Terletak di ketinggian 2.368 meter dari permukaan laut (mdpl)
atau sekitar 7.769 ft, kawasan wisata Kawah Ijen di Jawa Timur memiliki
daya tarik yang unik dan berbeda dari objek wisata lainnya di Tanah
Air.

Gunung Ijen di Jawa Timur masuk kedalam kawasan wisata Cagar Alam
Taman Wisata Ijen, yang dapat diakses dari dua kecamatan, yaitu
Kecamatan Licin, Kabupaten Bondowoso, dan Kecamatan Klobang, Kabupaten
Bondowoso.

Danau kawah Ijen memiliki luas sekitar 5.466 Hektar dengan kedalaman hingga 200 meter. Danau yang dikelilingi dinding kaldera setinggi 300 sampai
500 meter tersebut memiliki warna air danau yang hijau kebiruan dengan
tingkat keasaman nol, sehingga sangat berbahaya bagi manusia. Kandungan
asamnya dapat menghancurkan jari manusia dan juga pakaian apabila
dicelupkan ke dalamnya.

Bongkahan belerang diangkut dengan keranjang di pundak

Meski dinyatakan cukup berbahaya, namun tampaknya kondisi tersebut
tidak diindahkan oleh para wisatawan maupun warga setempat. Bahaya yang
dapat menghampiri siapa saja yang berada di dekat kawah ijen tidak
menjadi halangan bagi penduduk lokal untuk melakukan aksi penambangan
belerang dari dasar kawah.

Aksi penambangan belerang inilah yang menjadi daya tarik utama bagi
para wisatawan, khususnya para turis mancanegara yang ingin melihat
langsung bagaimana proses penambangan belerang dengan cara tradisional
tersebut.

Untuk mencapai Kawah Ijen, harus dilewati hutan lindung tropis dan
perkebunan kopi. Maka tidak heran bila saat perjalanan menuju puncak
Gunung Ijen , Anda berpapasan dengan para penambang dengan bongkahan
belerang di pundak mereka.

Bongkahan demi bongkahan belerang yang digali dengan menggunakan alat
sederhana, yakni berupa linggis dan palu, dibawa naik satu persatu dari
dasar kawah dengan cara dipikul.

Para penambang pun hanya menggunakan masker ala kadarnya, yakni yang
terbuat dari baju atau kain yang dibasahi lalu dililitkan ke bagian
hidung dan mulut guna mencegah terhirupnya gas belerang.

Untuk dapat mencapai lokasi ini, ada dua jalur masuk yaitu lewat kota Banyuwangi dan kota Bondowoso, Jawa Timur.

Para wisatawan biasanya disarankan untuk menempuh jalur Bondowoso melalui
jalur Wonosari-Sempol-Paltuding dengan jarak tempuh sekitar 70
kilometer. Jarak ini memang relatif lebih jauh dibandingkan bila
melewati jalur Banyuwangi yang hanya berjarak sekitar 38 kilometer.

Namun meski jauh, kondisi jalan yang akan dilalui relatif lebih
nyaman dan aman karena sudah diaspal. Jalur Bondowoso merupakan jalur
yang dipilih oleh tim Kabari ketika mengunjungi objek wisata tersebut.

Siapkan masker

Perjalanan dimulai dari pos penjagaan milik Perum Perhutani, yakni Pos Paltuding di kaki Gunung Merapi-Ijen.

Dari sini, perjalanan menuju puncak gunung Ijen merupakan jalan tanah
setapak menanjak ke ketinggian 2.400 mdpl dengan waktu tempuh sekitar
2-3 jam perjalanan. Melewati jalur ini, kita diminta untuk tetap waspada
dan berhati-hati, sebab keadaan jalan setapak yang dilalui agak sedikit
licin. Sesekali bisa dilihat sekawanan kera ekor panjang dengan selingan kicauan burung dari dalam hutan.

Setibanya di bibir kawah Ijen, pemandangan alam sekitar danau kawah
yang berwarna hijau kebiruan diselimuti kabut awan tipis yang membuat
pemandangan menakjubkan setelah berjalan selama 2 jam.

Untuk mencapai ke dasar kawah, wisatawan harus menuruni tebing
berbatu-batu melalui jalan setapak yang biasa dilewati para penambang
belerang. Namun demikian, hal ini tidak disarankan, karena uap dari gas
belerang sangat berbahaya dan beracun yang dapat menyebabkan sesak
napas hingga kematian jika terlalu banyak terhirup oleh hidung atau
mulut.

Sangat diperlukan masker atau kain basah guna menutupi hidung dan mulut jika ingin menuruni tebing kaldera.

Resiko tidak sebanding dengan upah

Kegiatan penambangan belerang dengan cara tradisional ini kabarnya
hanya terdapat di Indonesia saja, yaitu di gunung Welirang dan gunung
Ijen.

Adi (33) salah seorang penambang belerang yang telah 5 tahun ikut
menjadi pekerja tambang belerang di kawah Ijen mengungkapkan, bahwa
dalam satu hari dia dapat bolak balik mengangkut bongkahan belerang dari
mulut kawah sebanyak 2 hingga 3 kali angkut dengan beban seberat 85 kg.

Selain beban berat, resiko yang mengancam juga tidak sebanding dengan
upah yang diterima para penambang tersebut, karena rata-rata
penghasilan mereka setiap harinya sekitar Rp.25.000 – Rp 50.000 atau Rp
300 per kg. Para pekerja ini akan mengumpulkan belerang yang dibawa di Pos Bundar,
yakni sebuah pos peninggalan Belanda yang bertuliskan “Pengairan Kawah
Ijen” untuk selanjutnya ditimbang.

Menikmati secangkir kopi panas

Biasanya, pendakian ke Kawah Ijen dari Pos Paltuding akan ditutup mulai pukul 14.00 WIB
demi keamanan pengunjung. Pasalnya, di atas jam tersebut kabut dengan
kandungan gas belerang di sekitar kawah akan lebih tebal dengan kadar
gas belerang yang cukup tinggi.

Selain menyaksikan kawah Ijen dan kegiatan para penambang belerang
yang hilir mudik dari dalam kawah, pesona wisata lainnya yang disuguhkan
di kawasan ini adalah paket agro wisata mengunjungi kebun kopi.

Wisatawan akan diajak melihat cara memanen biji kopi dari perkebunan
setempat, serta menyaksikan cara pengolahan biji kopi hingga menjadi
bubuk kopi siap seduh dengan cara tradisional.

Secangkir kopi yang baru digiling dan dipanen dapat dinikmati
ditengah sejuknya suasana perkebunan yang berada di gunung Ijen.(arip)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?36431

Untuk

melihat artikel Jalan-Jalan lainnya, Klik

disini

Mohon
beri nilai dan komentar
di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported

by :