Indonesia memang merupakan sebuah negeri yang kaya akan adat dan budaya. Di Pulau Jawa saja, ada beberapa tradisi unik untuk menyambut Ramadan setiap tahunnya. Berikut beberapa di antaranya:

DRUGDAG DI CIREBON

Drugdag (dok. Cirebon Radio)

Setiap tahunnya, Keraton Kasepuhan (Cirebon, Jawa Barat) menyambut masa Ramadan dengan tradisi memukul bedug secara bertalu-talu atau yang juga dikenal dengan Drugdag. Acara tersebut diawali dengan ibadah sholat ashar berjamaah di Langgar Agung yang dihadiri oleh Sultan Kasepuhan, para abdi dalem, dan warga setempat. Sesudah itu, Sultan disertai abdi dalem berjalan menuju Bedug Samogiri yang terletak di sisi langgar tersebut. Setelah menerima kentong dari abdi dalem, Sultan mengucap syukur kepada Sang Khalik dan berdoa untuk masa depan yang lebih baik. Sang Raja Keraton Kasepuhan lantas membunyikan bedug secara bertalu-talu sebagai tanda dimulainya Ramadan. Setelah itu, para abdi dalem bergantian memukul bedug untuk menandai waktu berbuka dan sahur.

GEMBRONG LIWET DI SUMEDANG

Sementara itu, warga Sumedang (Jawa Barat) mengadakan Gembrong Liwet untuk menyambut bulan suci Ramadan. Tradisi tersebut biasanya dilaksanakan satu minggu sebelum memasuki bulan puasa. Gembrong Liwet telah dilakukan secara turun-temurun. Budaya tersebut dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur warga atas segala nikmat karunia yang diberikan oleh Tuhan YME. Dalam acara ini, warga menikmati hidangan nasi liwet beserta lauk-pauknya tanpa ada perbedaan status golongan di tengah masyarakat yang juga bertujuan untuk melebur perbedaan dan semakin memupuk kebersamaan antar warga.

BAJONG BANYU DI MAGELANG

Bajong Banyu (dok. Borobudur News)

Setiap menjelang bulan suci Ramadan, warga Magelang (Jawa Tengah) menggelar Bajong Banyu. Tradisi ini berupa perang air yang diikuti oleh warga setempat. Perhelatan kebudayaan tersebut diawali kirab warga yang telah berpakaian adat Jawa berjalan menuju sumber mata air. Kirab dilengkapi lantunan musik gamelan gending Jawa. Sesampai di sumber mata air, mereka melakukan doa sebagai rasa syukur kepada Tuhan YME atas anugerah air yang melimpah. Usai doa, acara dilanjutkan dengan pengambilan air Pawitra (suci) yang kemudian dimasukkan ke dalam kendi-kendi untuk dibawa kembali. Sebagai puncak kegiatan, seluruh warga yang hadir saling melempar air yang sudah dituang ke dalam plastik, ember, maupun gayung. Tradisi Bajong Banyu dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai simbol untuk melebur kesalahan antar warga. Warga saling memaafkan sehingga saat menjalankan puasa nantinya masing-masing dalam keadaan bersih, mulai dari hati, pikiran dan perbuatan

GREBEG APEM DI JOMBANG

Garebeg Apem (dok. RSUD Jombang)

Grebeg apem,sebuah tradisi mengarak gunungan kue apem menyambut awal bulan Ramadan kembali digelar di Jombang, Jawa Timur. Biasanya, dalam hitungan menit, ribuan kue apem yang ditata dalam bentuk gunungan ludes diperebutkan masyarakat. Mereka rela jatuh bangun untuk mendapatkan penganan berbahan non-beras yang diyakini membawa berkah dalam tradisi yang menandai dimulai bulan suci Ramadan tersebut. Jajanan apem (berasal dari bahasa Arab ‘afwan’ yang artinya meminta maaf) merupakan simbolisasi dari permintaan maaf dan budaya saling memaafkan sebelum memasuki bulan puasa.