Hari Pertama – 25 Oktober 2015
Pesawat Kepresidenan Indonesia (RI-001) yang membawa Presiden Joko Widodo beserta rombongan mendarat di Pangkalan Militer Andrews setelah mengalami penundaan selama kurang lebih 2 jam dikarenakan cuaca yang kurang bersahabat dari titik transit Bandara Schiphol (Amsterdam). Setelah pintu pesawat terbuka, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Budi Bowoleksono bersama Kepala Protokol Amerika Serikat Peter Selfridge memasuki kabin pesawat guna mempersilakan Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo untuk turun dari pesawat. Di ujung anak tangga, Presiden Jokowi disambut oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert Blake beserta istri, istri Dubes Budi Bowoleksono, Komandan Landasan Udara (Danlanud) Andrews Air Force Base Mayjend Darry W. Burke, Atase Pertahanan RI Brigjen Pudjo Wahjono beserta istri, dan beberapa perwakilan dari negara anggota ASEAN di Washington, D.C.
Dari bandara, Presiden dan Ibu Negara menuju ke Blair House. Wisma khusus tamu negara Amerika Serikat, tersebut terletak tidak jauh dari Gedung Putih. Wisma tersebut biasanya juga digunakan sebagai tempat tinggal sementara Presiden Amerika Serikat terpilih selama masa transisi sebelum menempati Gedung Putih.
Pada sore hari, Presiden mengunjungi Wisma KBRI Washington, D.C. yang terletak di bilangan Tilden guna bertatapmuka dengan lebih kurang 1.250 warga dan diaspora Indonesia. Tampak hadir mendampingi Presiden Jokowi adalah Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menlu Retno Marsudi, Menkominfo Rudiantara, Mendag Tom Lembong, Kepala Staf Presiden Teten Masduki, Kepala BIN Sutiyoso, Kepala BKPM Franky Sibarani dan Menteri ESDM Sudirman Said. Audiens yang datang dari 24 negara bagian tersebut sangat antusias menyambut kehadiran sang RI 1 di lokasi. Diawali dengan dikumandangkannya lagu Indonesia Raya, mantan Gubernur DKI tersebut banyak membagikan informasi mengenai kebijakan pemerintahan yang dipimpinnya, seperti pengalihan subsidi BBM, kebijakan maritim, pemberantasan korupsi, pembangunan infrastruktur. Ia juga tidak lupa menginformasikan perkembangan situasi terkini di Tanah Air, terutama yang berhubungan dengan bencana asap.
“Tidak ada dalam otak saya. Yang namanya takut sudah habis,” ucap Presiden Jokowi saat menekankan kembali komitmennya untuk bertindak tegas. Sang Presiden juga tidak segan-segan mengatakan bahwa ada beberapa menteri Kabinet Kerja yang awal mulanya takut untuk bertindak. “Bu Menteri, backingmu Presiden,” ucapnya sambil berkelakar saat menceritakan bagaimana ia meyakinkan Menteri KKP Susi Pudjiastuti untuk menenggelamkan kapal-kapal yang melalukan illegal fishing di perairan Indonesia.
Usai pidato Presiden, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh Dubes Budi Bowoleksono. Di antara pertanyaan yang muncul berkenaan dengan isu dwi kewarganegaraan. “Saya sudah sampaikan juga ke Pak Menteri Hukum dan HAM karena ini adalah ranah Pak Menteri Hukum dan HAM. Tetapi kalau Bapak Presiden sudah mengatakan begitu, berarti arahnya sudah jelas mau ke mana. Baru pertama kalinya di Kementerian Luar Negeri ada satu Wakil Direktur (Kepala Sub Bidang) yang khusus deal dengan urusan diaspora. Jadi, ini menunjukkan keberpihakan dan atensi kita terhadap diaspora Indonesia,” ungkap Menlu Retno Marsudi menanggapi pertanyaan audiens.
Hari Kedua – 26 Oktober 2015
Di tengah padatnya agenda kunjungan kenegaraan, Presiden Jokowi terus memantau perkembangan kondisi dan penanganan bencana kabut asap di Tanah Air. Setelah melakukan komunikasi jarak jauh dengan Menkopolhukam Luhut B. Pandjaitan pada pagi hari, mantan Walikota Solo ini memutuskan untuk mempercepat kunjungannya ke Negeri Paman Sam dengan membatalkan perjalanannya ke Pantai Barat (West Coast).
Agenda besar kunjungan hari ke-2 adalah pertemuan dengan Presiden Barack Obama dan jamuan makan malam dengan Kamar Dagang AS (U.S. Chamber of Commerce). Pada siang hari, Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Obama di Gedung Putih selama kurang lebih 1 jam dan diikuti pernyataan pers selama 20 menit. Pertemuan kedua kepala negara menandai babak baru hubungan bilateral Indonesia – AS yang berkembang dari comprehensive partnership (sejak 2010) menjadi strategic partnership. Dalam keterangan persnya di Blair House (Washington, D.C.), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan “pertemuan berlangsung dengan baik, akrab, dan juga produktif.” Kedua kepala negara banyak mendiskusikan substansi bilateral, regional, dan multilateral. Pertemuan keduanya juga membahas masalah bencana kebakaran lahan gambut dank abut asap di Tanah Air. Menanggapi isu tersebut, pemerintah AS berkomitmen untuk memberikan bantuan sebesar 2.7 juta dollar. Seusai pertemuan, di luar kebiasaan Presiden Obama, Presiden Jokowi diajak berjalan bersama menyusuri lorong Rose Garden sampai masuk ke wilayah kediaman Presiden Obama. Presiden Jokowi juga diajak berjalan melalui lorong yang menghubungkan kediaman dengan Oval Office. Presiden Obama sendiri kemudian yang menghantar Presiden Jokowi sebelum kemudian masuk ke dalam mobil. Gesture tersebut, menurut Menlu Retno, menengarai kedekatan kedua pemimpin dan juga kedekatan Presiden Obama dengan Indonesia.
