Komposisi Kabinet Indonesia Maju yang belum lama ini diumumkan oleh Presiden Joko Widodo di anak tangga Istana Negara terbilang unik. Berikut ulasannya:

• Parpol vs Profesional

Dikotomi parpol dan non-parpol atau profesional selalu muncul dalam perbincangan publik pada setiap penyusunan kabinet baru. Sejauh ini, komposisi menteri dari kalangan profesional dan parpol hampir imbang yakni 18 dan 16 pos kementerian. Dengan kata lain, kalangan profesional mendapat porsi 53% dalam kabinet ini.

TNI dan POLRI

Kabinet kali ini juga diramaikan oleh unsur militer yang terwakili oleh beberapa mantan perwira tinggi (pati) TNI dan POLRI. Di jajaran Menteri Koordinator, ada Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan yang kembali dipercaya untuk menjabat sebagai Menko Maritim dan Investasi. Ada juga Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko yang kembali ditunjuk sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP). Sementara untuk nama-nama baru dari unsur TNI dan POLRI, ada Mayjen TNI (Purn.) Terawan Agus Putranto di pos Kementerian Kesehatan, Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto di pos Kementerian Pertahanan, Jenderal TNI (Purn.) Fachrul Razi di pos Kementerian Agama, dan Jenderal Polisi (Purn.) Tito Karnavian di pos Kementerian Dalam Negeri.

Komposisi Gender

Dari 34 menteri Kabinet Indonesia Maju, ada 5 orang menteri perempuan atau mewakili sekitar 15% dari komposisi kabinet total. Angka tersebut menunjukkan penurunan dari 8 menteri perempuan yang menjabat di era Kabinet Kerja pimpinan Jokowi-JK. Dari keenam menteri perempuan pilihan Presiden Jokowi kali ini, tiga di antaranya merupakan petahana: Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Lingkungkan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar. Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziah merupakan wajah baru dalam kabinet Presiden Jokowi.

Generasi Milenial

Nadiem Makarim. dok. Gatra

Meski masih didominasi oleh Baby Boomers (generasi yang lahir dalam rentang waktu 1946 hingga 1964), ada satu menteri dari kalangan milenial yaitu Nadiem Makarim (35). Menurut Pew Research Center, kaum milenial merupakan generasi yang lahir di antara rentang waktu 1981 dan 1996. Pendiri Gojek Indonesia itu kini diminta untuk memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk menambah daftar generasi milenial dalam kabinetnya, Presiden Jokowi juga menunjuk Jerry Sambuaga (34) sebagai Wakil Menteri Perdagangan dan Angela Tanoesoedibjo (33) sebagai Wakil Menteri Pariwisata.

Miniatur Indonesia

Dalam menyusun kabinetnya kali ini, Presiden Jokowi memastikan ada keterwakilan dari Aceh sampai Papua. Dari 38 anggota kabinet, ada 8 menteri dari Sumatera, 1 dari Bali, 1 dari NTB, 1 dari NTT, 1 dari Gorontalo, dan 2 dari Papua. Sementara itu, untuk wakil dari Kalimantan, ada Alue Dohong yang ditunjuk sebagai Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Perlu diketahui bahwa Alue merupakan anggota masyarakat Dayak pertama yang pernah masuk ke kabinet.

Rival Politik

Prabowo Subianto. dok. Antara Foto

Tidak ada yang tak mungkin dalam dunia perpolitikan. Kira-kira itulah kalimat yang sesuai untuk menggambarkan penunjukan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan di Kabinet Jokowi-Amien. Sebagaimana diketahui, Prabowo merupakan rival politik Jokowi dalam 2 Pilpres (2014 dan 2019). Keduanya pun bersaing sengit dan tak jarang sering melontarkan kritikan pedas. Tidak mengherankan jika penunjukannya sebagai Menhan sempat ditentang oleh beberapa petinggi anggota koalisi Jokowi-Amien.

Istri Mantan Menteri

I.G.A Bintang Darmawati. Dok. Antara Foto

Tidak lagi menjabat sebagai menteri bukan berarti luput dari perhatian sang presiden. Setidaknya, itulah fenomena yang dialami oleh mantan Menteri Koperasi dan UKM Kabinet Kerja (2014-2019), Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga. Meski tak kembali terpilih masuk kabinet, mantan Wakil Gubernur Bali periode 2008-2013 tersebut harus legowo karena justru istrinya, I.G.A Bintang Darmawati, yang kini didapuk oleh Presiden Jokowi untuk memimpin Kementerian PPPA.

Senang karena jagoan kita masuk kabinet ataupun kecewa karena jagoan kita tidak terpilih masuk kabinet itu merupakan sesuatu yang biasa. Yang terpenting, masing-masing kita insan Indonesia ingat bahwa presiden seorang yang memiliki hak prerogatif untuk menunjuk pembantu-pembantunya. Semoga kabinet baru ini mampu menjalankannya dengan amanah dan berani mengeksekusi setiap tugas yang dibebankan kepada mereka karena keberhasilan mereka merupakan kemajuan bagi Indonesia. Foto Cover Kabinet Indonesia Maju (dok. Setneg)