Seorang remaja berdiri di depan panggung sederhana. Dia
berkonsentrasi sebentar dan tak lama kemudian membacakan puisi. Berganti
dengan yang lain. Kadang menggebu kadang pelan. Begitu seterusnya.
Ditengah guyuran rintik hujan sejak acara itu dimulai tak menyurutkan
mereka untuk mundur. Acara itu selalu berhasil menarik minat puluhan
orang untuk bertahan dan bergantian membaca dan mendengarkan puisi dan
orasi. Sekitar 70 – 100 tua muda merasa nyaman dengan acara yang diberi
tajuk Arisan Sastra itu. Di kota kecil bernama Trenggalek, mereka
menyuarakan puisi pemberontakan Widji Tukul, WS Rendara dan penggalan
karya Pramoedya Ananta Toer.

Di mana Trenggalek? Kenapa mereka peduli terhadap sastra ?
Jarang orang tahu letak Trenggalek. Kota pesisir yang bersebelahan
dengan Pacitan, Ponorogo dan Tulungagung itu termasuk kota kecil yang
nyaris tak terdengar. Relatif jauh dari kota kreatif Yogya. Tapi di kota
kecil yang sebelumnya jauh dari inspirasi budaya itu ada Nurani
Soyomukti. Dia seorang penulis produktif dan motor pembacaan puisi dan
orasi yang dikemas dalam arisan sastra bulanan dan selalu
berpindah-pindah tempat sejak Desember 2010. Mahasiswa Indonesia banyak
kenal namanya, terutama yang mengambil studi ilmu sosial atau yang
sedang patah hati.

Lihat saja karya-karyanya sejak tahun 2007. Berawal dari buku yang
berbau ideologis kiri seperti Revolusi Bolivarian, Hugo Chaves dan
Politik Radikal, Revolusi Tibet sampai pada buku- tentang Soekarno. Juga
buku-buku soal Seks dan Percintaan. Dalam kurun waktu 4 tahun
menghasilkan 22 buku.

Lahir di Trenggalek, 9 September 1979. Sarjana Hubungan Internasional FISIP
Universitas Jember, kini menjadi dosen, penulis dan aktivis di kota
Trenggalek. Di kota kecil itu Nurani berhasil mengumpulkan masyarakat
yang tertarik dengan sastra. Sejak pertengahan tahun 2009, dia
mendirikan sebuah lembaga pemberdayaan untuk meningkatkan budaya
baca-tulis, yang bernama QLC (Quantum Litera
Center) sebagai jembatan kebutuhan anak-anak muda untuk belajar bersama
tentang sastra, menulis dan pengetahuan humaniora. Juga sebagai ruang
kreatif di daerah pedesaan yang mulai dimasuki oleh agama keras. Lembaga
ini seringkali mengadakan seminar remaja, guru, seminar dan diskusi
publik.

Tak mudah menjadi pengarang produktif dengan puluhan karya dalam
waktu yang singkat. Namun kecintaannya pada dunia tulis menulis
mengalahkan segalanya. Nurani menyukai baca buku sastra, tetapi yang
sangat mempengaruhinya adalah buku biografi Soekarno, “Penyambung Lidah
Rakyat” yang ditulis Cindy Adam. Ia juga membaca biografi Mahatma
Gandhi. Dua tokoh inilah yang tampaknya sangat mempengaruhi pemikirannya
kelak.

Tahun 1996-1998 adalah masa di mana kebencian rakyat terhadap Orde
Baru mulai bangkit. Nurani membaca berita tentang Megawati yang ditekan
oleh Soeharto dan jadi simbol keberanian kaum tertindas. Pada waktu yang
bersamaan, dia juga membaca berita tentang keberanian Budiman Sujatmiko
yang mendirikan PRD (Partai Rakyat
Demokratik) yang ditekan juga oleh Orde Baru. Ia mendengar nama Sri
Bintang Pamungkas yang saat itu sangatlah berani. Juga tentang Gus Dur
dan Emha Ainun Najib. Itu semua membentuknya menjadi seorang yang kritis
dengan pemerintah yang ada, seorang yang ideologis.

Tak disangkal bahwa dia banyak membaca pemikiran Karl Marx dan Freud.
Di tahun 2003, Nurani menjadi finalis Sayembara Lomba menulis Esai
Ahmad Wahib Award dengan karyanya ”Ahmad Wahid dan Karl Marx : Basis
Material Pemikiran Islam”. Skripsi Nurani tahun 2003 juga cenderung
berbau ideologis. Dia mengambil judul
”Neoliberalisme dan Globalisasi Menurut Marxisme dalam Hubungan
Internasional”. Judul skripsi itu mengagetkan pewawancara dari Kompas
ketika Nurani melamar jadi wartawan Kompas dan gagal. ”Kita akan
menunggu apakah Anda lolos, tetapi saya melihat anda berbakat jadi
seorang Ideolog” kata pewawancara dari Kompas itu.

Trenggalek , bukan kota kaya seperti Tenggarong. Di kota itu
masyarakat hidup dari sektor perkebunan , agraris dan sebagian lagi
menjadi pegawai negeri. Mereka harus mengumpulkan uang untuk
kelangsungan hidupnya.Tak mudah membuat orang berkesenian selagi mereka
juga sibuk mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk kesejahteraan perut
mereka. Tapi Nurani seperti magnet.

