Operasi pemisahan kembar siam dengan satu penis asal Jombang, Rochman-Rochim berlangsung lebih cepat 10 jam dari perkiraan semula yakni 28 jam. Akirnya dokter memutuskan alat kelamin diberikan kepada Rochim. Ini adalah kasus ketiga di dunia. Pertama adalah bayi Inggris yang dioperasi oleh Prof Lewis Spitz. Dia memberikan penis kepada salah satu bayi. Kasus kedua adalah bayi asal Sudan yang menjalani pemisahan di RS Abu Dhabi. Penis mereka dibagi dua.

Jika dilihat dari struktur anatomi tubuh dan pembuluh darah, satu-satunya penis yang ada merupakan milik Rochim. Kondisi tidak normal ini dikhawatirkan akan membebani perkembangan jiwa Rochman. ”Mereka akan didampingi oleh psikiater, terutama Rochman. Perkembangan psikologisnya akan kita pantau sampai dewasa,” ujar Ketua Tim Dokter Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPST) RSU dr Soetomo Surabaya, dr. Agus Harianto SpA (K) seperti dikutip oleh Antara.

Pada fase tertentu, psikiater akan mendidik Rochman tentang cara membuang air kecil maupun air besar. Hal ini penting dilakukan karena Rochman tidak memiliki penis dan anus selayaknya manusia normal. Selain itu, kelainan tersebut juga dikhawatirkan akan membuat Rochman minder dan tertekan.

Sementara itu, ahli bedah plastik, Prof Dr dr David Sontani Perdanakusuma SpBP(K) mengatakan, saluran kencing Rochman tidak utuh karena tidak adanya penis. Meski demikian, Rochman dapat buang air kecil melalui saluran yang ada saat ini. ”Struktur anatominya lebih lengkap Rochim,” ujarnya.

David mengatakan, saat Rochman dewasa nanti pihaknya siap membuatkan penis buatan. Penis buatan itu dapat dibuat dari suatu material yang bisa mengembang dan mengempis. Namun tidak seperti penis normal, penis buatan ini memang tidak sesempurna penis alami. Penis buatan ini hanya berfungsi seksual semata. ”Bukan untuk fungsi reproduksi,” tandasnya.

Ahli Bedah Anak dr Poerwadi SpB SpBA mengatakan, operasi pemisahan tidak mengancam keselamatan jiwa Rochman maupun Rochim. Hanya saja, memang akan mengalami kecacatan. ”Fungsi pernapasan, detak jantung, ginjal dan lain-lainnya, normal. Hanya bagian pinggul ke bawah yakni penis dan anusnya saja yang tidak normal,” terangnya.

Menurut dia,kemungkinan besar, saluran pembuangan kotoran (kolostomi) hasil operasi terdahulu akan dilepaskan dari Rochim. Pasalnya fungsi anus dan rectum Rochim masih dapat berjalan normal. Sedangkan saluran kolostomi pada Rochman sepertinya akan permanen. ”Saluran kolostomi selama ini dipergunakan untuk pembuangan feses,” katanya.

Beberapa pertimbangan dokter tentang pemberian penis kepada Rochim.

Saat operasi, tim dokter memutuskan memberikan penis kepada Rochim. Pertimbangannya, aliran darah ke penis lebih dominan Rochim. Selain itu, saluran kencing Rochim normal. Lain halnya dengan Rochman yang saluran kencingnya ternyata menempel ke saluran kencing saudara kembarnya.

“Jadi, memang sudah jadi haknya Rochim. Itu yang kami lakukan,” kata dr Tarmono SpU, spesialis bedah urologi, yang juga operator operasi pemisahan kembar siam asal Jombang tersebut. Bukan hanya itu. Usus, anus beserta otot spincter-nya akhirnya juga diberikan kepada Rochim. Otot spincter berfungsi menahan dan mengejan ketika buang air besar (BAB). Sebab, bagian usus, anus beserta otot spincter mengumpul di bagian Rochim.

“Dengan begitu, Rochman tak punya otot spincter meski punya rectum,” terang dr Poerwadi SpB SpBA, anggota tim dokter. Dengan kenyataan itu, selanjutnya tim dokter memikirkan ”masa depan” Rochman. Ada beberapa skenario tindakan yang dilakukan tim dokter terhadap Rochman. Pertama, mengevaluasi anusnya. Dokter IGB Adria SpBA mengatakan, akan dilakukan stimulasi agar otot-otot yang ada di dekat anus bisa bekerja dengan baik ketika BAB.

