Pada bulan Agustus mendatang, Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Selain logo, panitia acara juga telah memilih tiga satwa endemic Nusantara sebagai maskot Asian Games tahun ini. Maskot tersebut terdiri dari Burung Cendrawasih yang diberi nama Bhin Bhin, Badak bercula satu yang diberi nama Kaka, dan Rusa Bawean yang diberi nama Atung. Nama ketiga karakter yang didesain oleh Feat Studio tersebut diambil dari semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika. Pemilihan maskot tersebut juga dimaksudkan untuk mewakili kekayaan hayati dan keragaman budaya Indonesia bagian barat (Kaka), tengah (Atung), dan timur (Bhin Bhin). Meski dibuat dengan sentuhan modern, tampilan ketiga karakter tersebut tetap memerhatikan unsur-unsur kearifan lokal dari masing-masing daerah.

Bhin Bhin adalah seekor Burung Cendrawasih (Paradisaea minor) berasal dari Indonesia Timur. Maskot ini melambangan siasat. Bhin Bhin tampil lengkap dengan sebuah rompi berhiaskan motif Asmat asal Papua.

Burung Cendrawasih yang berbulu indah, biasanya adalah pejantan. Bulu indah tersebut merupakan modal bagi pejantan untuk memikat sang betina. Satwa endemik ini kerap disebut burung surga lantaran keindahan warna bulunya. Seluruh jenis Burung Cendrawasih dilindungi oleh negara melalui UU tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

Atung adalah seekor Rusa Bawean (Axis kuhlil) hanya dapat ditemukan di Pulau Bawean (Jawa Timur). Maskot tersebut melambangkan kecepatan. Atung tampil mengenakan sarung dengan motif tumpal dari DKI Jakarta.

Populasi Rusa Bawean di alam bebas diperkirakan hanya sekitar 300 ekor. Spesies rusa berwarna coklat ini tergolong langka dan diklasifikasikan sebagai hewan yang terancam punah oleh IUCN. Tinggi rusa tersebut sekitar 60-70 cm dengan panjang ekor 20 cm. Bobot pejantan biasa berkisar antara 50-60 kg. Untuk menjamin kelestariannya, Rusa Bawean dilindungi oleh negara melalui UU tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

Kaka adalah seekor Badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) kini hanya dapat ditemukan di ujung barat Pulau Jawa, tepatnya di Taman Nasional Ujung Kulon. Maskot ini dimaksudkan untuk melambangkan kekuatan. Kaka tampil mengenakan pakaian tradisional bermotif bunga khas Palembang.

Spesies badak ini kini berada di level kritis. Laporan terkini menunjukkan terdapat 40-50 ekor Badak bercula satu yang tersisa di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Badak ini pada umumnya memiliki panjang 3,1-3,2 m dan tinggi badan 1,4-1,7 m dengan ukuran cula yang tidak lebih dari 20 cm. Sebagaimana Burung Cendrawasih dan Rusa Bawean, Badak bercula satu juga dilindungi oleh negara melalui UU tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.