“Mereka berhasil melakukan gerakan budaya,” kata seorang tokoh
kesenian setempat Bonari Nabonenar mengomentari apa yang telah dibuat
oleh Nurani. Menurutnya, gerakan budaya itu dibangun dengan segenap
kemampuan yang sesungguhnya amat terbatas. “Mata kita dibuka untuk
melihat kenyataan bahwa kemauan yang kuat, yang bersih dari pretensi
mendapatkan keuntungan material, mampu menyerap kekuatan alamiah yang
menurut saya amat sangat luar biasa. Dia telah berhasil membalik keadaan
dari kemampuan yang sangat terbatas itu,” ucap Bonari memuji koleganya.

Penulis yang juga merasa nyaman berbicara cinta ini lahir dari
keluarga yang cukup kaya, namun harta mereka habis karena sang ayah
selalu kalah di meja judi. Ini membuat Nurani harus melihat ibunya
bekerja keras mencukupi kebutuhan sehari-hari. “ Ketika harta kami habis
karena ayah berjudi, ibu mencari nafkah dengan membuat minyak goreng
yang dibuat dari kelapa,” kata mantan aktivis PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia-organisasi mahasiswa yang identik dengan NU) dan PRD ini. Menurutnya dalam keadaan seperti itu ibunya sangat menghargai diri dan anaknya dan tak tergantung pada laki-laki.

Tak sadar kenyataan itu membentuknya dalam memahami cinta dengan
luas. Tercermin dalam karya bukunya yang sangat mendorong wanita untuk
mandiri dan memahami cinta dengan skala yang luas. “Cinta bagi saya
hanyalah sebuah kata. Cinta sejati adalah sebuah tindakan, aksi nyata
yang memunculkan produktivitas dan memberi manfaat, tidak hanya pada
diri sendiri tapi juga sesama,” kata Nurani.

Rupanya pemahaman inilah menjadi “nyawa” yang menggerakkannya
memberdayakan masyarakat sekitar untuk membangun kepribadian dan wawasan
lewat karya sastra dan pengetahuan. Dia juga mengajak mereka untuk
menulis apa saja yang ada di benak mereka. Kota kecil tak jadi hambatan.
Nurani sudah memberdayakan mereka, mewarnai mereka. (Indah)

Nama : Nurani Soyomukti

Pendidikan : Hubungan Internasional FISIP Universitas Negeri Jember

Pengalaman Kerja :

• Sekretaris Umum Dewan Kesenian Trenggalek (DKT) 2011-2016;
• Ketua Umum Quantum Litera Center (QLC)—Pusat Pemberdayaan, Kebudayaan, dan Keberaksaraan, Trenggalek, 2008-sekarang
• Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Islam Blitar (UIB), 2010-sekarang

Buku :

1. Revolusi Bolivarian, Hugo Chaves dan Politik Radikal (Resist Book,Yogya, 2007)
2. Pendidikan Berspekpektif Globalisasi (Ar-ruzzmedia-Yogyakarta, Januari 2008);
3. Revolusi Sandinista: Perjuangan Tanpa Akhir melawan Neoliberalisme (Garasi,Yogya, 2008)
4. Dari Demontrasi Hingga Seks Bebas (Garasi, Yogya, 2008)
5. Hugo Chaves Vs Amerika Serikat (Garasi Book, Yogya, 2008)
6. Revolusi Tibet (Garasi Book, Yogya, 2008)
7. Memahami Filsafat Cinta (Prestasi Pustaka-Jakarta, 2008)
8. Manusia Tanpa Batas (Prestasi Pustaka-Jakarta, 2008)
9. Pendidikan Sosialis: Teori dan Praktek (Arruzz-media-Yogya, 2008)
10. Bung Karno dan Nasakom (Garasi Book-Yogya, 2008)
11. Intimacy: Menjadikan Kebersamaan dalam Pacaran, Perkawinan dan
Merawat Anak sebagai Surga Kehidupan (Prestasi Pustaka—Surabaya, 2008)
12. Metoda Pendidikan Marxis-Sosialis; Antara Teori dan Praktek (Arruzzmedia-Yogya, 2008)
13. Perempuan di Mata Soekarno (Garasi—Yogya, 2009)
14. Terapi Broken Heart (Garasi—Yogya, 2009)
15. Soekarno, Vivi Budaya dan Revolusi (Arruzzmedia, Yogya, 2010)
16. Teori-teori Pendidikan: Tradisonal, Liberal, Marxis – Sosialis, Postmodernis (Arruzzmedia, Yogya, 2010)
17. Soekarno Otoriter ? (Arruzzmedia, Yogya, 2010)
18. Menguak Aib Seks Bebas dan Hedonisme Selebritis (Nuansa Cendekia, Bandung, 2010)
19. Pengantar Ilmu Sosiologi (Arruzzmedia, Yogya, 2010)
20. Pengantar Ilmu Komunikasi dan Studi Media (Arruzzmedia, Yogya— 2010)
21. Ben Ali, Hosni Mubarak, Moammar Khadafi: Pergolakan Politik Arab Abad 21 (Medium, Bandung, 2011)
22.Pengantar Filsafat Umum (Arruzzmedia, Yogya—2011)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?37131

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :