Bagaimana pengajaran Bahasa Indonesia di Amerika Serikat ?

Bahasa Indonesia sudah lama diajarkan di Amerika Serikat.  Sebagai gambaran, salah satu buku teks Bahasa Indonesia yang saya pakai adalah karya Prof. John U. Wolff dari Cornell Univesity. Ditulis pada tahun 80-an. Beberapa narasumber Bahasa Indonesia-nya termasuk Arief Budiman, Dede Oetomo waktu mereka melakukan studi lanjut di Amerika Serikat. Di UCLA, saya mendirikan program Bahasa Indonesia pada tahun 1999. Saya direkrut menjadi dosen di UCLA setelah saya lulus S2 dari University of Oregon. Waktu itu UCLA mendatangkan Prof. Anthony Reid, sejarahwan dan ahli Asia Tenggara, untuk mendirikan Center for Southeast Asian Studies. Karena beliau seorang pakar Indonesia, dia ingin agar Bahasa Indonesia juga ditawarkan sehingga mulailah kelas Bahasa Indonesia Pemula di UCLA. Pada tahun 2000 saya memasuki program S3 di bidang linguistic terapan di UCLA tetapi saya tetap mengajar kelas BI di UCLA selama studi lanjut saya. Pada tahun 2004-2005 saya berhenti mengajar karena saya mendapatkan beasiswa Dissertation Year Fellowship dari UCLA untuk menyelesaikan disertasi S3 saya di jurusan Applied Linguistic. Judul disertasi saya adalah “Reported Speech in Conversational Indonesian: Grammatical Constructs and Discourse Practices.” Sejak 2005, setelah ada pendanaan dan selulus S3, saya menjadi full-time lecturer di UCLA. Kami menawarkan Beginning, Intermediate dan Advanced Indonesian.

Bagaimana animo mahasiswa Amerika Serikat untuk belajar Bahasa Indonesia, bila dibandingkan other less commonly taught SEA languages?

Kalau dibandingkan Bahasa Vietnam, Tagalog dan Thailand, peminat studi Bahasa Indonesia terutama di tingkat S1 (undergraduate) terhitung kecil. Di So Cal sini memang ada komunitas Vietnam yang besar, seperti di Little Saigon. Program S1 Bahasa Vietnam ini penuh dengan heritage language leaner. Setelah Bahasa Vietnam yang terbesar berikutnya adalah Bahasa Tagalog atau Filipino.  Kebanyakan mahasiswa saya yang berminat besar belajar Bahasa Indonesia adalah mahasiswa S2 dan S3. Mereka belajar Bahasa Indonesia karena mereka akan melakukan penelitian di Indonesia. Mereka kebanyakan mengambil bidang studi  etnomusikologi, antropologi, sosiologi, sejarah, sejarah seni, ekologi, ilmu politik, pembangunan internasional, kesehatan umum dan sebagainya. Rata-rata ada 3-11 mahasiswa Bahasa Indonesia di UCLA di tingkat pemula. Untuk tingkat menengah dan lanjutan rata-rata 3-6 mahasiswa. Setiap tahun Bahasa Indonesia tetap saja menarik minat mahasiswa. Saya bahkan dibantu mahasiswa-mahasiswa saya yang antusias dan berdedikasi untuk mempromosikan program Bahasa Indonesia di UCLA. Salah satu tujuannya adalah agar lebih banyak lagi mahasiswa yang mengambil BI dan juga agar program ini tetap didukung oleh universitas.

Apa senangnya mengajar Bahasa Indonesia?

Pada dasarnya saya memang suka mengajar Bahasa. Di Indonesia saya mengajar Bahasa Inggris. Di sini saya mengajar kedua-duanya. Saya senang melihat mahasiswa yang tadinya tidak tahu apa-apa tentang Bahasa Indonesia, kemudian sudah bisa berbicara dalam BI setelah mengikuti kuliah satu dua kwartal saja. Saya memang menekankan kemampuan bercakap-cakap pada tingkat pemula. Dibandingkan dengan Bahasa Inggris, untuk survival level, Bahasa Indonesia itu mudah dipelajari. Tapi untuk meningkatkan proficiency mahasiswa itu cukup susah. Misalnya, mahasiswa cukup kesulitan mempelajari kalimat aktif pasif, imbuhan, dan sebagainya.

