KabariNews – Yang namanya jajanan, seperti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti jenis makanan selingan yang biasanya dijajakan pedagang keliling atau warung, memang selalu menarik disimak. Makanan jajanan atau disingkat jajanan saja, sejak dulu telah menghias dunia kuliner Indonesia. Baik sebagai panganan selingan saat menyantap menu utama maupun sebagai panganan jajan semata.

Jumlah dan ragamnya banyak sekali. Mulai dari Kerak Telor, Siomay, Batagor, Bakso, beragam jenis es, Kembang Tahu, Toge Goreng, Martabak, hingga jenis kue baik kering atau basah. Nah bagi Anda yang mengalami masa kecil era 80-an, tentu sepakat pada era itu jajanan keliling lagi marak-maraknya. Beberapa diantaranya masih bisa ditemui seperti Es Cincau atau Siomay.

Kecuali pedagang Martabak yang mangkal, biasanya pedagang Es Cendol, Es Cincau, Kerak Telor, Siomay, atau Batagor, berkeliling membawa gerobak atau pikulan. Mereka keliling dari satu kampung ke kampung. Uniknya, mereka punya ciri bunyi-bunyian atau suara tertentu untuk menandakan kehadiran mereka.

Jika bunyinya ‘ting-ting’ dari suara piring diketuk sendok, itu bunyi tukang siomay. Kalau ‘tung-tung’ dari suara kentongan dipukul, berarti tukang bakso. Atau jika bunyinya ‘klining-klining’ dari klenengan yang biasa dikalungkan di seekor sapi, berarti tukang es.

Jaman kita kecil dulu, bunyi-bunyi itu khas sekali. Kalau kedengaran kita meski masih jauh, langsung deh merengek minta dibeliin.

Nah dari beberapa jenis jajanan yang kita kenal dulu, ada beberapa yang sekarang susah ditemui di Jakarta kecuali dipinggiran kota terutama jajanan es. Seperti Es Puter, Es Podeng, dan Es Goyang. Jajanan-jajanan itu pasti membuat Anda kangen suasana Jakarta tempo dulu, saat kita masih imut-imut dan lagi doyan-doyannya jajan.  Untuk itu mari kita bernostalgia.

Es Puter

Pedagangnya biasa memaki topi atau kupluk, berkalung handuk lusuh, memakai kaus oblong dan bersandal jepit. Soal topi atau kupluk, biasanya hampir semua pedagang es keliling menggunakannnya. Karena mereka umumnya berjualan saat musim panas. Kalau musim hujan, tentu enggak laku. Gerobaknya beroda dua dan ditengahnya ada tempat sejenis kuali yang tinggi untuk menampung es dan tutupnya berada di luar. Dinamakan es puter karena proses pembuatannya dilakukan dengan cara diputar. Bahan-bahan utama seperti es batu serut, santan, gula, dan rasa buah tertentu dicampur di dalam wadah kuali tinggi. Kuali itu dimasukan ke dalam gerobak yang ditengahnya berongga. Tapi sebelumnya, di rongga tersebut ditaruh pecahan es batu dicampur garam. Setelah itu kuali diputar-putar hinga bahan didalam kuali tercampur menjadi satu dan menjadi lembut. Jadi deh es puter! Dulu harganya masih dapat seratus perak.

Es Podeng

Tampilan pedagang es Podeng tak jauh beda sama pedagang es lainnya. Es podeng adalah sejenis es campur dengan bahan-bahan yakni es puter/es krim, alpukat, pacar cina, tape ketan, kelapa muda, mesis, potongan roti dan susu kental. Tukang es Podeng keliling biasanya menyajikannya dengan gelas berleher tinggi. Semua bahan-bahan dicampur menjadi satu dengan urutan, es krim, diberi tape ketan, potongan alpukat, kelapa muda, kemudian ditaburi pacar cina, mesis, potongan roti tawar berbentuk dadu lalu di siram susu kental cokelat atau putih.  Sekarang susah mencari tukang es podeng keliling. Es podeng sekarang umumnya di jual di warung-warung makan atau restoran.  Harga es podeng lumayan mahal untuk ukuran anak-anak ketika itu, antara tiga ratus sampai lima ratus rupiah. Tapi rasanya komplit dan mantap.

Es Goyang

Ini juga tak kalah unik, namanya Es Goyang karena bikinnnya memang digoyang. Bentuk gerobaknya lebih pendek, beroda dua, dan ditengah gerobak dipenuhi lubang-lubang berbentuk persegi panjang kecil-kecil yang berbaris rapi. Lubang-lubang itu sesuai ukuran cetakan es yang terbuat dari almunium berbentuk kotak pipih dengan panjang sekitar 10 cm. Cara buatnya, cetakan-cetakan es yang ditaruh di lubang-lubang itu dituang secentong cairan yang terbuat dari santan, gula, susu dan rasa buah tertentu.  Lalu ditengahnya diberi lidi atau kayu batangan. Setelah itu gerobak digoyang-goyang. Dalam tempo dua menit, cairan dalam cetakan itu membeku dan jadi es krim.  Kok bisa? Bisa, karena di bawah lubang-lubang cetakan itu ada pecahan es batu dan garam. Jadi ketika gerobak digoyang-goyang, terjadilah proses pembekuan yang dipicu oleh es batu dan garam.  Setelah ‘matang’ atau beku, cetakan diangkat dan dicelupkan ke air agar es krim tak nempel pada cetakan. Beberapa saat kemudian es krim bisa ditarik dengan cara memegang lidi atau kayu batangannya sebagai pegangan. Belum berhenti disitu, es lalu dicelup lagi ke dalam cairan cokelat. Cairan ini langsung mengering dan  melapisi es krim.  Harganya? Dulu seratus perak! Yang asyik dan sering dilakukan anak-anak adalah melihat saat es sedang dibuat, tak jarang mereka ikutan menggoyang-goyang gerobak. Dasar anak-anak.