KabariNews –  Merubah masa lalu yang kelam memang membutuhkan suatu perjuangan dan pengorbanan yang besar. Keyakinan bahwa sebuah perjuangan dan pengorbanan akan akan menui hasil menjadi dasar kuat untuk mewujudkannya. Apalagi perjuangan dan pengorbanan itu bertujuan untuk masa depan yang lebih baik.

“Masa Lalu, Sekarang dan Masa Depan” adalah sebuah tema diskusi yang diselenggarakan oleh Kosulat Jenderal Amerika Serikat (AS) di Surabaya sebagai  sebuah peringatan yang menandai “Black History Month”, Jumat (26/2).

Diskusi yang bertempat di gedung Konsulat Jenderal AS di Surabaya dihadiri oleh Konsulat Jenderal AS, Heather Variava, para undangan dari Surabaya dan sekitarnya antara lain dari civitas akademika, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemerhati sosial dengan narasumber dari Community Organizing and politikal, Activism AS.

Dalam kesempatan itu, peserta diskusi berkesempatan melakukan tanya-jawab dan komentar dengan anggota konggres AS, Charles B. Rangel melalui video conference yang juga merupakan salah satu pendiri Congressional Black Caucus di AS.

Peringatan Black History Month yang jatuh pada bulan Februari merupakan peringatan terhadap pencapaian dan pengaruh ras Afrika-Amerika dalam sejarah AS. Kisah sejarah Black History Month dimulai pada tahun 1959, setelah pemerintah AS mengeluarkan 13 Amandemen yang menghapus perbudakan di AS. Tapi tidak semudah membalikan telapak tangan dalam memperjuangkan kesamaan hak dan kewajiban. Butuh pengorbanan, banyak masyarakat Afrika-Amerika pada masa itu telah memberikan kontribusi yang besar terhadap AS.

Tak selamanya masyarakat Afirka-Amerika berada di dibawah, mereka yakin akan menjadi warga AS yang mempunyai kedudukan yang sama. Perjuangan dan pengorbanan masyarakat Afrika-Amerika membuahkan hasil dengan dikeluarkannya 13 Amandemen oleh pemerintah AS.

Dengan dikeluarkannya 13 Amandemen oleh pemerintah AS, ini mencerminkan bahwa pemerintah AS, telah menerapkan sistim sosial dimasyarakat. Dimana, setiap warga negara AS mempunyai kesamaan dalam hak dan kewajiban, derajat serta kedudukan di mata hukum.

Kenyataan itu terjadi dengan tidak ada settingan dan editan dalam memperingati Black History Month dan diskusi yang diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal AS di Surabaya. Narasumber dalam diskusi itu yang merupakan warga AS (Afrika-Amerika) dengan terbuka menceritakan kehidupan mereka di AS dan menjawab pertanyaan dari peserta tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di AS menyangkut warga Afrika-Amerika.

Ada hal yang menarik di dalam diskusi itu, yang pertama, Pemerintah AS memberikan kebebasan kepada setiap warga negaranya untuk mengeluarkan pendapatnya. Yang kedua, Diskusi diselanggarakan di negara Indonesia. Bila dikaitkan dengan tempat penyelenggaraan diskusi sangat tepat. Kenapa?

Indonesia dengan mempunyai ribuan suku dan bahasa yang mempunyai tatanan kehidupan dan tata bahasa yang berbeda. Tetapi dengan adanya perbedaan itu bisa menjadi satu yang tercermin dalam Bhineka Tunggal Ika.

Ada suatu pembelajaran dalam diskusi itu, dengan adanya Kebebasan berpendapat dan perbedaan suku bangsa yang menjadi satu adalah satu bentuk kebesaran suatu negara yang menghormati hak dan kewajiban warga negaranya . (Yan-Jatim)