Everybody loves music. Musik
adalah bahasa universal. Media musik bisa dipakai untuk tujuan beragam.
Mulai dari sekedar hiburan, promosi, sampai propaganda. Sah-sah saja.
Tapi satu hal yang jelas, sebagaimana produk budaya, musik akan selalu
berkembang dan tak terbatas. Pokoknya no boundaries dan never stop to
move-lah.

Jika ditelusuri lebih jauh tentang sejarahnya, ternyata semua jenis
musik kontemporer saat ini seperti pop, jazz, atau rock, mengakar pada
satu jenis musik yang lahir sejak abad 19, bernama blues. Blues
terbentuk akibat akulturasi budaya bertutur kaum budak Amerika yang
mayoritas berasal dari Afrika dengan tradisi musik Eropa. Nama blues
sendiri lahir dari istilah blue yang selalu dikonotasikan dengan
perasaan depresi dan melankoli para budak kulit hitam di Amerika. Baru
pada tahun 1910, istilah blues resmi dipakai.

Jakarta International Blues Festival

Sebagai apresiasi terhadap musik blues, 7 November kemarin digelar
acara musik bertajuk “Djarum Super Jakarta International Blues Festival”
di Istora Senayan, Jakarta. Dengan motto “Back to The Roots”, ajang ini
menjadi semacam ‘unjuk gigi’ para musisi blues di tengah industri musik
blues yang bisa dibilang sepi dari hingar bingar.

Sejumlah musisi blues luar negeri tampil di ajang ini bersama musisi
lokal. Mereka diantaranya Jan Akkerman (Belanda), Mike Wilgar Band
(Inggris), Blues Train (Singapura), Soi Dog Blues Band
(Denmark/Thailand), dan Kara Grainger (Amerika).

Sementara musisi lokal yang tampil antara lain Gigi, The
Changcuters, Bondan Prakoso & Fade 2 Black, Abdee Slank &
Friends, dan Andra & The Backbone. Tak hanya mengusung musisi yang
belabel top, “Djarum Super Jakarta Nternational Blues Festival” juga
memberikan apresiasi kepada musisi muda yang bergerak dalam musik non
mainstream.

Mereka semua tampil di empat panggung. Panggung merah (outdoor)
ditujukan untuk memanggungkan musik-musik dengan varian blues, seperti
etnik dan kontemporer. Panggung hitam (outdoor) diberikan kepada
musisi-musisi yang yang nuansanya bluesnya lebih bernuansa jazzy.
Sementara dua panggung indoor yakni panggung hijau dan biru,
diperuntukan buat tontonan blues dengan kemasan akustik.

Selama satu hari penuh mulai dari jam 12 siang, penonton mulai
menyemut memenuhi Istora Senayan. Tiket yang dijual seharga seratus
ribu rupiah kabarnya tandas ludas. Meskipun para bintang blues ngetop
baru akan tampil di malam hari, penonton yang dominan anak muda tampak
antusias berpindah menonton pertunjukan dari satu panggung ke panggung
lain.

<object width=”425″ height=”344″><param name=”movie” value=”http://www.youtube.com/v/Hl3x0SHt2V0&hl=en_US&fs=1&”></param><param name=”allowFullScreen” value=”true”></param><param name=”allowscriptaccess” value=”always”></param><embed src=”http://www.youtube.com/v/Hl3x0SHt2V0&hl=en_US&fs=1&” type=”application/x-shockwave-flash” allowscriptaccess=”always” allowfullscreen=”true” width=”425″ height=”344″></embed></object>

Untuk melihat Video Part 2, Klik disini

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?34110

Untuk melihat Berita Indonesia / Musik lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :