KabariNews – Banyak orang terkenal menderita penyakit parkinson. Tercatat nama-nama seperti petinju Muhammad Ali, Paus John Paul II, Yasser Arafat, bahkan hingga Adolf Hitler.

Meski tak ada hubungannya parkinson dengan kepopuleran seseorang, tulisan ini ingin menguatkan, bahwa penyakit degeneratif ini dapat menimpa siapa saja.

Parkinson merupakan penyakit degeneratif pada sistem saraf yang bersifat progresif. Ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan, gemetaran pada saat istirahat (tremor), kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot. Penyakit dinamai demikian berdasarkan nama seorang dokter asal London, Inggris, yang pertama kali mempublikasikan gejala penyakit ini tahun 1817.

Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami gangguan pergerakan. Penderitanya lebih dari 1 % penduduk seluruh dunia dengan jumlah penderita antara pria dan wanita seimbang.

Sekitar 1,6 % berada di Eropa, yang berarti terjadi peningkatan 0,6 % pada usia 60-64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85-89 tahun.

Sekitar 5-10 % penderita parkinson, mengetahui gejalanya sebelum usia 40 tahun, tetapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun.

Penyebab Penyakit Parkinson

Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Sel-sel di dalam ganglia basalis ini membantu menghaluskan suatu gerakan tubuh yang diperintah otak. Mereka mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikannya kembali ke korteks otak besar.

Sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.

Pada penyakit parkinson, sel-sel saraf ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan mempengaruhi sel saraf dan otot lainnya. Penyebabnya, sampai sekarang masih menjadi misteri. (Ilustrasi Video: http://medicals.
multiply.com/video/item/37/Parkinson_Disease)

Selain itu, faktor genetik juga memegang peran besar, karena penyakit ini cenderung diturunkan. Pada beberapa kasus, parkinson merupakan komplikasi lanjutan akibat infeksi virus dan menyebabkan peradangan otak. Diduga pula akibat obat-obatan atau racun yang mempengaruhi kerja dopamin. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoik berat dan skizofrenia.

Gejala Klinis

Secara klinis, gejala parkinson ada empat macam. Yakni Tremor, berupa gerakan getar dengan frekuensi 3-7 getaran per detik, yang biasanya muncul pada gerak tangan, lengan, atau tungkai saat rileks. Misalnya saat memegang koran atau gagang telepon. Tremor dapat pula mengenai dagu, bibir, lidah bahkan leher.

Tremor juga akan muncul atau bertambah berat pada keadaan stres. Saat konsentrasi pun bisa muncul gejala tremor, namun pada saat tidur lelap gejala ini tidak muncul. Pada kondisi lanjut, tremor juga akan muncul meski sedang beraktivitas.

Selanjutnya Rigiditas, yang didefinisikan sebagai tahanan terhadap gerakan pasif sehingga apabila persendian penderita digerakkan orang lain, akan terasa seperti “roda gigi”. Penderita mengeluh otot kaku, nyeri sendi, dan lelah. Keadaan ini terkadang menyerupai gejala rematik. Postur tubuh dapat menjadi membungkuk ke depan. Pada keadaan yang lanjut gerakan sendi bisa menjadi terbatas.

Gejala berikutnya adalah bradikinesia , berupa menurunnya gerakan motorik tubuh secara keseluruhan. Misalnya, sulit bangkit dari kursi, memulai berjalan atau berbalik ke tempat tidur. Wajah tampak murung dan sedih, kedipan mata berkurang atau tatapan mata kosong seperti orang melamun.

Suara juga dapat berubah menjadi halus dan pelan, sehingga sulit didengar. Gaya berjalan menjadi kaku seperti robot, langkah menjadi kecil-kecil dan pendek, langkah diseret, lengan tidak atau kurang melenggang. Dalam hal makan, penderita juga mengalami kelambanan, baik mengunyah atau menelan, dan bahkan dapat mengeluarkan air liur.

Orang dengan parkinson lanjut juga mengalami gangguan motorik halus. Di antaranya kesulitan memotong makanan, mengancingkan baju, membuka lembaran buku, tulisan menjadi lebih kecil ukurannya dari biasanya. Untuk pekerjaan sepele seperti mengetuk pintu pun, adalah hal yang sulit bagi penderita parkinson.

Selanjutnya Instabilitas Postural yang ditandai dengan memburuknya keseimbangan tubuh sehingga penderita mudah jatuh. Ketika sedang berjalan penderita dapat mengalami kesulitan berhenti sehingga saat akan berhenti dapat kehilangan keseimbangan.

Penatalaksanaan Penyakit Parkinson

Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan memperlambat atau menghambat perkembangan penyakit dengan pemberian obat dan terapi fisik untuk melatih sel-sel otot.

Sejumlah obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson di antaranya Anticholinergics Benztropine (Cogentin) yang berguna mengendalikan gejala penyakit parkinson.

Lalu Carbidopa/levodopaLevodopa yang merupakan pengobatan utama untuk mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Levodopa diberikan bersamaan carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya dan mengurangi efek sampingnya. Tolcapone (Tasmar). Untuk  mengontrol fluktuasi motor pada pasien yang menggunakan obat levodopa. Amantadine  (Symmetrel) berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.

Selain terapi obat, pemberian makanan juga harus diperhatikan. Jenis makanan yang baik adalah makanan berserat karena membantu mengurangi gangguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat.

Pengobatan Terkini dan Masa Depan

Para peneliti percaya stem cell (sel induk embrio) berpotensi mengobati penyakit ini. Sebagaimana sifat penyakit degeranatif yang permanen, transplantasi stem cells yang diujicobakan pada hewan memberikan gambaran yang menggembirakan, yakni terjadinya pertumbuhan jaringan ganglian basalis di otak secara menyeluruh. Berdasarkan penelitian ini, selanjutnya para ahli akan melakukan uji klinis tahap IIa pada manusia. (Nature 08: 26, 2010).

Para ahli juga tengah mengembangkan alat yang disebut TMS (Transcranial Magnetic Stimulation) berdasarkan teknik DBS (Deep Brain Stimulation). Yaitu pemasangan elektroda ke dalam otak, secara tepat di dekat bagian otak yang disebut globus pallidus internal.

Setelah alat ini bekerja, akan merangsang fungsi komponen basalis yang mengalami degeneratif agar berfungsi kembali. Teknik ini telah diuji coba pada lebih 50.000 penderita penyakit Parkinson di seluruh dunia.