KabariNews – Sebelum menyimak lebih jauh tentang Museum d’Topeng Kingdom (bag2), Kabari akan memberikan sedikit uraian mengenai Museum d’Topeng Kingdom kepada pembaca. Museum d’Topeng Kingdom merupakan destinasi wisata baru yang berada di kawasan museum Angkut, tepatnya di area Pasar Apung kawasan museum Angkut Kota Batu, Jawa Timur. Museum d’Topeng Kingdom didirikan dan prakarsai oleh Reno Halsamer, seorang kolektor asal Surabaya yang sebelumnya juga pernah membuka d’Topeng Kingdom di Bali.

Di museum ini dipamerkan sekitar 2.000 topeng khas dari pelosok Nusantarta Indonesia dan barang antik lainnya yang berjumlah ratusan dari zaman prasejarah hingga zaman kerajaan Majapahit. Semua barang yang menjadi koleksi di Museum d’Topeng Kingdom adalah asli dari Indonesia yang diperoleh dari masyarakat, sebagian dari kolektor lokal hingga diperoleh dari warga negara asing. Sebagai pelengkap, Kabari akan memperkenalkan benda-benda kuno dan mistis sebagai koleksi Museum d’Topeng Kingdom seperti ribuan topeng, ratusan keris, patung tao-tao Toraja, patung pewayangan, patung kematian sampai dengan kitab suci Al-Quran yang berusia 400 tahun.

Lebih dari 20 tahun, Reno Halsamer mengumpulkan topeng dan benda-benda bersejarah lainnya dari Tanah Air dan mancanegara. Ribuan topeng disimpan rapi dalam lemari kaca dan dikelompokkan berdasarkan asal daerahnya. Koleksi topeng dari berbagai daerah, seperti Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi dan Papua.

Dari seluruh koleksi topeng, bagi Reno topeng yang paling berkesan adalah topeng yang berasal dari Jawa Tengah yang menggambarkan figur Budha dan pendeta Tionghoa yang ditemukan di sekitar Candi Borobudur. Topeng tersebut menjadi koleksi satu-satunya yang memiliki ciri khas tersendiri dan sampai saat ini belum diketahui siapa pembuatnya. Topeng itu memiliki 5 lapisan cat berbahan perada.

Koleksi topeng di Museum d’Topeng Kingdom banyak bercerita tentang kisah-kisah bersejarah seperti kisah Ramayana dan kisah perjuangan melawan penjajah. Topeng juga menjadi sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan melalui pertunjukan topeng pada dunia internasional. Karena topeng lebih mudah dipahami dari pada wayang, yang hanya dimiliki oleh beberapa negara di dunia.

Koleksi topeng yang tertua dan sangat sakral, adalah topeng kematian dan patung Tao-tao yang berasal dari Sulawesi Selatan. Menurut kepercayaan masyarakat suku Toraja, patung Tao-tao, diyakini sebagai penjaga makam. Sedangkan topeng kematian sebagai simbol kebahagiaan. Menurut cerita, pada zaman dahulu jika seorang raja yang meninggal wajahnya akan ditutupi dengan topeng kematian ini. Karena masyarakat Toraja menganggap raja adalah titisan dari dewa dan jika meninggal wajahnya tidak boleh menggambarkan suasana sedih, sehingga harus ditutupi dengan topeng kematian. Topeng yang terbuat dari kayu dan unsur logam ini, cukup sulit untuk mendapatkannya. Patung Tao-tao memiliki syarat untuk dimuseumkan, karena dilihat dari bentuk yang sempurna, juga dilihat dari usianya yang sangat tua. Saat ini Topeng kematian sangat jarang ditemukan pada patung Tao-tao yang dibuat oleh masyarakat suku Toraja.

Setelah sedikit mengulas tentang koleksi topeng yang berada di Museum d’Topeng Kingdom, sekarang saatnya kita beralih ruangan berikutnya untuk melihat dari dekat barang-barang langka berupa patung kolesksi museum ini. Terdapat patung kesuburan dari pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan patung Yeni dari pulau Leti, Nusa Tenggara Timur. Patung yang terbuat dari batu setinggi sekitar 50 cm ini, diperkirakan berasal dari masa Dong Song pada awal masehi. Patung Yeni melambangkan kejayaan pada masanya dan konon biasanya diletakan di air terjun atau di sekitar dipohon-pohon yang rindang. Menurut informasi, Reno Halsamer mendapatkan patung ini dari seseorang warga negara Perancis yang akan membawa patung ini ke negaranya. Namun karena kesulitan untuk membawa benda purbakala ini, patung Yeni akhirnya dijual kepadanya. Di ruangan ini juga terdapat Singgasana Raja dari kerajaan Buleleng di Bali.

Yuk! Bergeser ke ruang lainnya. Nah, disini kita akan menjumpai kitab suci Al-Quran kuno yang diperkirakan berusia ratusan tahun dan beberapa wayang, yang konon merupakan peninggalan Sunan Kalijaga, salah seorang dari Wali Songo penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Kitab suci Al-Quran itu terbuat dari kulit hewan. Menurut informasi yang dapat dihimpun, kulit hewan sebagai bahan untuk membuat Al-Quran di gambar wayang agar pembaca mudah memahami. Kala itu kesenian yang mudah diterima oleh masyarakat adalah kesenian pertunjukan wayang, sehingga Sunan Kalijaga menggunakan sarana pertunjukan wayang untuk menyebarkan agama Islam dan kala itu juga masyarakat pulau Jawa masih yang menganut agama Budha dan Hindu.

Di ruangan ini juga terdapat keramik berbentuk piring bertuliskan surat Yasin dengan tulisan huruf Arab dan beberapa seni kaligrafi Islami. Diperkirakan keramik-keramik yang berada di ruangan ini berasal dari abad ke XIII sampai dengan abad XIX. Di sini juga terdapat kaligrafi keramik dengan menggunakan huruf Arab peninggalan Dinasti Ming dari China. Saat itu di daratan Eropa belum ada keramik seperti peninggalan pada zaman Dinasti Ming, namun di China sudah lebih dulu mengenal dan dilengkapi dengan unsur kaligrafi seperti keramik piring yang berlafadz Allah yang dibuat pada jaman Dinasti Song.

Lantunan syahdu musik keroncong menemani pengunjung berkeliling museum. Di museum ini pengunjung tak hanya disuguhi koleksi benda-benda bersejarah serta wisata edukasi tentang peninggalan seni dan budaya bangsa Indonesia, karena berbagai pertunjukan kesenian lainnya pun ada di sini. Silakan mengunjungi Museum d’Topeng Kingdom, harga tiket (Senin-Kamis) Rp25.000 (Jumat-Minggu) Rp30.000. (1022)