Buat Rita Kusmiati-Miller, kebebasan di Amerika itu datangnya lewat pedal mobilnya.

Bagaimana mungkin?

Seandainya saja wanita kelahiran Jakarta 40 tahun lalu itu tidak nekad hengkang ke Amerika, dia kemungkinan tidak pernah bisa mengemudikan mobil sepanjang hidupnya. Karena kelainan hormon, Rita tumbuh kerdil dan tinggi badannya cuma mencapai 1,14 meter saja.

Saat ini, Rita kecil bisa menyetir mobil van besar tanpa tergantung orang lain. Pedal gas dan rem, serta kursi mobil van-nya sengaja dinaikkan, dan dirancang khusus untuk orang-orang kecil dengan ketunaan seperti Rita.

Cuplikan kisah imigran asal Indonesia ini masuk dalam film dokumenter Citizen U.S.A.: A 50 State Road Trip. Filmnya dibuat oleh Alexandra Pelosi dan mulai diputar di HBO sejak 4 Juli lalu, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS. Filmnya berupa wawancara dengan imigran dari 50 negara bagian AS dengan pertanyaan mengapa mereka memutuskan diri menjadi warga negara Amerika.

“Saya bebas di Amerika karena saya bisa setir mobil sendiri ”, ujar Rita yang juga anggota The Little People of America ini.

Kemampuan Rita mengemudikan mobil membuka jalan untuk menjalankan bisnis sendiri di Amerika. Pendeknya, orang-orang penyandang ketunaan di negeri Paman Sam ini mendapat dukungan untuk mengatasi keterbatasannya. Dan, diperlakukan setara seperti orang-orang “normal” lainnya.

Mengenai kesetaraan tadi, Rita punya cerita. Terkadang orang suka salah sangka. Satu waktu dia pernah dikejar polisi, karena polisi Amerika mengira Rita anak kecil yang sedang melarikan mobil orang tuanya. Tidak jarang pelayan-pelayan restoran di Amerika memberinya selembar kertas dan crayon untuk  menggambar ketika dia dan suaminya pergi makan ke restoran.

Bukannya kesal, Rita justru santai dan malah ketawa-ketawa saja karena salah sangka ini. Karena salah duga itulah yang mempertemukan Rita dengan  suaminya, Larry Miller.

Delapan tahun lalu, Rita sedang menunggu bis di satu setopan di Germantown, Maryland. Waktu itu dia cuma bekerja sebagai babysitter paroh waktu. Saat itu Rita berencana untuk pulang saja ke Indonesia karena status imigrasinya tidak jelas. Awalnya, Rita datang ke AS di tahun 1999 membantu saudara sepupunya merawat anaknya, tapi batas izin tinggalnya di AS sudah lama lewat.

Ketika menunggu bis itulah, datang pria setengah baya mengajaknya ngobrol. Pria bule ini mendekatinya karena menyangka gadis kecil ini perlu bantuan mau pulang ke rumah.

“Habis, tasnya lebih gede dari badannya,” ujar Larry.

“Dia tanya ini itu dan ya aku jawab saja,” ujar Rita. Jumpa pertama itu berakhir dengan Larry memberi kartu nama.

Rita mengaku kurang peduli mengontak kontak kenalan barunya. Justru
saudaranya yang antusias mendorongnya berinisiatif menghubungi Larry.
“Supaya tambah teman,” kata Rita, menirukan mereka.

Ketemu beberapa kali, Larry mengajak tinggal bersama di rumah orang tuanya..

“Apaan?, “ kata Rita yang religius ini kaget.

“I am sorry. Saya ini dari Indonesia. Kebiasaan kami ya menikah duluan, baru tinggal serumah,” lanjutnya.

Larry pun menurut.

Dalam tempo dua minggu saja, gadis berpostur kecil “Rita Kusmiati” resmi menjadi istri Lawrence Miller, duda tanpa anak yang serius perlu pasangan hidup.

Dua insan ini menikah resmi di Catatan Sipil, Maryland. Persoalan imigrasi Rita pun teratasi berkat pernikahan dengan Larry yang terhitung tunanetra (legally blind).

“Dia tuh bisa lihat, tapi dari jauh. Matanya kagak bisa melirik. Kalau melirik, harus balik badan. Terus, kalau ngebaca, bukunya kudu dekat banget”, ujar Rita menerangkan ketunaan suaminya.

Belum genap dua bulan menikah, mereka pindah ke Florida.

Melalui jaringan tunanetra, Larry mendapat pelatihan menjalankan usaha membuka snack bar di kantin instansi pemerintahan di Florida.

Lima tahun terakhir ini, keluarga Miller tinggal di Jacksonville, Florida Selatan. Bersama suaminya, Rita yang lulusan SMEA Santo Paulus, Jakarta Barat ini, menjalankan usaha vending machine.

“Mustahil menjalankan bisnis vending machine ini tanpa istri saya, “ ujar Larry.

Keluarga Miller dikarunia dua anak blasteran yang cakep.

“Dasar jodoh kali ya … kayak cerita-cerita novel saja”, ujar Rita kecil yang dulunya naik turun bajaj dan bis kota.  (peter phwan)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?37012

Untuk melihat artikel Amerika / Exclusive lainnya, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :