Tak
ada sezarah pun dalam benak Bill Kadarusman bahwa dirinya akan menjadi seorang
prajurit Amerika. Kedatangannya ke Amerika pada
1991
untuk menuntut ilmu, justru membawanya menjadi seorang perwira Amerika dengan
pangkat Letnan Satu.

Namun Bill
mensyukuri apa yang telah dia raih selama ini. Kepada Kabari, Bill menceritakan
bagaimana menjadi seorang prajurit Amerika yang selalu harus siap ketika tugas memanggil.

Tiba Di Amerika

Bill datang
ke Amerika tahun 1991 dengan visa pelajar, dia kuliah di Brigham Young University, Hawaii,
mengambil jurusan akuntansi.

Setelah lulus, Bill kemudian sempat
bekerja selama dua tahun
di Honolulu, Hawaii. Pada tahun 1998
Bill berhenti bekerja dan memutuskan kembali ke Indonesia, tapi niatnya tak pernah
terkabul. Hanya beberapa minggu sebelum pulang, kerusuhan Mei 1998 pecah di Indonesia. Akhirnya Bill Kadarusman,
yang telah berhenti dari pekerjaannya, kehilangan visa kerja, dan terjebak di
Amerika Serikat dengan status kurang jelas.

Bill lalu pindah ke San
Francisco dan memulai periode sulit dalam hidupnya.
Dia bekerja menjadi apa saja, asal halal dan bisa memberi makan istri dan dua
anaknya yang masih kecil. Karena statusnya masih pelajar, mau tidak mau, Bill
harus mengambil kelas. Alhasil sambil bekerja serabutan Bill mengambil kuliah
hukum di Brigham Young’s J. Reuben Clark Law School, Utah.

Sebelumnya, Bill juga mengajukan Asylum pada Oktober 1998.
Seringkali setelah pulang kuliah atau bekerja, Bill mampir ke kantor imigrasi
hanya untuk menanyakan status aplikasinya.

Bill memang tak pernah menyerah, sambil terus bekerja dia
tetap fokus pada pendidikannya. Pada tahun 2004, Bill resmi mengantungi ijazah
hukum dan berharap mendapat pekerjaan yang bagus.

Namun ternyata tak mudah, meski mengantungi ijazah di bidang
hukum tapi dengan status kewarganegaraan yang tak jelas, membuat Bill sulit
mendapat pekerjaan yang sesuai. Bahkan Bill mengaku pernah melamar menjadi
kasir, tapi ditolak gara-gara pemilik restoran curiga padanya. Seorang ahli
hukum seperti Bill, kok mau menjadi
kasir, tanya si pemilik restoran heran.

Dia
akhirnya mengambil pekerjaan paruh waktu di sebuah kelompok rumah di Orem dengan bayaran
sebesar $ 7 per jam. Cukup lumayan untuk menghidupi keluarganya.


Beruntung Bill memiliki seorang istri yang pengertian dan sayang pada anak-anak
mereka. Sitri Bill, Saiko, adalah seorang wanita Jepang yang juga masuk ke
Amerika dengan visa pelajar. Mereka bergantian merawat anak-anak mereka, saat
salah satunya harus bekerja atau kuliah.

Masuk National Guard Dikirim Ke Irak

Pada suatu hari bulan Mei 2005, Bill
mendapatkan kabar gembira. Permintaan asylumnya di setujui pemerinah Amerika
dan Bill mendapatkan Green Card. Dia bernafas lega karena dengan begitu, dia
mulai dapat membuat rencana masa depannya lebih matang bersama keluarganya di
Amerika.

Pada tahun yang sama Bill Kadarusman memutuskan
mendaftar di National Guard Amerika serikat sebagai tentara. National Guard ketika itu menjanjikan bonus,
insentif dan gaji yang lumayan. “National Guard, adalah salah satu intusi
militer yang cukup populer di Utah,
apalagi mereka juga menjanjikan banyak benefit,” kata Bill kepada Kabari.

Tanpa rintangan berarti Bill yang
berbadan tegap dan berotak cerdas, diterima sebagai GI di National Guard,
sejenis pasukan cadangan militer Amerika Serikat. National Guard adalah
komponen penting dalam sistem pertahanan dan keamanan Amerika.

