Membangun sebuah usaha diperlukan keuletan dan keterampilan. Jika ingin sukses jangan pernah menyerah, itulah salah satu kiat dari seorang pengusaha yang berhasil membangun bisnisnya.

Masih muda, 26 tahun, namanya Nadiem Makarim. Siapa dia? Namanya terkenal sejalan dengan bisnis ojek yang digelutinya. Pria jebolan Harvard Business School tahun 2008 ini mendirikan usaha ojek untuk membantu masyarakat mengatasi kemacetan Jakarta. Berbeda dengan ojek yang ada sebelumnya. Ojek ala Makarim tidak mangkal di suatu lokasi, tapi menerima panggilan melalui pesanan telepon, e-mail, chat dan juga Blackberry Messenger. Bahkan tidak hanya melayani penumpang, bisnis yang diberi nama “Go Jek Indonesia” ini juga melayani kirim dan jeput barang.

Binis ojek moderen ini digagas oleh Makarim dan dua rekannya. Ketika itu dirinya masih bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan konsultan di Jakarta. Karena sering menggunakan jasa ojek untuk menghindari kemacetan Jakarta, Makarim mulai merancang bisnis transportasi itu.

“Walaupun punya mobil saya lebih suka naik ojek untuk memburu waktu” katanya.

Ada hal lain yang membuat ia tertarik, tak sekedar membantu para pengguna jasa ojek saja, tapi Makarim juga ingin memberdayakan tukang ojek agar lebih produktif. Karena sering ngobrol dengan para pengojek langganannya, Makariem baru tahu bahwa satu tukang ojek hanya lima kali mengangkut penumpang dalam sehari. “Artinya, sepanjang hari tukang ojek mangkal hanya menghabiskan waktu untuk menunggu saja,” ujarnya.

Ini adalah peluang binis dan sekaligus bisa untuk membantu para tukang ojek. Ia bersama rekannya mencoba membangun perusahaan yang melayani jasa transportasi profesional yang didukung oleh teknologi call center. Tugasnya adalah memfasilitasi para pengojek yang berdinas di berbagai titik lokasi seperti Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Pusat. “Untuk membantu para pengojek agar dapat menambah penghasilan, para pengojek bebas mengambil penumpang di luar dari Go Jek,” kata Makarim.

Dalam rangka memperluas jaringan ojek, Makarim merekrut tukang ojek berpengalaman untuk menjadi mitra dan menyediakan sarananya. Go Jek awalnya hanya punya puluhan pengojek, tapi kini ada 200 pengojek yang tersebar di 85 titik wilayah Jakarta.

“Pelanggan bertambah, sudah mencapai 2000 orang. Perkembangannya cukup pesat, karena memang pada dasarnya sudah menjadi kebutuhan. Go Jek berencana akan merambah hingga ke kota lainnya seperti Bogor dan Bekasi”, paparnya.

Makarim setelah memperoleh gelar MBA dari Harvard Business School, ia memutuskan untuk kembali ke Tanah Air. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini tidak pernah menyangka bisa mengembangkan bisnis transportasi. “Saya belum pernah berbisnis sebelumnya. Bahkan sejak kecil pun tidak tertarik dengan bisnis. Hanya, saya senang jika bisa membuat orang-orang di sekeliling saya berkembang dan kebetulan melihat potensi itu pada tukang ojek. Go Jek adalah bisnis pertama dan sekarang saya benar-benar fokus untuk mengembangkan Go Jek Indonesia”, jelasnya.

Lebih praktis dan cepat

Jakarta yang lalu-lintasnya macet, memberikan keuntungan bagi para pengojek termasuk Go Jek Indonsia. Tidak jarang orang memanfaatkan jasa ojek untuk memburu waktu kalau jalan mulai padat. Bagi yang ingin naik ojek, cukup menelepon call center Go Jek dan ojek pun akan segera datang. Hampir mirip taksi, cara perhitungannya menggunakan argo (per kilometer). “Selain tidak ada tawar menawar, kami juga memperhatikan kenyamanan. Setiap tukang ojek diseleksi dengan standar perusahaan. Go Jek Indonesia bersih, karena jaket dan helmnya selalu
dibersihkan, jadi bisa dibilang karyawan Go Jek semuanya wangi,” ujar Makarim berkelakar.(Pipit)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?37409

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :