KabariNews – Musim hujan di bumi keraton Surakarta Hadiningrat yang lebih popular dengan sebutan kota Solo, tidak menyurutkan terus beraktivitas kegiatan siang maupun malam. Lapak-lapak penjaja makanan tetap ramai pengunjung. Terutama di malam hari sepanjang jalan protokol kota Solo tenda-tenda warung berjejer, dari sekedar jual nasi kucing sampai menu lengkap, gudeg, nasi liwet dan pecel lele, kadang ditambah rica-rica bebek dengan rasa pedas-pedas manis. Hampir 24 jam masyarakat kota Solo tak pernah jenuh mampir di tempat-tempat kuliner favoritnya.

Bagi pendatang atau wisatawan domestik maupun mancanegara mengudap di pinggir jalan kota Solo punya sensasi tersendiri. Pertama dipastikan pengaruh tren para warga. “Disana loh, disini perlu dicoba. Wah kalau belum ke situ belum ke Solo”, dan macam-macam propaganda mempengaruhi birahi cuci mata dan mulut. Kota dinasti raja Jawa ternama setelah Mojopahit ini banyak memiliki ikon dan cendera mata dari berbagai hasil seni tradisi. Juga produk-produk unggulan yang cukup jadi andalan. Terutama batik yang memelopori sebuah identitas ke Indonesiaan yang tak bisa di sejajarkan dengan karya-karya batik manapun selain Solo dan Jogyakarta.

Baca artikel selengkapnya di Kabari Digital