KabariNews – Sekilas melihat, tak ada yang istimewa dengan minuman ini. Air panas dicampur susu kental manis, perasan jahe lantas ada tape ketan hitam di bawahnya. Namun ketika mulai mengaduk dan mencicipi rasanya, orang akan bereaksi. Ada yang kaget, mengeryit ada yang senyum-senyum tapi tak jarang banyak yang menyukainya. Bahkan bagi orang yang tak menyukai susu. Kebanyakan orang suka akan sensasi minuman ini. Manis, asam, hangat dan mantap.

Ya, namanya Wedang Cor. Wedang dalam bahasa Jawa artinya minuman hangat. Kata cor mengarah pada adukan semen dan batu untuk bahan bangunan. Lantas kenapa dinamakan wedang cor? Nama itu sebetulnya berasal dari para pembeli yang bercanda. Menurut mereka karena bahannya dicampur dan diaduk jadi satu seperti orang mengecor.

Ibu As, pemilik tempat ini mulanya hanya berjualan minuman panas seperti kopi, teh, air jahe dan kopi susu. Ada juga gorengan sederhana seperti tempe goreng dan tahu goreng. Lantas pada tahun 90-an, mencoba berkreasi minuman ini. Dia coba mencampur air panas, susu kental manis dengan perasan jahe. Rasanya manis dan hangat. Lantas ibu As yang sekarang dipanggil Mbah As ini mencoba mencampurkan campuran tadi dengan tape ketan hitam. Rasanya akhirnya? Manis, asam, hangat dan mantap. Rasa eneg dari susu dinetralisir dengan rasa asam dari tape ketan hitam.

Panasnya wedang cor sangat memanjakan badan dikala dingin. Menikmati wedang cor paling cocok sambil makan gorengan seperti tempe, tahu petis, pisang goreng yang disajikan dalam keadaan panas dan sampai saat ini masih dijual oleh mbah As di warung “ngecor” ini. Hasil penjualan mbah As sangat lumayan. Terlihat dari kebutuhan akan susu kental manis setiap malamnya yaitu sekitar 30 kaleng. Bisa dibayangkan berapa pendapatan warung sederhana ini.

Wedang Cor hanya dapat ditemukan di Jember, kota kecil sebelah timur Surabaya. Jember adalah kota yang selama ini hidup dari perkebunan dan pertanian dan akhir-akhir ini mencuat namanya karena selama 10 tahun berhasil menyelenggarakan Jember Fashion Festival (JFC).

Warung mbah As, sangat sederhana. Menggunakan gedek (anyaman dari bambu). Terdapat satu buah meja dan dua kursi panjang yang terbuat dari kayu. Disebelah kanan ada dua buah kompor untuk merebus air panas dan menggoreng pisang, tempe dan tahu. Meski dilengkapi dengan lampu listrik, warung itu tetap sama seperti dulu, ketika pertama kali berdiri. Harga wedang corpun sangat ramah di kantong, satu gelas hanya dihargai Rp 3.000. Aneka gorengannya hanya seharga Rp 700 saja.

Pembeli warung ngecor kebanyakan adalah mahasiswa. Beberapa pengusaha, pegawai dan pejabat juga ke sana karena ingin bernostalgia saat mereka masih mahasiswa. Mereka datang mulai sekitar pukul 20.00 dan warung tutup sampai pukul 01.00 dinihari. Pengunjung harus rela lesehan di alas yang digelar sepanjang jalan. Yang mengherankan adalah warga sekitar tak terganggu dengan keberadaan warung yang disukai anak-anak muda itu. Bahkan merelakan bagian trotoar rumahnya untuk menggelar tikar.

Letaknya di sebuah gang sempit di sebelah kantor Perhutani Jember. Meski sangat sederhana, suasananya asyik sekali buat kongkow-kongkow. Jauh dari kebisingan kota, sehingga tempat ini bisa sebagai pelarian orang-orang yang bosan dengan ruwetnya kehidupan kota. Acara diskusi mahasiswa dan organisasi sering berlangsung di warung ini. Bahkan karena sangat disukai oleh anak-anak muda, nama wedang cor dipakai oleh sebuah stasiun TV Surabaya sebagai sebuah acara : Wedang Cor. Sebuah acara Talkshow sambil ngomong-ngomong dan minum wedang cor.

Jadi, bila ada kesempatan ke kota Jember dan ada yang mengajak Anda dengan kata-kata “Ngecor yuk!” Jangan membayangkan semen atau goyangan pinggul penyanyi dangdut. Ajakan itu untuk menikmati sensasi minuman
hangat asam manis yang jarang Anda dapatkan dari minuman lain. (Indah)