Kuliah di Amerika boleh dibilang susah-susah gampang. Meski punya uang
banyak, belum tentu bisa mendapatkan universitas bagus dengan mudah.
Karena sistem pendidikan di Amerika benar-benar mengandalkan mutu,
bukan semata diukur dari kesanggupan seorang siswa memenuhi biaya
kuliah.

Lagipula jika hanya soal biaya, saat ini banyak jenis beasiswa yang disediakan.Hampir semua universitas di Amerika menyediakan  beasiswa. Pokoknya, asal pintar mencari informasi, rajin bertanya kesana kemari, kuliah di Amerika bukan cuma impian, tapi kenyataan yang mungkin diraih.

Kita bisa belajar banyak dari pengalaman Christopher Rendy Djunaedi, pelajar Indonesia yang melanjutkan studinya di negeri Paman Sam. Berbekal nilai akademis, kemandirian dan dukungan penuh dari orangtua ia menginjakan kaki di California pada 2 Agustus 2007 melalui usaha dan tekadnya sendiri. Alumni IPEKA Tomang, Jakarta ini sebelumnya tak pernah membayangkan bisa kuliah di Amerika.

Memilih Community College

Pemuda ganteng yang biasa disapa Chris ini bercerita bagaimana dia bisa menyiasati belajar di Amerika.

Kepada Kabari Chris mengungkapkan, saat mendatangi agen di  Indonesia, Chris disodori 3 Community College di Amerika, yakni Foothill College, Diablo College dan De Anza College. Alasan si agen karena di tiga Community College tersebut banyak pelajar Indonesia.

Tapi Chris tidak serta-merta memilihnya. Dalam mencari informasi  pendidikan di Amerika, kita memang harus banyak tanya kesana kemari. Jangan terburu-buru atau tergiur berbagai kemudahan. Itu pula yang dilakukan Chris, dia tanya kesana kemari, dia browsing internet dan dia juga mengumpulkan banyak brosur pendidikan di Amerika.

Akhirnya Chris memilih Skyline College, sebuah Community College yang justru hanya sedikit dihuni oleh pelajar Indonesia. “Agar ilmu bahasa Inggris saya semakin terasah, maka saya pilih Community College yang banyak foreign studentnya,” kata Chris sekaligus  memberi tips.

Pilihan masuk ke Community College dahulu sebelum ke universitas memang sebaiknya dilakukan. Karena Community College bisa menjadi sarana belajar sebelum kita benar-benar masuk ke dalam universitas. Di Comumnity College kita bisa belajar budaya, bahasa, dan juga beradaptasi dengan sistem pendidikan Amerika.

Selain itu lulusan community college umumnya lebih mudah diterima di universitas Amerika ketimbang mencoba langsung lompat dari SMA ke universitas.

Lagipula dengan lingkup yang lebih kecil, Community College memungkinkan siswa bisa berinteraksi lebih dekat dengan para dosen dan sesama pelajar.

Chris sempat berhadapan dengan pilihan sulit karena Ayahnya menginginkan Chris masuk fakultas kedokteran UI.

“Papa beri aku dua pilihan sulit, yang pertama melanjutkan kuliah di Kedokteran UI, atau keluar negeri dengan kesempatan yang lebih kecil untuk ambil fakultas kedokteran,” ujarnya.

Sistem fakultas kedokteran atau biasa disebut medical school di Amerika berbeda dengan di Indonesia. Di Indonesia, selepas SMA seorang pelajar bisa langsung mendaftar jurusan kedokteran di fakultas  yang diminati. Di Amerika tidak demikian, pelajar harus menyelesaikan S1 yang berhubungan dengan Science terlebih dulu, setelah itu baru bisa mendaftar ke universitas kedokteran dengan persaingan ketat dan segudang persyaratan.

Tapi akhirnya Chris memutuskan pergi ke Amerika. Setelah lulus les TOEFL dan mendapat surat I-20 dari Skyline College yang menerima dirinya. Chris pun langsung ke kedutaan Amerika untuk mengurus student visa. Di Skyline College, San Fransisco, Chris memilih jurusan Biotechnology.

