KabariNews – Pengalaman hidup dalam meniti karir sangatlah penuh warna. Berawal menjadi polisi, lalu didapuk menjadi ajudan Presiden RI pertama Indonesia, dan terus mengikuti perjalanan kepemimpinan di Tanah Air hingga 7 Presiden.

Menapaki karirnya sebagai ajudan terakhir Presiden pertama RI, Ir Soekarno, dari matra Kepolisian, Sidarto Danusubroto kini mengemban tugas sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) sejak dilantikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) enam bulan lalu di Istana Negara. Selain dikenal kedekatannya dengan Presiden Jokowi dan trah Bung Karno, pria yang akrab disapa Pak Darto ini memiliki pengalaman malang melintang di dunia kepemimpinan sipil maupun militer.

Beberapa jabatan strategis yang pernah diraih oleh politisi senior PDI-P tersebut, antara lain sebagai Kepala Interpol (1976-1982), Kapolda Sumbagsel (1986-1988), Kapolda Jawa Barat (1988-1991), anggota DPR RI (1999-2013), dan Ketua MPR RI (2013-2014). Selain senioritas kepartaian, pengaruh ketokohan purnawirawan Inspektur Jenderal Polisi tersebut membuat Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mempertimbangkan untuk menunjuknya mengisi posisi Ketua MPR RI, Taufik Kiemas, yang meninggal dunia pada masa menjabat.

Totalitas pengabdian dan prestasi pria kelahiran Pandeglang, Banten, 79 tahun silam ini juga telah diakui dan diapresiasi oleh banyak pihak. Pada 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan penghargaan tertinggi untuk WNI kepadanya dalam wujud Bintang Mahaputra Adipradana atas jasa-jasa dan pengabdiannya kepada NKRI.

Sepulang dari kunjungan kerjanya ke Eropa Barat, Sidarto berkenan menerima Stanley Chandra dari Kabari News di kediamannya. Dalam suasana kekeluargaan, ia berbagi pengalaman pribadi dan jejak karir profesionalnya, terutama selama jadi ajudan terakhir Bung Karno. Berikut cuplikan percakapannya:

Sidarto Danusubroto menunjuk kata-kata terakhir Bung Karno untuknya

Sidarto Danusubroto menunjuk kata-kata terakhir Bung Karno untuknya

Bagaimana kesan Anda saat pertama kali bertemu Bung Karno?
Beliau orang yang sangat charm, berwibawa, dan smart.

Bagaimana Anda menggambarkan lokasi dan kondisi penahanan rumah seorang Bung Karno, Sang Proklamator?
Saya lapor menjadi ajudan itu waktu masih di Istana Merdeka. Beliau ditahan 2 bulan kemudian. Tidak boleh masuk Istana, lalu jadi tahanan kota, kemudian tahanan rumah. Ya, keadaannya worse. Seorang Soekarno yang biasa ketemu orang, kemudian diasingkan tidak bisa bertemu. Dokter-dokter juga tidak teratur. Obat-obat juga diambil. Kesehatannya tentu worse. Beliau memiliki hipertensi, namun tidak terobati dengan baik. Akibatnya, gagal ginjal dan meninggal.

Bagaimana sebenarnya kondisi kesehatan beliau saat Anda baru saja ditunjuk menjadi ajudan beliau?
Waktu saya masih menjadi ajudan, kondisinya masih baik, karena beliau masih bebas keluar masuk. Seseorang yang dikurung dan kehilangan komunikasi dengan orang, juga kehilangan kegiatan. Semasa muda, Pak Karno biasa ditahan bisa survive. Tetapi beliau ditahan pada usia 66 tahun, memiliki hipertensi dan tidak terobati dengan baik maka lama-kelamaan timbul penyakit lain. Kondisinya bertambah buruk.

Apakah beliau suka mengeluh waktu sudah jatuh sakit?
Ya, jelas. Dia tidak expect bahwa dia akan mengalami hal itu. Karena dalam Supersemar itu, tidak ada kata-kata transfer of power. Justru akan menjaga jalannya dan melindungi dia. Tetapi bahwa kemudian ditahan, itu tentu di luar ekspektasinya.

Apakah Bung Karno pernah memberontak secara psikis terhadap rezim yang menahannya?
Dia diminta beberapa pihak untuk melakukan itu, tetapi beliau tidak mau. Karena kalau dia melakukan itu, maka akan terjadi perang saudara. Ini kata-kata Soekarno yang terakhir kepada saya, “Walaupun saya ditahan, dijauhkan dari keluarga. Tapi catat ya, semangat, ide saya tidak bisa dibunuh.”
Ini kata-katanya ketika sudah ditahan. Dia buktikan bahwa raganya bisa ditahan, tetapi sejarah mencatat bahwa jiwa, ide, semangat, idealisme, dan ajarannya tidak bisa dibunuh. Dan itu benar karena ajaranya masih survive sampai sekarang.

Apa kebiasaan Bung Karno yang unik dan tidak banyak diketahui orang?
Dia punya habit reading yang tinggi. Dari muda sudah hobi membaca. Dia menyusun Indonesia Menggugat, itu sungguh luar biasa. Seorang anak muda sudah mampu menyusun buku untuk menggugat kolonial Belanda. Luar biasa!
Di tahanan pun ia banyak membaca buku dan menghabiskan waktu dengan para ajudan dan keluarga yang menjenguk. Bacaannya banyak sekali.