Bill tertarik masuk National Guard,
karena banyak keuntungan yang didapatkan. Dia mengaku mendapatkan bonus uang
tunai USD 5000 yang dibagi dalam dua tahap. Pertama dibayarkan sesaat setelah
resmi menjadi anggota, selanjutnya dibayar selama ikatan dinas. Bill sendiri
terikat dalam ikatan dinas selama enam tahun di National Guard.

“Selain bonus, mereka juga memberi
potongan pajak, memberikan dana sekolah, serta membayari utang pribadi hingga
maksimum USD 20.000,” ujar Bill yang mengaku punya utang USD 30.000.

Bill lalu masuk barak dan mendapatkan latihan dasar militer
dari US Army selama empat bulan di Fort Sill, Oklahoma. Sejak itulah dia menyandang status
sebagai
GI dalam satuan Reserve National Guard.

Sepulang dari Fort
Sill, Bill lalu membuka
kantor pengacara sendiri di Murray.
Kehidupannya berangsur membaik, dia mulai banyak menangani klien, dan
akhirnya bisa membeli rumah sendiri setelah sebelumnya selalu sewa.

Sepanjang menjadi pengacara, Bill masih terikat dalam ikatan
dinas National Guard, hingga setiap satu bulan sekali dia harus kembali ke
barak untuk latihan militer. Bill juga mengatakan setahun sekali ada annual
training selama dua minggu.

Ketika karirnya sebagai pengacara mulai terbentang, pada
tahun 2007 datanglah panggilan tugas yang harus dia emban. Panggilan tugas
pertama itu tak main-main, Bill langsung dikirim ke Irak.

Istri tercintanya
tentu kaget mendapat kabar ini. Tak apa mau dikata, ini adalah tugas
negara, dan Bill harus berangkat.

Seperti
semua prajurit, Bill terpaksa meninggalkan keluarga dan teman-temannya. Saat itu Bill menjadi satu-satunya warga
negara Indonesia
yang dikirim ke Amerika dengan seragam tentara Amerika. Bill memang memiliki
Green Card, tapi belum menjadi warga negara Amerika.

Beruntung,
Bill bisa kembali dari Irak dengan selamat dan berkumpul dengan keluarganya.

Kepada
Kabari mengungkapkan pengalaman bertugas
di Irak justru menjadi pengalaman terbaik dalam karir militernya. “S
emua orang takut pergi ke Irak,
tapi bagi saya justru menjadi waktu terbaik dalam militer. Memang mereka tidak
menemui kenyamanan seperti di rumah sendiri. Tapi di sana semuanya fasiltas disediakan,” ujar Bill.

Sebagai sersan, ketika itu Bill mengaku mendapatkan gaji USD 3500 per bulan tanpa potongan pajak
sama sekali, “Kecil memang, tapi selama kita tugas, kita tak perlu keluar uang,
dikasih makan, tempat tinggal, bahkan sampai fasilitas cuci baju,” kata Bill.

Bill mengatakan bahagia menjadi bagian dari National Guard
Amerika. Kehidupannya lebih terjamin sekarang. Apalagi pengalaman di militer
amat membantu dalam mencari pekerjaan, “Pengalaman pernah kerja di militer, menjadi referensi
yang sangat bagus saat orang mencari pekerjaan,” kata Bill.

Bahkan menrut Bill, National Guard kerap membantu anggotanya
untuk memberikan referensi kepada lembaga-lembaga pemerintah atau swasta untuk
menempatkan anggota bekerja.

Saat ini Bill tengah berada di Fort Benning, Georgia,
mengikuti Basic Leadership Course. Fort
Benning sendiri terkenal
sebagai markas militer Amerika tempat para perwira Amerika digembleng. Menurut
Bill, usai training di Fort
Benning ini, dirinya akan
naik pangkat menjadi Kapten.(foto:dokumen pribadi)

Simak video wawancara

Part 2

Part 3

Part 4

Part 5

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?34570

Untuk melihat Berita Amerika / Amerika / Profiles lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :