KabariNews – “Kebaya kutu baru, encim, bordir, batik sutra, dan kerajinan menjadi kekhasan Kekean. Kekean Hadir sebagai bentuk penghargaan terhadap kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.”

Aam memang belum setenar desainer-desainer ternama Tanah Air. Bahkan mungkin karyanya belum diketahui banyak orang. Kendati begitu ia terus mencoba memperkenalkan karyanya dari pameran ke pamaran, dan beruntung ia menjadi salah satu finalis pada ajang Asean Youth Creative Industry Fair(AYCIF) 2015 yang digelar di Jakarta akhir Agustus lalu. “Dari acara ini cuma saya yang ‘ndeso’, semuanya modern, tapi inilah Indonesia dengan kekayaannya” katanya saat ditemui di akhir fashion show AYCIF 2015.

Melestarikan budaya menjadi alasan Aam sebagai bentuk penghargaan terhadap kekayaan yang dimiliki Indonesia dan memberdayakan pengerajin kain nusantara. Aam bukan jebolan sekolah mode, bahkan tidak punya latar belakang fesyen sama sekali. Bersama Kekean yang dibangunnya empat tahun silam, Aam optimis bisnis fesyen tradisional berbasis budaya lokal mampu bersaing dengan industri fesyen modern.

Tidak asal nyemplung, kendati pria yang masih terdaftar sebagai mahasiswa STIE Indocakti, Malang jurusan akuntansi ini mempelajari fesyen dan kain tradisional secara otodidak. Kecintaannya terhadap kain tradisional khususnya batik sudah melekat sedari kecil. Pada Kabari Aam bercerita, batik sudah menjadi pemandangan yang tak asing di rumahnya. Ibunya apik dalam menata rumah, dan hampir semua benda dibalut batik. Batik bisa kreasikan menjadi berbagai macam, dari baju, pelengkapan rumah tangga, dll. Dari situlah Aam terpikir untuk mengangkat kain tradisional menjadi bisnis namun dengan prespektif yang berbeda. “Saya melihat dari perpektif lain bagaimana menjual nilai dari kain tradisional baik itu tenun atau batik. Bersama Kekean saya ingin membuat karya dan memberdayakan pengerajin ”

Sejak terpilih menjadi Remaja Batik Indonesia pada 2011 dan Putra Putri Batik 2012, pemilik nama lengkap Achmad Nurhasim mendalami batik. Tak hanya sekedar tahu motif dan corak, Aam pun tertantang dengan filosofi yang terkandung. “Saya tidak hanya mengenal tapi saja juga harus tahu sejarahnya, karena masing-masing batik punya filosofi yang mendalam. Sebagai Putra Batik saya wajib tahu” paparnya.

Tak dipungkiri, kata Aam, gelar Putra Batik membuatnya semakin termotivasi dan mendalami batik dan dari situlah passion terhadap batik dan kain nusantara mulai muncul. Belajar membatik, menenun dan berdiskusi dengan para pengerajin membuatnya semakin tahu banyak tentang kain tradisional, bahkan dia pun mendatangi museum tekstil untuk memperkaya informasi tentang kain dan seni budaya lainnya. “Inilah cara saya mencintai Indonesia, tidak hanya sekedar tahu tapi saya juga mendalami sejarah, belajar membatik, menenun, bordir, sampai menciptakan karya dari kekayaan yang kita miliki” katanya.

Kekean

Koleksi kekean-4Dimata pria berkaca mata itu, kebaya bukan hanya baju tradisional yang menunjukkan keanggunan wanita Indonesia. Tetapi menggunakan baju kebaya ikut melestarikan budaya bangsa. Pada pagelaran busana AYCIF 2015, Aam mengangkat Kekean dengan konsep Eco Green Fashion yang ramah lingkungan dan peduli kesehatan. Pria yang lebih suka disebut pengerajin ini menuturkan, konsep yang diusungnya sengaja diangkat untuk meminimalisir dampak dari pemanasan global, serta membawa misi mengangkat kain tradisional yang dekat dengan alam. “Semua kain yang saya pakai asli Indonesia, semua dibuat dari bahan alami terutama bahan yang digunakan dari bahan asli yang diwarnai dari alam” ujarnya pria kelahiran Nganjuk, 14 April 1983 itu.

Pewarnaan pada batik menjadi salah satu unsur penting dalam menciptakan karya seni batik yang indah. Proses pewarnaan kain dewasa ini dilakukan dengan menggunakan pewarna kimia. Namun Aam tetap menjalankan tradisi leluhur dengan mempergunakan bahan alami untuk pewarnaan. Bahan pewarna alami batik bisa didapat dari bahan tumbuh-tumbuhan yang di ekstrak. Bahan tersebut bisa berasal dari akar, batang, kulit, daun, bunga maupun buahnya. “Dari bahan-bahan tersebut akan dihasilkan warna-warna yang beragam meski tidak selengkap bila menggunakan zat pewarna batik kimia, tapi inilah keistimewaannya” katanya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, hadirnya Kekean bukan hanya semata bisnis, lebih dari itu ia ingin terus memberdayakan para pengerajin khususnya UKM dan berbagi ilmu tentang kain tradisional. Sejak setahun terakhir Aam menetap di Bali dan membuka gallery sebagai pusat Kekean. “Saya ingin membangun workshop di belakang gallery saya di Ubud dengan tujuan agar bisa dijadikan wisata edukasi, ilmiah dan budaya. Saya juga ingin agar Kekean makin dikenal baik di pameran atau di hati para pelanggan” tutupnya. (1001)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/79720

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

intero

 

 

 

 

 

kabari store pic 1