KabariNews – Mendengar nama Lumpia atau Lunpia, orang langsung ingat dengan Semarang. Penganan basah atau kering ini memang sudah identik dengan ibukota Jawa Tengah. Istimewa karena berumur cukup tua dan
bertahan sampai sekarang, dan merupakan warisan dari generasi ke generasi selanjutnya. Sebut saja salah satu generasi Siem Swie Kiem, salah satu generasi yang menetap secara turun-temurun di gang Lombok. Mereka setia berkutat dengan resep warisan lumpianya.

Lumpia sendiri dibawa oleh seorang pemuda Tionghoa yang masuk ke Semarang. Sang pemuda yang akhirnya menikah dengan perempuan Jawa itu mengolah resep yang dia punya dan mencoba menjualnya keliling Semarang.
Dari situlah cerita berkembang dan disebarkan oleh generasi selanjutnya, sampai kemudian dipopulerkan oleh keluarga Siem Swie Kiem. Keluarga inilah yang mematenkan namanya dengan Lunpia Semarang Gang Lombok.

Selain Gang Lombok, penganan ini dapat didapat di sepanjang jalan Mataram, jalan Pemuda serta jalan Pandananaran. Keempat tempat itulah yang sampai kini selalu dituju bagi mereka yang ingin mencari rasa lumpia dengan cita rasa asli. Meski sekarang banyak penjaja lumpia yang menyebar keluar dari area itu dan rasanya pun tetap khas dan enak, dengan beragam harga, tapi toh para pembeli oleh-oleh berasa belum puas kalau tidak mendapatkannya di sepanjang jalan tiga tempat itu.

Makanan yang mulanya cukup sederhana, hanya berisi rebung dan telur, kini mulai diolah dengan beragam bahan, seperti ayam atau udang. Beberapa kios pinggir jalan menjualnya dengan mengisi rebung atau taoge. Harganya pun bervariasi. Mulai dari Rp 10.000 per buah sampai yang termurah hanya Rp. 1000 saja.

Tentu saja isi dan cita rasa lumpia sesuai dengan harga, bagi empat tempat Gang Lombok, jalan Mataram, jalan pemuda dan jalan Pandanaran, harga cukup mahal tapi ditanggung puas. Lumpia berisi rebung dan variasi telur, ayam atau udang dijual dengan bumbu khas saus kental, saus tiram yang diolah dengan tepung kanji atau maizena, dan dilengkapi acar timun, cacahan bawang putih, daun bawang serta cabe rawit. Ukurannya yang besar cukup mengenyangkan hanya dengan makan satu saja. Mereka menawarkan dua jenis, lumpia kering atau lumpia basah yang kemudian bisa digoreng sendiri di rumah.

Awal penyebaran lumpia dari Gang Lombok kemudian ke beberapa tempat lainnya itu biasanya dibawa oleh mantan karyawan mereka. Mereka memutuskan untuk berusaha mengembangkan usaha sendiri dengan resep yang telah mereka pelajari di tempat kerjanya. Positifnya adalah lumpia pun makin menyebar ke seantero Semarang, tak lagi berkutat pada empat tempat itu. Bahkan kita dapat membelinya di mal atau saat ini yang sedang beken adalah Lumpia “Ekspres”.

Sekarang ini lumpia tak hanya bisa dibeli di Semarang, tapi juga di kota besar lainnya, seperti Jakarta, Solo, Jogja, serta Surabaya. Bahkan di Negara Amerika, Australia, Vietnam, Singapore, serta Filipina. Tapi olahan dan isinya pun berbeda. Khas Semarang adalah berisi rebung.

Di Amerika pun kita dapat menemukan lumpia atau yang disebut spring rolls. Biasanya tertulis dalam menu, Western Spring Rolls. Olahannya tentu saja jauh beda dengan lumpia khas Semarang. Spring Rolls ini dikenalkan oleh para penduduk China Town.(riana)