Sistem pendidikan Amerika memang cukup dikenal bermutu. Meski bukan yang terbaik di dunia, Amerika menjadi tujuan favorit warga Indonesia untuk menuntut ilmu.

Banyak upaya dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa Indonesia agar bisa sekolah di Amerika. Salah satunya melalui jalur beasiswa. Sejauh ini beasiswa yang dikelola langsung oleh pemerintah Amerika dan Indonesia secara bersamaan adalah beasiswa Fulbright.

Beasiswa Fulbright sudah ada sejak tahun 1952. ketika itu masih dikelola Kedutaan Besar Amerika. Kemudian dipegang oleh Aminef (American Indonesia Exchange Foundation) yang berdiri tahun 1992.

Aminef adalah yayasan pertukaran pendidikan dibawah naungan pemerintah Indonesia dan Amerika. Kegiatannya adalah mengelola beasiswa Fulbright. Dana beasiswa bersumber dari kedua negara dan pihak swasta seperti Sampoerna Foundation serta PT. Freeport.

Beasiswa Fulbright mengacu kepada kontribusi seorang senator asal Arkansas bernama J. William Fulbright. Usai perang dunia kedua Fulbright mengajukan program pertukaran pelajar kepada kongres. Ide Fulbright berangkat dari kegelisahan dia melihat situasi dunia pasca perang dunia kedua. Fulbright beranggapan jika setiap masyarakat dunia lebih mengenal satu sama lain, maka kemungkinan bekerjasama akan lebih terbuka daripada berperang dan saling membunuh. Program pertukaran pelajar pun dipilih dan disetujui kongres.

Sejak pendaftaran beasiswa ini dibuka Februari lalu, telah ribuan berkas yang masuk ke Aminef. Pendaftarannya sendiri akan ditutup 31 Mei 2009.

Menurut pihak Aminef, sampai saat ini tak kurang 2.000 warga Indonesia telah diberangkatkan ke Amerika dengan beasiswa Fulbright.

Penerima Fulbright atau biasa disebut fulbrihgters akan menerima block grant berupa biaya kuliah, biaya hidup, tiket pesawat pulang-pergi, biaya buku, serta mendapat asuransi kesehatan.

Cynthia, mahasiswa S1 Public Policy penerima Fulbright Grantee 2008, mengungkapkan kegembiraannya bisa belajar belajar di Amerika dengan funding dari Fulbright “Dapatnya susah. Makanya begitu disini saya berusaha belajar giat supaya enggak sia-sia.” katanya

Untuk mendapat beasiswa yang rata-rata jatahnya cuma 120 orang pertahun ini memang bukan perkara gampang. Selain harus lolos bermacam tes, saingannya juga banyak. Walaupun kompetisi terbuka, tetapi sesuai dengan arahan program Fulbright, beasiswa ini juga memperhatikan pendistribusian secara geografis dan gender.

“Tapi kalau dapat rasanya bangga sekali.” imbuh Cynthia yang mengaku kerap membagi informasi beasiswa di milis. Cyinthia saat ini masih berada di AS dan sedang sibuk mempersiapkan paper.

Sejak beberapa tahun terakhir Fulbright juga menyediakan program-program khusus lain. Diantaranya Program Pengajaran Bahasa Indonesia (Fulbright Foreign Language Teaching Assistant
Program), Program Hubert H. Humphrey, Program Fulbright Visiting Specialist dan Program Community College Summit Initiative.

Usai belajar, para Fulbrighters diharapkan kembali ke Indonesia dan menerapkan ilmu yang mereka peroleh di Amerika untuk membangun daerah asal mereka masing-masing.

Nah, rupanya penerima beasiswa Fulbright ini rupanya banyak juga yang menjadi tokoh Publik. Sebut saja misalnya mantan Ketua MPR Amien Rais, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, rektor IAIN Azyumardi Azra, Ketua Dewan Pers Ichlasul Amal, Tokoh Muhammadiyah Syafi’i Maarif, pengamat Politik Mochtar Pabottingi, Jurubicara Kepresidenan Rizal Mallarangeng, sampai seniman Putu Wijaya. (yayat)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?33045

Untuk melihat Berita Indonesia / Pendidikan lainnya, Klik disini

Untuk Tanya Jawab tentang Artikel ini, Klik www.KabariForum.com,

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket