Made Minta, kakek berusia sekitar 60 tahun tak akan menyangka Senin, 24 Oktober akan menjadi hari panjang bagi dirinya. Lelaki sederhana yang sehari-hari bertugas membersihkan rumput di area Bali Tourismen Development Center (BTDC) Nusa Dua Bali menggemparkan ASEAN Fair. Saat akrobatik udara, tiba-tiba lelaki sederhana dengan sepeda dayungnya melintas tenang di depan podium kehormatan. Padahal di podium itu ada Presiden RI dan sejumlah pejabat setingkat menteri ASEAN dan Amerika Serikat.

Saat itu, SBY yang menonton akrobatik udara dan melihat peristiwa itu tidak berkomentar. Begitu juga tamu kehormatan lain. Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres) sangat kaget. Karena Minta tiba-tiba muncul dan melintas depan podium yang hanya berjarak 5 meter dari SBY. Mereka serta merta bergegas menggandeng sepeda sederhana Minta dan membawanya menjauhi lokasi. Tak main-main, Pangdam Udayana Mayjen TNI Leonard Louk dan Kapolda Bali Inspektur Jenderal Polisi Totoy Herawan Indera langsung turun tangan menangani insiden itu.

Sampai jauh malam, lelaki buta huruf itu berada di Kepolisian Sektor (Polsek) Kuta Selatan – Bualu. Dia menjalani pemeriksaan dan pemberkasan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Polisi seakan tak peduli lelaki renta itu bekerja sejak pagi dan tentu lelah. Senin malam itu Minta tidak pulang. Dia diinterogasi dan karung yang dibawanya diperiksa. Polisi hanya mendapati rumput, botol air mineral kosong dan batok kelapa kering di dalam karung. Di depan polisi akhirnya diketahui, Nyoman terbiasa membersihkan tanaman di area itu dan dia tidak tahu kalau hari itu ada acara penting lantaran tak bisa membaca tulisan larangan.

Sampai Selasa (25/10) Made Minta belum bisa ditemui wartawan. Polisi di polsek Bualu pun selalu menghindar ketika ditanya. “Tanya ke Polda Bali” kata seorang petugas sambil menghindari wartawan. Selasa, Minta terlihat melakukan reka ulang (rekonstruksi) berkenaan dengan insiden itu. Di leher lelaki tua ini terpasang tulisan “pelaku” yang seakan-akan, kakek ini telah melakukan kejahatan. Reka ulang yang dilakukan di bawah terik matahari itu berlangsung berulang-ulang. Menurut aparat, rekonstruksi dilakukan di lokasi kejadian untuk mengetahui bagaimana Minta bisa lolos dari pengamanan ketat di ring terdalam SBY.

Lurah Bualu mengatakan bahwa dia kenal betul dengan keluarga Minta. Keluarga yang sederhana dan diyakini tak punya niat apapun ketika melintas di depan podium kehormatan. “ Dia hanya tukang kebun dan buta huruf. Tugasnya hanya membersihkan daerah itu,” kata sang lurah. Menurutnya, bila aparat berniat menahan kakek itu, dirinya menyatakan siap menjamin. “Lebih baik saya yang ditahan. Selama ini dia tak pernah berurusan dengan penegak hukum” katanya. Ini untuk menegaskan bahwa kakek itu memang tak berniat jahat.

Keluarga sang kakek pun memilih tak berpendapat ketika ditanya wartawan. “Gak tahu, enggak tahu,” kata anggota keluarga Kakek Made Minta dengan ketakutan saat ditemui wartawan di rumahnya di Jl Taman Ayodya, Kuta, Bali. Perempuan yang enggan disebutkan namanya itu memilih tidak komentar apa-apa. Tidak diketahui apa yang menyebabkan keluarga Kakek Made ketakutan. “Enggak tahu sudah pulang atau masih kerja,” jawab perempuan itu.

Di rumah sederhana itu sejumlah anggota keluarga Made dan kerabatnya berkumpul. Seperti rumah-rumah keluarga sederhana di Bali pada umumnya. Para kerabat dan anggota keluarga tidak ada yang berani berkomentar. Mereka lebih memilih diam.

Jurubicara Istana, Julian Aldrin Pasha mengatakan bahwa kejadian ini memang mengejutkan. “Pengamanan Presiden dan tamu negara sudah ada petunjuk tetap (Protap) pengamanan, “ katanya. Sehingga tak heran jika ini dianggap sebagai kelengahan para petugas keamanan. Kejadian itu mendapat perhatian dari banyak pihak dan menjadi laporan utama di hampir seluruh media massa di Indonesia.

Mungkin pengawal presiden memang lengah. Dan sang kakek pun tak punya niat jahat. Namun sampai dia harus di BAP dan jalani rekonstruksi berulang-ulang, menandakan ada kesalahan serius yang dilakukannya. “ Kami akan lakukan evaluasi internal,” kata Komandan Pengawal Presiden. Senin itu, mungkin pengawal Presiden sedang lengah dan sang kakek sedang sial.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?37475

Untuk melihat artikel Kisah lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :