Pada tahun 90-an keluarga
pasangan Om Kesoema dan Tante Lientje tak ubahnya seperti keluarga
Amerika yang lain. Pasangan Makassar dan Manado ini sudah punya rumah
di pinggiran kota Portland, Oregon. Harganya cuma 150.000-an dollar.
Dari rumahnya yang merangkap tempat usaha “foster home” dapat terlihat
pemandangan indah dan eksotis Mount Hood, sebuah gunung dengan salju
abadi di Oregon. Keempat anaknya mengenyam pendidikan Amerika. Semuanya
indah dan tampak normal-normal saja. Sepertinya impian Amerika sudah
meraka raih.

Om Kesoema tiba di Los Angeles tahun 1990, sebulan kemudian istri dan dua anaknya menyusul dari Jakarta. Pekerja keras ini survive dengan menjadi loper koran Jepang, Yomiuri Shimbun,
di daerah Pasadena, Los Angeles dengan gaji $ 1200. “Jangan salah, saya
bayar pajak. Terus terang saja zaman itu kartu SS saya bisa dipakai
kerja apa saja. Gak ada embel-embel not valid for employment,” katanya.

Baru
di tahun 1993, Oom Kesoema pindah ke Oregon memulai usaha baru,
menjalankan panti wreda rumahan 6 kamar. Betah tinggal di Amerika
Serikat, keluarga ini dikarunia dua buah hati. Satu perempuan dan satu
lelaki. Lahir tahun 1993 dan 1996. Jelas sudah keduanya adalan US Citizen. Rasanya lengkap sudah kebahagian keluarga ini.

Di
Oregon Om Kesoema aktif berolahraga badminton dengan sesama orang
Indonesia di sana. Bahkan, bersama pasangan gandanya, Leslie, dia
sampai 15 kali menjuarai Kejuaraan Bulungtangkis Terbuka seluruh
Oregon. “Wah, pokoknya Indonesia punya nama besar di perbulutangkisan
Oregon lah. Bule-bule kalah semua, ” ujarnya tertawa mengenang
masa-masa indah.

Buat Om Kesoema, saat-saat yang paling
mengesankan adalah waktu ngumpul-ngumpul dengan sesama orang sebangsa,
sebahasa dan setanah air. “Terus terang saja, istri saja memang doyan
masak. Rawon, apalagi lempernya tuh dikangenin orang-orang Oregon tuh,
” tambahnya.

Lalu kejadian 11 September 2001 terjadilah!
Semua lelaki dewasa asal Indonesia harus melakukan registrasi ulang.
“Saya kuatir sekali dan baru melapor awal tahun 2003 dan memilih
mendaftar di LA karena ada KJRI dan teman-teman yang mungkin bisa back-up,” katanya.

Seperti petir di siang hari bolong, Om Kesoema harus memilih antara Voluntary Departure (pulang sukarela) atau Court (sidang imigrasi).

Awalnya Om Kesoema memilih maju sidang dan habiskan ribuan dollar untuk lawyer yang mewakili keluarganya. Klaimnya untuk tinggal di AS adalah suaka dan hardship (karena anaknya yang sudah terbiasa dengan Amerika).

Sekitar tiga tahun keluarga ini berjuang di pengadilan imigrasi dan kalah di Court. “Mungkin lawyer-nya kurang lincah juga. Disaat bersamaan Maminya Lientje juga sakit-sakitan di Jakarta, ” kenangnya.

Akhirnya
keluarga ini harus membuat keputusan. Terpaksa ia melepaskan dua anak
pertamanya tinggal di AS sendiri dan memboyong dua anak lainnya yang
sudah citizen pulang ke Indonesia di awal tahun 2006. Pulang
sukarela! “Bayangkan saja, saya kudu pulang setelah 16 tahun di AS,
“ujarnya seperti menahan sedih.

“Tentu perasaan saya
campur aduk waktu pulang. Sedih karena berpisah dengan anak dan senang
karena dekat dengan keluarga besar di Indonesia, ” katanya. Buat Om
Kesoema dan Tante Lientje, yang paling menyiksa adalah culture schock
buat Melisa dan Andrew yang kelahiran Amerika. Sekarang mereka sekolah
berkurikulum Amerika di Morning School Academy. “Sampai dua tahun
mereka masih lupa-lupa ingat nama Presiden Indonesia, apalagi hafal
Pancasila dan Indonesia Raya. Inggrisan melulu, ” ungkapnya.

“Meski
ada sesal, Puji Tuhan kita sudah bisa menerima sekarang. Saya kira ini
kehendak Tuhan. Karena tidak lama setelah kita datang, ibu mertua saya
di panggil Tuhan, ” katanya lagi.

Tidak lama lagi Melisa
dan Andrew menginjak 21 tahun. Suatu saat, kalau mau, Om Kesoema dan
Tante Lientje bisa disponsori untuk kembali tinggal di Amerika
Serikat.Hukum Imigrasi AS melarang individu yang kena deportasi untuk
masuk ke AS dalam 10 tahun.

Hidup di AS atau Indonesia itu sebenarnya hanyalah pilihan !(peter)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31567

Mohon Memberi Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Jason_LawOffice

Butuh Lawyer : Kecelakaan?, Imigrasi?, Litigasi/Non Litigasi?

Klik www.liegal.com             Email : Jason@liegal.com

Telp. 213 422 9182 ( Konsultasi Cuma-cuma )