Indonesian Immersion di Los Angeles?

Dulunya ada gagasan untuk memulai TK berbahasa pengantar Indonesia di LA. Khususnya di daerah timur Los Angeles seperti daerah Pomona dan sekitarnya. Tapi ide ini belum pernah terwujudkan karena saya kira banyak sekali tantangannya.

O ya, sebelum Anda menghubungi saya, saya sudah melihat materi audio video Kabari di youtube yaitu wawancara dengan Katon Bagaskara. Saya pikir itu menarik dan akan saya pakai untuk materi pengajaran Bahasa Indonesia untuk tingkat menengah dan lanjutan. Materi audio/audiovisual Bahasa Indonesia memang kurang di Amerika Serikat.

Bagaimana masa depan studi Bahasa Indonesia di Amerika Serikat ?

Saya cukup optimis dengan studi Bahasa Indonesia di Amerika Serikat. Terutama di seputar mahasiswa pasca sarjana (S2 dan S3). Indonesia itu sungguh kaya untuk penelitian. Yang diteliti tidak ada habis-habisnya. Dari soal budaya sampai soal politik. Apalagi, dengan persoalan terorisme yang ada sekarang ini. Tapi kita masih berpikir bagaimana membuat mahasiswa S1 tertarik dengan Bahasa Indonesia. Apalagi kita berkompetisi dengan bahasa-bahasa Asia Tenggara lainnya. UCLA termasuk salah satu anggota SEASSI (Southeast Asian Studies Summer Institute),  konsorsium dari kurang lebih12 universitas di Amerika Utara yang menawarkan Bahasa Indonesia dan Bahasa-bahasa Asia Tenggara lainnya. Setiap musim panas ada program intensif Bahasa-Bahasa Asia Tenggara. Dulu tempatnya berpindah-pindah. Sekarang menetap di University of Wisconsin di Madison. Dulunya, peminat Bahasa Indonesia untuk program ini (tiga kelas) selalu yang terbesar, sekitar 50-an orang atau bahkan lebih. Sekarang kelas Bahasa Vietnam yang terbesar. Saya kurang tahu mengapa akhir-akhir ini peminat Bahasa Indonesia berkisar 20-an orang saja. Mungkin alasan keamanan menjadi salah satu pemicu mengapa mahasiswa Amerika tidak belajar Bahasa Indonesia. Kalau tidak salah, State Department belum mencabut travel warning ke Indonesia. Hal ini bisa menjadi risiko buat mahasiwa terutama mahasiswa pasca sarjana yang mendapat beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat dan hendak meneliti di Indonesia. Karena kalau ada perubahan yang tidak diinginkan terhadap stabilitas keamanan dan politik di Indonesia, pemerintah AS biasanya mengeluarkan larangan mengunjungi Indonesia kepada penerima beasiswanya.

Apa komentar Anda tentang pendapat bahwa Bahasa Indonesia merupakan “contructed language” paling sukses sedunia, menyerupai Esperanto?

Bahasa Indonesia bukan “a constructed language” seperti Esperanto. Bahasa Indonesia pada dasarnya adalah Bahasa Melayu yang mengalami perkembangan yang luar biasa. Jadi bukan seperti Esperanto yang diciptakan dari nol oleh seseorang. Dari masa ke masa Bahasa Indonesia selalu mengalami penambahan. Bahasa Indonesia meminjam banyak kata asing, seperti dari Belanda, Portugis, Arab, dll. Misalnya, lampu, bendera, nama-nama hari. Ini karena ada konsep dan teknologi baru dalam kata asing yang harus dimasukkan ke dalam Bahasa Indonesia sementara belum ada kata asli yang setara.  Namun demikian, uniknya, walaupun meminjam kata asing, penulisan dan pelafalan kata itu disesuaikan dengan Bahasa Indonesia. Contohnya, kulkas, komputer. Sementara itu dalam Bahasa Melayu yang dipakai di Malaysia kita sering menemukan kata-kata asing yang belum atau tidak diadaptasikan. Di tengah-tengah pembicaraan Bahasa Melayu, tiba-tiba saja kita bisa mendengar kata seperti “hospital,” “car,”dan sebagainya. Jadi Bahasa Indonesia adalah bahasa yang berkembang sangat pesat tapi tidak meninggalkan basisnya.