Pada tahun kedua belajar, Chris mengajukan beasiswa. Berkat prestasi akademiknya yang bagus, Skyline College menerima permohonan Chris. Bukan itu saja, pemuda kelahiran Jakarta, 26 Januari 1989 ini juga diminta untuk menjadi pengajar tutor atau les tambahan untuk siswa Skyline College.

Kesempatan itu tidak disia-siakan Chris, “Kesempatan seperti ini  langka, dengan mengajar tutor kita bisa menambah pengalaman dan wawasan. Selain itu tentu saja kita nantinya akan mudah mengurus surat-surat administrasi di civitas akademika,” kata Chris.

Maka Chris berpesan, jika ada tawaran semacam itu, jangan dilewatkan, karena itu sangat membantu dalam kemajuan dan prestasi akademik.

Masuk UCLA

Lulus dari dari Skyline College, Chris mengincar Universitas of California Los Angeles (UCLA). Tapi masuk UCLA bukan perkara mudah. Selain persaingannya ketat, UCLA juga melihat latar belakang akademik si calon mahasiswa. Termasuk diperlukan juga rekomendasi dari lembaga pendidikan sebelumnya.

Pihak dosen di Skyline bersedia membuatkan surat rekomendasi untuk Chris yang ditujukan kepada rektor UCLA. Surat rekomendasi dosen, surat kelengkapan pertanggungan beasiswa selama di Skyline, ditambah surat pengalaman kerja mengajar tutor, dan tentu saja ditambah biodata lengkap Chris itu diserahkan ke UCLA untuk diverifikasi.Hasilnya, Chris diterima.

Chris mengungkapkan, surat-surat itu bisa dia dapatkan karena selain dia memang belajar dengan keras, dia juga berusaha menjalin  hubungan dengan pihak Skyline College selaku civitas akademika.

“Dalam urusan belajar, kita jangan cuma belajar saja, tapi juga harus pandai bersosialisasi dan menempatkan diri, tujuannya agar lebih baik dalam membuat personal statement dan tentu saja agar kita punya banyak teman,” kata Chris yang memang mengaku menjalin komunikasi dengan baik dengan para dosen dan teman-temannya.

Di UCLA Chris mengambil program jurusan Science Engeneering with Inorganic Chemistry Concentration.Meski tak menjadi dokter seperti cita-citanya, namun Chris yakin suatu saat ia bisa memberi kontribusi positif di masa depan. “Saya mengerti sekarang, tidak hanya dokter saja yang bisa memberi kontribusi positif bagi masyarakat, saya sangat berharap dengan apa yang saya pelajari sekarang dapat mempersiapkan saya di lapangan kerja Nanotechnology dan Green-technology,” ungkap pria yang hobi basket ini.

Chris masuk UCLA sejak September 2009, saat ini dia tengah mencoba mengirimkan permohonan beasiswa ke UCLA. Rencana terdekatnya adalah ikut program Research Internship pertengahan tahun 2010 di Jerman.  (yayat)

<object width=”560″ height=”340″><param name=”movie” value=”http://www.youtube.com/v/silcaHCtUO4&hl=en_US&fs=1&”></param><param name=”allowFullScreen” value=”true”></param><param name=”allowscriptaccess” value=”always”></param><embed src=”http://www.youtube.com/v/silcaHCtUO4&hl=en_US&fs=1&” type=”application/x-shockwave-flash” allowscriptaccess=”always” allowfullscreen=”true” width=”560″ height=”340″></embed></object>

Untuk Nonton Video Part 2 Klik disini

Untuk Nonton Video Part 3 Klik disini

Untuk Nonton Video Part 4 Klik disini

Untuk Nonton Video Part 5 Klik disini

Untuk Nonton Video Part 6 Klik disini

Untuk Nonton Video Part 7 Klik disini

Untuk Nonton Video Part 8 Klik disini

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?34319

Untuk melihat artikel Amerika / Education lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :