Oleh Dr. Taruna Ikrar
University of California, School of Medicine, Irvine, USA)

Setiap orang dalam hidupnya, pernah lupa akan sesuatu, apalagi jika
kejadiannya telah berlangsung lama. Semua orang juga pernah merasakan
emosi dan marah, yang mungkin disebabkan harapan tidak kesampaian.

Itu merupakan sifat dasar manusia. Namun kalau terlalu sering lupa,
misalnya lupa meletakkan kunci mobil, lupa nomor telepon, lupa
mencampurkan gula dalam minuman, atau bahkan disorientasi waktu,.
Misalnya keliru dengan keadaan sekitar rumah, tidak mengenali anggota
keluarga terdekat.

Atau terlalu sering mengalami perubahan mood dan perilaku,
seperti menjadi agresif, cepat marah, dan kehilangan minat untuk
berinteraksi atau dengan hobi yang pernah diminatinya, bahkan menjerit,
terpekik yang tidak terkontrol.

Tentu keadaan demikian merupakan hal yang tidak normal, bahkan ini
merupakan tanda khas penyakit alzheimer. (Gambar 1: Penampakan klinik
pasien penderita Alzheimer)

Berbeda dengan penyakit parkinson yang disertai dengan gangguan
psikomotorik. Alzheimer didasarkan pada penurunan kemampuan mengingat
yang progresif. Serangan penyakit Alzheimer ditandai dengan kehilangan
daya pikir secara bertahap dan akhirnya dapat menjadi cacat mental
total.

Gejala awal Alzheimer adalah mudah lupa pada hal-hal yang sering
dilakukan dan hal-hal baru. Penderita juga mengalami disorientasi waktu
dan mengalami kesulitan berpikir yang kompleks seperti matematika atau
aktivitas organisasi.

Alzheimer berat ditandai dengan kehilangan daya ingat yang progresif
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, disorientasi tempat, orang dan
waktu, serta mengalami masalah dalam perawatan diri, seperti lupa
mengganti pakaian.

Penderita penyakit itu biasanya juga mengalami perubahan tingkah laku
seperti depresi, paranoia, atau agresif. Orang yang memiliki riwayat
keluarga Alzheimer berisiko mengalaminya dan risiko tersebut makin
meningkat apabila kedua orang tua mengidap Alzheimer.

Penyebab Alzheimer

Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis
kumpulan gejala dengan gambaran sel-sel otak mengalami degradasi,
sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Risiko Alzheimer meningkat
seiring dengan pertambahan usia.

Dalam gambaran otak, ditemukan perubahan struktur di mana otak
terlihat mengerut, yang dipenuhi dengan sedimen protein yang disebut
amiloid dan serat-serat neuro fibrillary.

Berdasarkan gejala, ditemukan fakta bahwa Alzheimer disebabkan oleh
kerusakan vascular, peradangan otak, aterosklerosis, penurunan atau
hipoperfusi otak akibat stroke. (Gambar 2: Perbandingan otak normal
[kiri] dan Alzheimer [kanan] dengan menggunakan MRI).

Secara umum penyakit ini ditandai dengan perubahan-perubahan yang
bersifat degeneratif pada sejumlah sistem saraf, termasuk perubahan
fungsi pada sistem saraf yang disebut neurotransmiter.

Demikian pula terjadi perubahan degeneratif yang terjadi pada
beberapa bagian otak seperti lobus temporal dan lobus parietal, dan
beberapa bagian di dalam korteks yang disusul dengan kematian sel-sel
saraf dan sinapsisnya.

Dengan demikian, penyakit hipertensi, Diabetes Mellitus (Kencing
Manis), tingkat kolesterol yang tinggi, dan faktor keturunan merupakan
faktor-faktor yang mempertinggi risiko seseorang menderita penyakit
Alzheimer.

Pengobatan dan Pencegahan

Pengobatan penyakit Alzheimer dapat dilakukan dengan mengubah pola hidup,
serta diperkuat oleh beberapa obat-obatan kimia, seperti; Donepezil
(obat yang diminum secara oral untuk mengobati penyakit Alzheimer taraf
rendah hingga medium), dan Rivastigmine (obat yang diminum secara oral
untuk mengobati penyakit Alzheimer taraf medium hingga berat).

Selanjutnya, karena Alzheimer merupakan penyakit degeratif, sehingga
pengobatannya membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga hal yang terbaik
dilakukan adalah pencegahan sebelum penyakit ini menimpa diri seseorang.

Adapun beberapa tips yang diberikan oleh para ahli adalah: mengkonsumsi minyak ikan, berolahraga, suplemen vitamin B, dan interaksi
sosial yang baik, diyakini dapat mencegah penyakit degenerasi otak
tersebut.

Harapan Masa Depan

Dewasa ini pengobatan yang diberikan kepada penderita Alzheimer berupa
kombinasi obat kimia dan intervensi tindakan klinik yang dapat
memperbaiki gejala menjadi lebih baik. Namun kedua pengobatan tersebut
masih memiliki keterbatasan, karena tidak mampu menyembuhkan secara
total.

Olehnya para ahli senantiasa berusaha secara maksimal untuk menemukan
obat dan teknik pengobatan yang efektif. Beberapa ahli dari Jepang,
Tabira dan koleganya, telah menemukan bahwa: (Yokukansan dan
Juzentaihot) sejenis tumbuhan yang bisa bersifat muscarinic dan agonist
nicotinic acetylcholim berefek dapat memperbaiki gejala baik psikologi
atau keadaan umum penderita Alzheimer. Selanjutnya para ahli farmakolgi
sedang memodifikasi zat yang disebut immunotherapy, sehingga gangguan
Alzheimer berupa pikun dapat diperbaiki.

Demikian pula lagi dikembangkan neuroreplacement (penggantian sel-sel
saraf yang rusak), sehingga degenerasi sel-sel saraf dapat dicegah
bahkan diperbaiki. Teknik ini dimungkinkan, atas kemajuan teknik isolasi
dan pemeliharaan serta pengembangbiakan Neural Stem cells (NSCs). Yang
awalnya secara invitro di laboratorium kemudian dapat ditransplantasikan
kedalam otak manusia yang menderita penyakit Alzheimer. (Gambar 3:
Jenis Neural Stem Cell sebagai pengobatan masa depan).

Selain dengan teknik Herbal therapy, Immunotherapy, Neuroreplacment
Therapy dan stem cell, dimasa depan dibutuhkan kerjasama antara berbagai
bidang, mulai dari kedokteran dasar sampai kedokteran klinik dan
pengobatan regeneratif.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?35780

Untuk

melihat artikel Amerika / Kesehatan lainnya,
Klik

disini

Mohon
beri nilai dan komentar di
bawah artikel ini

____________________________________________________

Supported

by :