Aura mistis merayap di ruang gelap Sam’s Studio, Jl. Soekarno Hatta No. 166, Bojongsari, Indramayu. Sorotan lampu mulai meredup, tirai waktu seolah terbuka, dan tepat pukul 16.00 WIB, layar lebar menyala menandai penayangan perdana film horor lokal “Dendam dalam Dosa.” Riuh tepuk tangan mengiringi gala premiere yang bertepatan dengan perayaan Hari Film Nasional, menjadikannya momentum emosional bagi sineas daerah.
Film garapan sutradara Firman Nurjaya ini tak sekadar menghadirkan teror visual, melainkan mengusung nilai-nilai kultural dan spiritual dari tanah Sunda. Diproduksi oleh Motion Brother Studio, seluruh proses pengambilan gambar dilakukan di Majalengka, menjadikan latar film sebagai bagian tak terpisahkan dari narasi. Perilisan film ini sempat tertunda akibat pandemi, namun kini hadir sebagai bukti nyata bangkitnya perfilman lokal pascapandemi.
“Dendam dalam Dosa” berkisah tentang Sofie, perempuan keturunan Indo-Belanda yang dipaksa menikah dengan bangsawan Sunda, Raden Sasmita. Kematian misteriusnya memicu kebangkitan arwah yang haus akan keadilan. Namun film ini bukan sekadar menebar rasa takut, melainkan mengajak penonton merenungi tema besar tentang karma, keadilan, dan spiritualitas.
“Ini bukan horor biasa. Kami menghadirkan sebuah psikodrama dengan elemen mistik seperti kehilangan ‘Lionteen’ dalam jiwa manusia dan mantra kuno ‘Qul Hu Sung Sang’ sebagai simbol pencarian makna hidup,” ujar Budi Sumarno, Line Produser film tersebut. Ia menambahkan bahwa film ini layak menjadi bahan kajian akademik karena lapisan maknanya yang mendalam.
Deretan aktor dan aktris seperti Defwita Zumara, Vicky Joe, Dolly Martin, Erwin ST Bagindo, Lela Angraini, dan Ferdian Ariyadi memperkuat jalannya cerita. Sementara komposisi musik yang ditinggalkan oleh mendiang Areng Widodo memberikan dimensi emosional yang tajam—menjadikan film ini bukan sekadar tontonan, tapi juga pengalaman rasa.
Mulai 10 April 2025, film ini akan tayang serentak di jaringan Sam’s Studio di Jawa Barat, Tengah, dan Timur. Dengan itu, film ini diharapkan menjadi tonggak kebangkitan film daerah menuju panggung nasional.
Meski perayaan Hari Film Nasional tahun ini bergeser dari tanggal aslinya, yakni 30 Maret, karena bertepatan dengan malam takbiran, semangat tak luntur. Justru perayaan kali ini terasa lebih spesial karena menjadi panggung kehormatan bagi karya lokal untuk bersinar.
“Indramayu punya potensi besar untuk jadi tuan rumah perayaan film nasional. Tahun ini jadi awal. Tahun depan, kami siap lebih besar lagi,” kata panitia lokal dengan semangat.
Dendam dalam Dosa bukan hanya film, tapi cerminan gairah baru dalam dunia sinema Indonesia dari pinggiran yang kini tak lagi ingin berada di belakang.
Sumber Foto: Istimewa
Baca Juga:
- Model Muda Indonesia Britney Davanya Manese: Semangat Kartini Harus Terus Menginspirasi Generasi Muda untuk Terus Belajar dan Berkarya
- Lebih Dari 20 Tahun, 3 Perempuan Petani Perjuangkan Hak Tanah
- CoComelon Sing A-Long Live Hadir di Indonesia
- Peluncuran OREO SPACE DUNK, Biskuit Favorit Indonesia
- FURE: Kreasi Mahasiswa Surabaya yang Ubah Tutup Botol Plastik Jadi Furnitur Estetik dan Bernilai Ekonomi