KabariNews –Umat Kristiani di seluruh dunia menanti hari kelahiran Juruselamat mereka yakni Yesus Kristus.

Masa menanti itu disebut masa Advent. Dalam masa penantian kita akan Kristus menjadi sia-sia ketika kita menutup pintu hati bagi orang lain, terutama mereka yang berbeda secara sosial, budaya, bahkan agama, atau mereka yang acap kali disingkirkan di tengah masyarakat karena miskin, tertindas, karena mereka harus menjadi pengungsi dan mencari suaka demi melanjutkan kehidupannya. Kristus datang justru untuk membuka belenggu-belenggu kelaliman, ketidakpedulian, egoisme, kebencian, dan permusuhan yang ada di hati,” demikian refleksi Advent yang disampaikan Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang, dalam Ibadah Perayaan Advent dan Christmas Concert Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Yayasan Musik Gereja (YAMUGER) di Auditirium Lt. 5 Graha Oikoumene, Jakarta, Kamis (22/12).

“Kristus sedang datang, dan perjalanan Kristus adalah perjalanan dari singgasana yang maha tinggi turun ke dunia ini menjumpai seluruh ciptaannya, menjumpai kita semua dan mengambil rupa manusia seperti adanya.  Sementara perjalanan kita acap menuju ke atas menuju kemuliaan tinggi, mencari kekuasaan dan posisi, menumpuk kekayaan. Akibatnya, kita sering berselisih jalan dengan Kristus. Dia sudah turun ke bawah membuka dirinya, merangkul kita, dan menyelamatkan seluruh ciptaanNya, sementara kita berlomba-lomba menuju ke atas dan semakin membangun sekat-sekat dan tembok-tembok yang tinggi dan tebal, yang mementingkan kenyamanan diri dan kelompok kita. Itulah gambaran  keseharian hidup kita,” jelas Pdt. Henriette yang dikutip KabariNews dari website PGI.

Sebab itu dalam masa penantian ini, lanjutnya, kita diajak untuk belajar membuka pintu hati kita. Dan proses itu yang seharusnya terjadi ketika menyambut kedatangan Kristus. Dan, setia membawa damai sejahtera bagi semua orang, dan seluruh ciptaan. (Dessy/foto: dok.PGI)