KabariNews – Saat ini perbincangan mengenai GMO makin merebak. Muncul pro dan kontra diantara para ilmuwan yang menanganinya dengan para ahli lingkungan dan kesehatan serta masyarakat luas. Karena lebih banyak kontranya, maka segala cara dan peraturan menghapus GMO sudah mulai diterapkan sejak dua tahun lalu. Prosesnya akan terus berlanjut sampai beberapa tahun ke depan.

Yang diketahui oleh masyarakat awam adalah GMO ini diciptakan untuk membantu mengatasi masalah kelaparan serta lahan yang tak terjamah menjadi fungsional dan dapat menjadi lahan pertanian yang menghasilkan bahan pangan. Termasuk penggunaan herbisida yang disemprotkan pada tanaman agar bebas hama . Serba praktis, ekonomis dan cepat. Tapi dapat membahayakan dan mencemari sumber daya air, ekosistem binatang di laut, burung, serangga dan organisme tanah.

GMO atau Genetically Modified Organism, dikutip dari Wikpedia, merupakan organisme yang material genetikanya telah dimodifikasi menggunakan metode rekaya genetika. Organisme yang telah diubah material genetikanya antara lain bakteri, binatang dan tanaman pertanian. Mengubahnya dengan melakukan mutasi, penghapusan atau penambahan genetik yang disebut organisme transgenik. Organisme transgenik ini ditemukan dan dipopulerkan oleh Paul Naim Berg, biokimiawan lulusan Universitas Stanford, Amerika di tahun 1972.

GMOSesuatu yang direkayasa dan tidak alami dapat memiliki dampak yang negatif. Saat GMO mulai diperkenalkan di tahun 1996, survey di bidang kesehatan di Amerika memaparkan banyak masalah kesehatan meningkat seperti alergi makanan dan gangguan pencernaan. Sekarang ini mulai banyak kita lihat bahan makanan yang gluten-free atau lactose-free itu karena banyak orang yang terjangkit alergi. The American Academy of Emergency Medicine (AAEM) mengutip studi yang menunjukkan kerusakan organ, pencernaan, gangguan sistem kekebalan tubuh, penuaan dini serta infertilitas. Meskipun belum ada penelitian yang memadai untuk mengonfirmasi bahwa transgenik adalah faktor terbesar penyebabnya tapi alangkah baiknya kita mulai waspada dan menghindari produk makanan ber-GMO.

Maka banyak yang beralih membeli bahan pangan organik atau dari pasar lokal semacam farm market. Meski ada yang menyangsikan bahwa masuk ke toko organik itu belum tentu seratus prosen bebas dari GMO karena banyak makanan GMO yang tak berlabel. Ini pula yang diminta masyarakat untuk toko organik agar mereka benar-benar Non-GMO. Meski United States of Department of Agriculture (USDA) sangat mendukung produser makanan untuk memberi label GMO atau Non-GMO bagi produknyat tapi belum seratus persen ditetapkan, belum ada sangsi khusus jika mereka tidak memasang label GMO pada produk transgeniknya. Whole Foods dan Trader Joe’s merupakan toko bahan organik di Amerika yang menyatakan berusaha memilah dan menjual semua produk Non-GMO.

Selain di toko organik, belanja di pasar lokal menjadi salah satu alternatif menghindari produk GMO. Semua sayuran, buah, produk dairy macam susu, telur dan keju di garansi segar tidak disuntik hormon dan tanpa transgenik atau herbisida. Tak perlu cemas bahwa makanan yang kita memiliki dihasilkan dengan rekayasa genetik. Cobalah bandingkan ketika membeli jagung di supermarket dengan jagung yang dijual di pasar lokal. Kalau rasanya beda meski sama jenisnya, cermati bahwa di supermarket sudah ber-GMO. Jagung merupakan salah satu yang dihindari membeli di supermarket bagi mereka yang peduli terhadap GMO. Waspadai buah dan sayur seperti jagung itu yang selalu ada di supermarket meski bukan musim panennya. Berbeda dengan di pasar lokal, seandainya bukan musim jagung, maka tak ada jagung yang mereka jual. Karena dengan transgenik maka tanaman apapun itu dapat panen setiap saat. (1004)