Sebuah laporan Badan Konservasi Internasional milik Amerika Serikat menyatakan bahwa perairan Raja Ampat merupakan perairan dengan kehidupan di bawah air yang sangat kaya ragam biologi dengan hampir 1.400 jenis spesies ikan dan 603 spesies koral. Sehingga layak dikunjungi.

Meski baru diresmikan 9 Mei 2003, daerah itu terus “menyingsingkan lengan” membangun berbagai sarana dan prasarana terutama infrastruktur. Kabupaten Raja Ampat, yang memiliki lebih dari 610 pulau dan empat gugusan pulau besar yakni Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati dan Pulau Batanta itu terdiri atas 17 distrik, sangat potensial untuk tujuan utama para penyelam (diver) dan juga pencinta bawah laut. Diibaratkan Raja Ampat sebagai “surga” bagi para penyelam.

Bila akan ke Raja Ampat, wisatawan bisa menggunakan kapal feri dari Sorong dengan tarif Rp120.000 per orang. Jarak tempuh dari Sorong ke pantai Waisai Tercinta (WTC), Kabupaten Raja Ampat antara 2,5 hingga tiga jam.

Diakui oleh Bupati Raja Ampat, Marcus Wanma MSi., meski belum sebanyak diver yang berkunjung ke kawasan wisata bahari daerah lainnya, sudah banyak dikunjungi diver-diver dari luar negeri seperti Amerika Serikat , Australia, Eropa dan juga Asia.

Seperti dituturkan oleh Max Ammer, pemilik dan pengelola Resort Sorido Bay & Kri Eco Resort, Raja Ampat, sebagian tamu adalah wisatawan mancanegara. “Baru mulai dua tahun terakhir ini wisatawan domestik mengunjungi resort tersebut terutama untuk menyelam (diving),” kata Max Ammer.

Menurut Max, yang mengaku sudah sekitar 20 tahun menggeluti bisnis ini, dari pengunjung yang menginap dan “diving” hanya sekitar 15 persen wisatawan domestik dari jumlah keseluruhan. Rata-rata setiap pekan ada 14 sampai 20 wisatawan asing yang menginap dan melakukan kegiatan menyelam terutama wisman dari Amerika, Eropa dan Asia.

Max juga mengaku, bisnis yang ia geluti tidak semata untuk mencari uang tapi yang juga lebih diutamakan adalah
upaya melakukan konservasi. Cukup waktu lama untuk memberi pengertian kepada penduduk setempat tentang menjaga lingkungan serta konservasi alam khususnya mencintai hewan serta kekayaan bawah laut yang sangat potensial.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Jusdhi Lamatenggo mengatakan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat, hampir 99 persen berasal dari luar negeri seperti Eropa, Amerika, dan Australia. Menurutnya, dari sekitar 7.000 wisatawan yang datang ke Raja Ampat pada tahun lalu, hanya sekitar 200 wisatawan dalam negeri. Raja Ampat memang layak dilirik, apalagi jika musim libur tiba.