KabariNews, Komunitas penggemar buah dan pohon alpukat bahas nasib dan masa depan Komoditas alpukat Indonesia agar menjadi salah satu komoditas andalan yang bernilai ekonomis. Waktu dua hari ternyata tidak cukup untuk membahasnya,  acara Rembug Gayeng Alpukat Indonesia di Klaten, Jawa Tengah yang rencananya dilaksanakan dua hari Sabtu-Minggu ternyata tidaklah cukup, karena banyak persoalan terkait buah alpukat Indonesia yang harus diselesaikan.

Acara yang dihadiri komunitas dan penggemar alpukat dari berbagai provinsi di Indonesia ini, bertempat di Hanafisa Agro Gedaren, Jatinom, Klaten Minggu (14/10).

“Rasanya materi yang dibahas kok habis-habisnya,” ujar Rosulin peserta dari Blitar, Jawa Timur.

Peserta Rembug Gayeng Alpukat Indonesia juga sepakat mendirikan organisasi Perhimpunan Pekebun Alpukat Indonesia (PPAI). Dalam kesempatan itu, Abul Abbas peserta dari Bogor, Jawa barat terpilih secara aklamasi menjadi Ketua PPAI, Sekretaris Agung Tribawa asal Semarang, Jawa Tengah, dan Reinaldi peserta dari Tangerang menjadi bendahara PPAI.

Sedangkan Prof. Suharyanto asal Klaten menjadi Penasehat Komisi Litbang Teknologi dan Informasi Perkebunan. Kemudian, Erwin Saragih dipercaya menjadi Penasehat Komisi Perdagangan, Promosi dan Hubungan antar Lembaga.

Sejumlah nama lain juga akan menjadi Pengurus PPAI, seperti Frido Tyastomo, Rosulin, Prakoso Hariono, Agus Riyadi, dan M, Gunung Sutopo. Nama-nama tersebut memiliki keahlian masing-masing di bidang bibit, pemupukan, perawatan kebun, perdagangan dan bahkan sudah terbiasa ekspor buah asal Indonesia mancanegara.

“Kita sebenarnya sudah tertinggal jauh dibanding negara lain dalam hal potensi buah alpukat. Tapi berdirinya PPAI rasanaya juga tidak terlambat. Ini karena baru sedikit orang Indonesia yang memberikan perhatian pada buah alpukat,” kata Erwin Saragih.

Pria yang dikenal juga sebagai peternak kambing perah ini selanjutnya menuturkan, pasar alpukat di tahun 2017 di seluruh dunia tercatat mencapai transaksi Rp. 900 triliun. Omzet terbesar dari negara Mexico.

“Kalau tidak kita mulai sekarang, ya negara kita kelak hanya akan menjadi penonton,” ujar Agus Riyadi pengusaha buah alpukat yang setiap bulannya memutarkan uang Rp. 500 juta untuk aktivitas jual beli buah alpukat.