Momen apa yang paling berkesan bagi Anda selama menjadi ajudan Presiden Soekarno?
Dia orang yang konsisten. Dia seorang yang patut dikenang dalam sejarah sebagai Bapak Bangsa dengan segala perjuangannya untuk bangsa sejak sebelum Proklamasi. Sejak usia muda, beliau sudah keluar masuk penjara untuk Indonesia merdeka. Jadi, dia dengan sekelompok elit Indonesia yang masih kecil itulah sebenarnya penggerak utama kemerdekaan Indonesia: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Haji Agus Salim, Tan Malaka. Mereka yang menyulut Indonesia merdeka.

Apakah ada hambatan terhadap karir Bapak sebagai mantan ajudan Bung Karno?
Saya diinterogasi selama 4 tahun setelah menjadi ajudan Bung Karno. Banyak hambatan, karena ajudan Bung Karno merupakan catatan politik. Bahwa saya bisa sampai ke jabatan Mayor Jenderal (Kapolda) itu merupakan suatu keberuntungan.

Selama berkarir, Anda pernah menjadi ajudan Presiden, Ketua MPR, dan sekarang Wantimpres. Pekerjaan mana yang paling favorit bagi Anda? Mengapa?
Pada tiap usia tentu berbeda-beda. Saya menjadi polisi selama 35 tahun, anggota DPR RI selama 15 tahun, lalu menjadi Ketua MPR. Semua tempat itu ada plus minusnya, tantangan, dan suka-dukanya. Sulit untuk dibandingkan. Kita jalani saja. Hidup saya happy. Saya bekerja untuk 7 Presiden RI, dari Presiden Soekarno sampai sekarang Presiden Jokowi. Alhamdulillah!

Boleh Bapak berbagi sedikit mengenai keseharian Anda sebagai angota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres)?
Tugas kami adalah memberikan pertimbangan dan nasehat kepada Presiden. Kami bersembilan rapat bersama dan bertemu 2 minggu sekali.

Bagaimana sebenarnya perlakuan Presiden Soeharto terhadap Bapak sebagai mantan ajudan Bung Karno?
Saya 4 tahun diinterogasi, tetapi kemudian boleh melanjutkan karier saya karena saya memang tidak terbukti salah apa-apa. Tetapi ada batasan-batasan tertentu yang saya alami. Waktu itu karena politik, sehingga tidak semua bisa saya tembus.

Terdapat rumor di masyarakat yang mengatakan bahwa dokter yang dikirimkan untuk memeriksa Bung Karno menjelang akhir hayatnya itu bukan dokter yang sepantasnya untuk memeriksa seorang Presiden. Apa benar demikian?
Yang mengontrol sehari-hari adalah dr. Soerojo. Ada yang mengatakan bahwa dia dokter hewan. Saya tidak tahu itu. Setahu saya dia seorang dokter umum, tetapi kemudian Prof Mahar bilang bahwa resep-resepnya tidak diambil. Semua masih ada tertumpuk di laci. Soekarno tidak terobati dengan baik. Kalau itu fakta sejarah.

Jikalau Bung Karno berumur panjang dan masih hidup sekarang, bagaimana kira-kira penilaian beliau terhadap Indonesia yang didirikannya?
Soekarno itu merupakan seorang pecinta lingkungan. Sampai dia meninggal, belum ada satu pohon pun yang boleh ditebang oleh beliau. Hutan belum ada HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Dia melarang.
Dia bilang begini sama saya, “Darto, O2 oksigen dunia itu hanya ada di 3 negara: Brasil, Kongo, dan Indonesia. Tanpa kita tebang pohon, dunia nanti butuh Indonesia.” Itu kata-kata Soekarno.
Yang pertama, sebelum dia meninggal tidak ada HPH. Kedua, belum ada satu sen dolar atau modal asing yang masuk ke Indonesia. Dia mendukung putra-putra Indonesia untuk kembali dan mengolah sumber daya alam Indonesia. Sekarang sudah telanjur, karena sebagian besar sumber daya alam kita telah diolah oleh pihak asing atau swasta.
Ide Bung Karno adalah by our hand. Asing boleh masuk, tetapi yang mengendalikan orang Indonesia. Jadi, you like him or not, Soekarno meninggalkan Indonesia yang masih kaya dan perawan. Hanya ada utang US$ 2.5 miliar untuk membeli alat perang bagi Irian Barat waktu itu.

Beliau belum sempat melihat Timor Timur kembali ke Indonesia. Kira-kira, kalau Bung Karno waktu itu masih Presiden, apakah beliau akan memperjuangkan Timor Timur atau tidak?
Yang dia proklamirkan itu bekas Hindia Belanda, tidak termasuk Timor Timur. Saya tidak bisa jawab itu.
Di penghujung wawancara, Sidarto berpesan agar generasi muda dan komunitas diaspora Indonesia untuk terus berpegang pada dasar negara, Pancasila. Menurutnya, Pancasilalah yang telah menyelamatkan bangsa Indonesia selama 70 tahun terakhir dan merupakan suatu prinsip berdasarkan kebangsaan yang pro keberagaman.
Selain itu, bangsa Indonesia juga harus berpegang pada 4 pilar kebangsaan: Pancasila sebagai dasar negara atau fondasi, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai tiang, NKRI sebagai rumah, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai penghuninya. (1014)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/78943

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

jason_yau_lie

 

 

 

 

kabari store pic 1