Pada malam hari, Kamar Dagang Amerika Serikat mengadakan jamuan kehormatan bagi Presiden Joko Widodo. Sebelum jamuan makan malam, ada penandatanganan kesepakatan perdagangan dan investasi Indonesia – Amerika Serikat senilai 20.25 milyar dollar. Beberapa perusahaan sponsor acara malam itu di antaranya Caterpillar, Freeport-McMoRan, P&G, Conoco Phillips, Rio Tinto, Nike, dan masih banyak lagi. Dalam pidatonya di hadapan para pengusaha Amerika Serikat yang hadir, Presiden Jokowi mengungkapkan niat Indonesia untuk bergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP). Pernyataannya pun sontak disambut riuh tepuk tangan hadirin. Selain beberapa menteri Kabinet Kerja dan pengusaha asal Tanah Air, tampak hadir dalam acara malam itu adalah mantan Presiden Bank Dunia Paul Wolfowitz dan putri ke-2 mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid. Selain menyajikan berbagai hidangan khas Indonesia yang dikemas dalam konsep fine dining, hadirin juga disuguhi lantunan nada-nada Nusantara yang dibawakan oleh penyanyi ibukota Raisa dan pianis Jazz muda berbakat asal Indonesia, Joey Alexander.
Hari Terakhir – 27 Oktober 2015
Pada hari terakhir kunjungan kerjanya di Washington, D.C., kepadatan agenda sang kepala negara tidaklah surut. Kegiatan hari terakhir dimulai dengan kuliah umum oleh Presiden Jokowi di Brookings Institution, salah satu organisasi think tank tertua di Negeri Paman Sam. Pengantar pidato Presiden dibawakan oleh anggota Kongres AS Brad Sherman (D-CA). “Tanpa demokrasi di Indonesia, tidak ada Presiden Joko Widodo,” ujar Presiden Jokowi saat mengawali kuliah umum. “Indonesia menawarkan model Islam yang tidak hanya kompetibel dengan demokrasi melainkan juga modernitas,” imbuhnya.
Dengan nada yang optimis, Presiden menanggapi kondisi pelemahan ekonomi sebagai suatu peluang dan kesempatan untuk menanam benih kesuksesan yang manfaatnya baru dapat dituai dalam jangka menengah dan panjang. Presiden juga menyebutkan beberapa kebijakan ekonomi dan deregulasi yang telah dikeluarkan oleh tim ekonomi pemerintah. Selain ekonomi dan demokrasi, Presiden Jokowi juga membahas kebijakan maritim, komitmen Indonesia terhadap lingkungan hidup, dan juga isu stabilitas kawasan. Selain usaha pelestarian hutan, pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dan sangat mendukung pertemuan COP21 yang rencananya akan dihelat di Paris akhir tahun ini, Menyinggung isu Laut Tiongkok Selatan, sang RI 1 mengatakan “masalah ini harus segera diselesaikan dengan mekanisme UNCLOS.” Tidak ketinggalan, di penghujung pidatonya, mantan eksportir mebel asal Solo ini juga mempresentasikan potensi ekonomi digital di Indonesia mengingat besarnya jumlah pengguna jejaring sosial di Tanah Air.
Dalam penutup pidatonya, Presiden mengajak audiens untuk kembali melihat Indonesia yang sedang mengalami perubahan yang cepat dan signifikan. Ia juga menekankan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia merupakan cerminan kepentingan nasional dan tanggung jawab internasional.
Dari Brookings Institution, Presiden berserta rombongan bergerak menuju ke Number One U.S. Naval Observatory Circle. Di kediaman resmi Wakil Presiden Amerika Serikat tersebut, Presiden Jokowi disambut oleh Wapres Joe Biden di ambang pintu dan selanjutnya menghadiri jamuan santap siang bersama.
Usai bersantap siang, Presiden Jokowi dan beberapa anggota Kabinet Kerja melakukan pertemuan dengan Dewan Pimpinan Kongres AS di Capitol Hill. Dalam pertemuan yang berlangsung secara tertutup tersebut, delegasi Kongres AS dipimpin oleh Ketua Mayoritas (House Majority Leader) Kevin McCarthy (R-CA) didampingi oleh Ketua Komisi Urusan Luar Negeri Ed Royce (R-CA).
Presiden Jokowi beserta rombongan kemudian menuju ke Hotel Willard Continental untuk menyampaikan pidato pembukaan dalam forum pertemuan dengan Fund Managers.
Selepas itu, Presiden bersilaturahmi dengan warga Indonesia di Indonesian Muslim Association in America (IMAAM) Center. Di masjid yang diresmikan oleh Presiden SBY setahun yang lalu itu, Presiden Jokowi juga bermaksud untuk melaksanakan ibadah Sholat Ashar. Akan tetapi karena belum tiba waktunya, maka Presiden Jokowi memutuskan untuk melakukan Sholat Tahiyatul Masjid untuk menghormati masjid tersebut. Seusai beribadah, jamaah yang hadir berebut untuk bersalaman dengan sang kepala negara. Dalam kesempatan itu, Presiden juga menyempatkan diri untuk memenuhi permintaan selfie warga dan berfoto bersama dengan pengurus masjid.
Seusai mengunjungi IMAAM Center, Presiden dan rombongan langsung bertolak ke Pangkalan Militer Andrews untuk kembali ke Tanah Air.