Setelah sempat menghilang selama empat tahun brand nasi goreng jancuk kembali hadir untuk manjakan penggemar makanan pedas di Surabaya. Nasi goreng jancuk dengan sajian pedas hingga membuat konsumen ingin berkata kasar jancuk (bahasa Suroboyoan-red) yang dalam bahasa Indonesia marah-marah dengan mengatakan kalimat yang berarti umpatan.

Nasi goreng yang pertama kali perkenalkan pada tahun 2009 ini, kini hadir di PrimeBiz Hotel Surabaya dengan tetap mempertahankan cita rasa pedasnya cabe tradisi nasi goreng Indonesia.

“PrimeBiz hotel menghadirkan kembali nasi goreng jancuk untuk mengobati rasa rindu para penggila makanan pedas yang dahulu pernah diidolakan”, kata Yusak Anshori, General Manager PrimeBiz Hotel saat launching Nasi Goreng Jancuk Reborn di Hotel PrimeBiz Surabaya, Jumat (14/02).

Nasi goreng jancuk pertama kali diperkenalkan oleh Surabaya Hotel pada tahun 2009. Pada saat itu, nama nasi goreng jancuk cukup menarik minat pencinta makanan pedas. Nasi goreng ini semakin dikenal setelah adanya lomba Mangan Cuk (makan cuk-bahasa Indonesia-red) yang berarti ajakan untuk makan pada teman maupun sahabat dengan makan nasi goreng pedas dalam waktu tertentu dan minum yang disediakan terbatas.

“Intinya ini adalah perpindahan nasi goreng jancuk yang dulu di Surabaya Plaza Hotel, kini pindah ke PrimeBiz Hotel, Resepnya sama dan chefnya juga sama, namun penyajiannya yang berbeda”, tutur Yusak.

Disisi lain, Chef Hendra Rosmana mengatakan, pada dasarnya bumbu yang dipergunakan dalam memasak nasi goreng jancuk sama dengan nasi goreng lainnya. Namun, proses memasaknya yang sedikit berbeda.

“Misalnya, jika dulu dalam proses memasaknya bawang putih dimasak terlebih dahulu, baru kemudian telor kita masak, sekarang telor terlebih dahulu kita masak kemudian baru bawang putihnya. Agar aroma dan rasa bawang putihnya masih tetap ada”, ucap Hendra.

Lebih lanjut Hendra menjelaskan, satu porsi nasi goreng jancuk disajikan untuk empat orang dalam level sedang menghabiskan cabe kecil hingga seperempat kilo gram. Jika yang Top level, bisa mencapai setengah kilo gram atau ratusan cabe kecil. Belum lagi pedas dari bumbu dasarnya yang telah dihaluskan terlebih dahulu.

Menurut Hendra, untuk menyiapkan bumbunya membutuhkan waktu sekitar empat jam terutama cabe kecil. Cabe yang dipakai juga tidak asal-asalan, artinya, cabenya dipilih cabe yang memiliki rasa pedas yang masih layak.

“Ada sedikit tambahan bumbu pada nasi goreng jancuk yang sekarang dari nasi goreng jancuk yang dahulu”, ujar Hendra.

Sementara itu, Petrus pencinta makanan pedas asal Surabaya mengomentari setelah menikmati nasi goreng jancuk, bagi dirinya hadirnya nasi goreng jancuk bisa mengobati rasa rindunya akan makanan kesukaannya.

“Bagi saya pedasnya masing kurang”, tuturnya.

Menurut pengamatan Kabari, banyak pengunjung yang kepedasan dan berkeringat setelah memakan nasi goreng jancuk. Namun bagi Petrus itu masih kurang pedas.

Siapa berani mencoba?