Selanjutnya memasukkan alat dan cairan ke dalam anus. Usaha ini terus dipantau, apakah Rochman bisa BAB secara normal atau tidak. “Jika tidak bisa, kami bisa melakukan rekayasa,” ucap Adria yang juga anggota tim dokter. Caranya, dengan mengambil otot dari paha, kemudian dilingkarkan ke anus. Otot paha itulah yang berfungsi sebagai otot spincter. “Tindakan tersebut baru dilakukan setahun mendatang,” papar spesialis bedah anak tersebut.

Kalau cara itu tak juga berhasil, dilakukan tindakan kolostomi (membuat lubang di perut untuk mengeluarkan feses) permanen.Tindakan selanjutnya adalah membuat lubang permanen (stoma) di perut untuk mengeluarkan urine. Itu karena saluran kencing Rochman pendek. Kondisi ini tak memungkinkan Rochman untuk buang air kecil lewat jalur bawah. Tindakan tersebut dilakukan setelah luka bekas operasinya kering dan menutup dengan baik.

Saat ini, baik Rochman maupun Rochim buang air kecil lewat cystostomi atau lubang sementara yang dibuat tim dokter pada saat operasi untuk mengalirkan urine. Di lubang tersebut terdapat slang yang langsung menuju kandung kemih. “Bedanya, Rochim bisa kencing lewat penisnya. Jadi, ada jalur kencing Rochim. Sementara, jalur buang air kencing Rochman hanya satu,” ucap dr Tarmono SpU, spesialis bedah urologi.

Membeli Celana

Perasaan bahagia terpancar dari wajah pasangan orang tua Rochman-Rochim. Untuk kali pertama, mereka bisa melihat dua buah hatinya itu terpisah. Sebelumnya, selama 19 bulan mereka selalu menyaksikan mereka dempet di bagian pantat.

“Alhamdulillah. Operasinya berjalan lancar. Semoga proses penyembuhannya juga cepat,” kata Anis, ayah si Kembar, sesaat setelah ditanya perasaannya. Istrinya, Supinah, juga merasakan hal yang tak jauh beda. Bahkan, ibu lima anak itu sudah bisa tersenyum lebar ketika diberi ucapan selamat. “Alhamdulillah, agak lega,” jawabnya, ketika ditanya tentang perasaannya.

Mereka tergolong kuat dan tabah. Sebab, suami istri asal Jombang tetap terus memantau pelaksanaan operasi buah hatinya hingga berakhir. Meski mereka berdua dalam kondisi mengantuk berat, namun tak beranjak dari tempat duduknya, kecuali untuk keperluan salat dan ke kamar mandi. “Tidak tega kalau mau meninggalkan,” kata Anis.

Terpisahnya Rochman-Rochim akan membawa konsekuensi tersendiri bagi Anis. Jika sebelumnya dia tidak pernah membelikan celana kedua buah hatinya itu, itu harus dia lakukan saat Rochman-Rochim pulih. Selama ini, karena dempet di pantat, Rochman-Rochim hanya menggunakan deker untuk menutupi kaki hingga pahanya.

Apakah Anis sudah memiliki rencana untuk membelikan celana Rochman-Rochim. Pria berusia 44 tahun itu ternyata menyatakan belum tersirat dibenaknya untuk membelikan celana mereka. Sekian lama tidak pernah membelikan celana Rochman-Rochim sepertinya membuat Anis tidak berpikir sejauh itu. Padahal, orang kebanyakan, sang anak belum lahir pun, mereka sudah membelikan pakaian untuk beberapa ukuran usia.

“Belum terbayangkan kalau sejauh itu. Yang penting mereka berdua selamat dulu. Dan bisa melewati masa-masa kritisnya dengan baik,” kata Anis. Yang sudah ada dalam benak Anis saat ini adalah tasyakuran. Tapi, itu baru akan dilakukan setelah mereka diperbolehkan pulang ke Jombang. Anis mengaku akan belajar banyak hal untuk merawat buah hatinya sekeluarnya dari ICU. Terutama, merawat luka bekas operasi.

Untuk share atrikel ini klik www.KabariNews.com/?36593

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :