Bentuk kesenian dan budaya di Tanah Air memang sangat banyak.
Di setiap daerah di seluruh pelosok nusantara ini sudah bisa dipastikan
memiliki seni dan budaya masing-masing yang berbeda dengan daerah
lainnya. Dan salah satunya adalah Kesenian Wayang.

Kesenian wayang sangat populer di kalangan masyarakat umum, terlebih
lagi bagi masyarakat Jawa dan Bali. Bahkan kesenian inipun sudah
mendapatkan perhatian khusus dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (UNESCO). Sehingga tidak sedikit warga asing yang sengaja datang ke Indonesia hanya untuk mendalami kesenian yang satu ini.

Kesenian wayang sendiri terbagi dari beberapa kategori, di antaranya
adalah wayang orang dan wayang kulit. Dan alur cerita yang biasa
dibawakan dalam setiap pagelaran biasanya diangkat dari kisah Mahabarata
atau Ramayana.

Kembali Mengenalkan Wayang Di kalangan Anak Muda

Semakin berkurangnya minat masyarakat untuk melihat dan mempelajari
kesenian wayang, khususnya di kalangan anak muda, membuat para pelaku
seni wayang di Tanah Air khawatir dengan keberlangsungan kesenian
tersebut di masa yang akan datang. Hal inilah yang menjadi inspirasi
salah seorang sutradara muda, Mirwan Suwarso, untuk membuat suatu
pagelaran Wayang Orang yang berbeda dari biasanya dan jauh dari kesan
“Membosankan”.

“Saya dulu sering diajak sama orangtua untuk lihat wayang. Tapi
sekarang anak-anak lebih suka dengan film kartun dan film-film luar
negeri, termasuk anak saya, dan tidak tahu dengan kesenian daerah
seperti wayang. Ini yang menjadi keresahan saya sampai akhirnya saya
berfikir untuk membuat suatu pagelaran wayang yang bisa menarik minat
orang banyak, bahkan khususnya anak-anak muda,” ujar Mirwan.

Dengan menggabungkan seni wayang orang, wayang kulit, ketoprak,
orkestra dan teater modern serta unsur sinema, Mirwan menggarap
pagelaran wayang dengan judul Jabang Tetuko dengan dibantu para pelaku
kesenian wayang dan penata musik dan penata laga dari Hollywood.

Sebuah pertunjukan yang menceritakan tentang lahirnya Jabang Tetuko
(nama kecil Gatotkaca) putra Bimasena dan Dewi Arimbi yang dalam riwayat
hidupnya telah digariskan untuk menjadi seorang ksatria dewa dengan
mengalahkan Raja Raksasa Kala Pracona.

Dimainkan oleh kelompok Wayang Orang Bharata yang biasa pentas di
Gedung Kesenian Wayang Orang Bharata di kawasan Senen, Jakarta Pusat.
Mirwan selaku sutradara menyerahkan urusan musik pendukungnya kepada
Deane Ogden, yakni seorang penata musik Hollywood yang sebelumnya tidak
tahu-menahu tentang kesenian di Indonesia.

“Saya belum pernah tahu tentang kebudayaan Indonesia, sampai akhirnya
saya dihubungi untuk membantu pagelaran ini. Saya kagum dengan kesenian
di Indonesia karena sangat indah,” ucap Deane yang telah menggarap
musik dalam film The Surrogates, The Way Home, Friday Night Lights,
Tron dan The Hitlist.

Sementara itu untuk aksi laga dalam pertunjukan yang digelar di The
Hall Senayan City, tanggal 27-28 Mei 2011 tersebut, Mirwan mengundang
Benjamin Rowe, penata laga yang menggabungkan unsur beladiri wushu dalam
tarian perang wayang orang.

“Ini merupakan kehormatan besar bagi saya karena telah menjadi bagian
dari pagelaran yang baru pertama kalinya di dunia yang menggabungkan
antara wayang orang, wayang kulit dan film,” tutur Rowe yang juga telah
menggarap film Transporter 2, 2 Fast and 2 Furios, Transfomer 3, Bad
Boys 2 dan Miami Vice.

Meski mengkolaborasikan banyak unsur modern, namun hal yang dilakukan
Mirwan dan rekan-rekannya ini tidak mengganggu “pakem-pakem” dalam
pementasan wayang. Hal tersebut disampaikan Ki Dalang Agus Sambowo yang
dalam pagelaran tersebut menjadi Dalang Wayang Kulit.

“Tata lampu dan musiknya berkembang dari dulu. Lampunya yang dulu
hanya menggunakan bara api terus berkembang jadi lampu petromak hingga
sekarang lighting, ini adalah bentuk berkembangnya seni wayang.
Jadi tidak mengganggu sama sekali dengan unsur tradisi dalam wayang,”
ungkap Ki Sambowo.

Meski waktu pertunjukan hanya sekitar 55 menit, pagelaran yang
didukung oleh Djarum Foundation tersebut terbukti berhasil menarik minat
masyarakat, khususnya anak-anak muda untuk datang dan melihat langsung
pertunjukan film, wayang orang, wayang kulit dan orkestra dalam satu
panggung.

Dengan harga tiket mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 1,5 juta,
penonton yang hadir selama masa pertunjukan dua hari tersebut mencapai
sekitar 3000 orang. (Arip)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?36843

Untuk melihat artikel Seni lainnya, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :