerika, dia sudah bekenalan dengan seorang polisi bernama
Steve Kaczik. Saat kedatangannya yang kedua, mereka kembali bertemu. Kepada Steve di sebuah bar, Doli mengaku bertanya soal pembelian scope atau pembidik senapan. Menurut keterangan
Doli, dirinya hanya bertanya dan ingin tahu saja, tak lebih. “Saya itu cuma tanya-tanya
saja kok, belum ada kontrak jual beli, belum ada barangnya, apa saya salah?”
gugat Doli.

Namun, rupanya dari cuma sekedar
bertanya, Doli justru harus terlibat persoalan pelik. “Saya sendiri tak
menduga, di Indonesia kalau cuma tanya-tanya seperti itu tidak apa-apa, tapi
rupanya disana tidak begitu, malah dicurigai,” ungkap Doli dengan nada tinggi.

Usai pembicaraan dengan Steve,
Doli merasa semuanya masih aman-aman saja. Dia lalu pulang ke rumah rekan
bisnisnya di Cashton, tempat dia
menginap.

Besoknya, sekitar jam sepuluh
pagi, tiba-tiba datang dua orang anggota FBI ke rumah tersebut dan menangkap
Doli. Doli kaget bukan kepalang. Dia sempat menolak dan bertanya apa salahnya,
tapi dua anggota FBI itu bersikeras bahwa dia harus ikut kantor polisi. Mereka
menuduh Doli dengan tuduhan melakukan perdagangan senjata ilegal.

Keadaan tambah runyam saat FBI menemukan
tanggal kelahiran Doli di paspor berbeda. “Sudah dasarnya mereka paranoid sama soal
begini, tambah curigalah mereka begitu melihat
paspor saya,” ujar Doli. Belakangan Doli baru tahu, yang melaporkan dirinya ke
FBI adalah Steve Kaczik.

Sejak 26 September 2007, Doly
resmi meringkuk di tahanan. Tuduhan yang
dikenakan termasuk berat, yakni melakukan penyelundupan senjata secara ilegal. Menurut
data Pengadilan Negeri Madison, Wisconsin, Doli dianggap berupaya membeli pembidik merek Leupod Mark 4 CQ/T sebanyak 100 buah. “Saya
ini dianggap setengah teroris, karena katanya mau selundupkan senjata, dari mana
saya punya uang?” bantah Doli.

Selama menghadapi tuntutan, Doli
diberi pilihan membayar pengacara sendiri atau disediakan pengacara gratis oleh
negara. “Kalau mau bayar pengacara, harganya 100.000 USD, wah saya tidak punya uang
sebanyak itu,” ungkap Doli.

Nantikan perjuangan Doli di pengadilan
Amerika

Bersambung…

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?34541

Untuk melihat Berita Indonesia / Kisah lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :