Setelah melalui perjalanan panjang dari Jakarta ke Jambi kemudian diteruskan ke Kabupaten Sungai Penuh selama kurang lebih 12 jam, ‘Kabari’ bersama rombongan pendaki yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa Jakarta, akhirnya tiba di Desa Kersik Tuo sore hari.

Desa Kersik Tuo yang terletak di ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut (mdpl), merupakan titik awal pendakian Gunung Kerinci yang umum dilakukan. Di sana rombongan menginap satu malam.

Pagi hari, usai sarapan, kami bersiap-siap melakukan pendakian. Semua perlengkapan diperiksa dengan teliti. Tak ada yang boleh terlewat. Senter, sleeping bag, air minum, pisau  sampai obat-obatan dan vitamin.

Gunung Kerinci adalah gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Jaya Wijaya di Papua. Ketinggiannya mencapai 3.805 mdpl atau sekitar 12.848 kaki.

Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang luasnya 1.368.000 hektar. Secara geografis, TNKS mencakup empat provinsi, yakni Provinsi Sumatera Barat, Povinsi Jambi, Povinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan.

Setelah melapor di Pos Pendaftaran atau R10, rombongan pun melakukan pendakian. Sekitar pukul 09.00 pagi, kami mulai menuju Pintu Rimba yang berjarak sekitar 2 km dari Pos Pendaftaran. Sepanjang perjalanan, kami disuguhkan pemandangan perkebunan teh dan ladang sayuran milik penduduk setempat.

Sejam kemudian, rombongan sampai di Pintu Rimba yang berada di ketinggian 1.800 mdpl. Vegetasi hutan heterogen menyambut kedatangan kami.

Bila beruntung, hewan liar asli Sumatera seperti gajah, macan tutul, badak Sumatera, harimau, beruang madu, monyet ekor panjang, siamang, tapir, kus-kus, dan ratusan jenis burung, dapat dijumpai.

Sekitar pukul 11.00 WIB kami tiba di Pos I atau Pos Bangku Panjang di ketinggian 1.909  mdpl. Di lokasi ini terdapat pos untuk istirahat. Di sini kami membuka logistik.

Secangkir susu hangat, sepotong biskuit cokelat serta roti lapis selai kacang, menemani istirahat pertama kami. Di lokasi ini para pendaki disarankan untuk mengambil air dari mata air yang ada di sekitar lokasi. Pasalnya mulai dari ketinggian ini, tak akan ada lagi mata air.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Batu Lumut. Perjalanan ternyata cukup sulit. Kondisi jalannya tanah gempur dan agak licin dengan trek menanjak, sehingga perlu waktu 2,5 jam untuk menuntaskan jarak sekitar 2 kilometer.

Di pos Batu Lumut kami ingat pesan yang disampaikan petugas pos pendaftaran sebelum pendakian. Mereka bilang, jangan membawa makanan yang berbau amis atau anyir, karena dapat menarik perhatian binatang buas.

Pesan itu benar adanya, karena situasi di sekeliling kami hutan lebat semata. Bukan tidak mungkin binatang buas muncul tiba-tiba.

Pukul 15.00 WIB kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Shelter 3 di ketinggian 3.073 mdpl. Jalur pendakian yang cukup sulit dengan kemiringan antara 45 hingga 60 derajat, membuat kami cepat lelah.

Setelah berjalan hampir 3 jam, akhirnya kami tiba di Shelter 3 dan memutuskan untuk bermalam. Setelah menempuh perjalanan seharian dengan beban yang cukup berat, istirahat di balik kehangatan kantong tidur benar-benar menjadi jawaban yang tepat.

Perjalanan Menuju Summit

Paginya setelah menyantap semangkuk bubur kacang hijau dan segelas susu cokelat, kami mulai merapikan barang bawaan dan siap menuju Pos 4 di ketinggian 3.351 mdpl untuk summit (pendakian puncak).

Beruntung cuaca agak cerah, sehingga Pos 4 dapat kami jangkau dengan mudah. Di Pos 4 yang berada di ketinggian 3.351 mdpl, kami mulai mempersiapkan logistik yang akan dibawa ke Puncak Kerinci. Sementara yang tidak perlu, ditinggalkan dulu.

Jalur menuju puncak cukup terjal dan licin jika hujan. Tapi karena cuaca cukup cerah, sepatu  kami tak kesulitan menapak di atas jalur. Yang jadi persoalan justru stamina. Tak jarang banyak pendaki yang kehabisan stamina justru di saat menuju summit.

Setelah 4 jam berjuang keras melawan udara dingin dan lelah, Puncak Kerinci di ketinggian 3.805 mdpl akhirnya dapat kami gapai. Puas rasanya.

Di Puncak Kerinci, keindahan Tanah Sumatera terlihat jelas tanpa terhalang apa pun.

Di sini kami dapat melihat Danau Gunung Tujuh, danau yang berada di antara 7 gunung di sekelilingnya, dan merupakan danau air tawar tertinggi di kawasan Asia. Samudera Hindia pun terbentang luas tak berujung pun tampak jelas terlihat.

Dari puncak Gunung Kerinci ini kami merasakan betapa kecilnya kami di depan hamparan alam ciptaan-Nya. Sungguh tak terperi betapa syahdunya suasana ketika itu. Kami diam  dalam kesunyian. Bibir kami kelu, tapi hati tiada henti-hentinya melafalkan kalimat kebesaran  Tuhan. (arip)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?35244

Untuk

melihat artikel Jalan-Jalan lainnya, Klik

disini

Klik

disini
untuk Forum Tanya Jawab


Mohon beri nilai dan komentar
di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported

by :